Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 138 Sangat Indah (2)

“Ehm, sana pergi.” Lanxi mengira dia ada urusan pekerjaan sehingga dia tidak memperhatikannya.

Kemudian Lu yanting berjalan keluar restoran dan mengangkat teleponnya.

“Ada urusan apa mencariku?” suaranya terdengar sangat dingin.

Lan Zhixin memang bukan orang yang berani, jadi begitu mendengar suara Lu Yanting, punggungnya seketika menjadi kaku dan dia lupa dengan kata-kata yang sudah disiapkan.

Dan setelah dia memantapkan diri beberapa saat barulah dia membuka mulut.

“Senior, bisakah kamu melepaskan ayahku?”

Begitu mendengar ucapan Lanxi, Lu Yanting langsung tahu kenapa orang ini mencarinya.

Bibir Lu Yanting menekuk, dia sudah tidak tahan dan menghela napas dalam-dalam karena hal ini tidak sesederhana yang Lan Zhixin pikirkan.

Apakah dia berpikir kalau dia adalah orang terpandang disini?

“Jadi kamu mencariku karena masalah ini?” Lu Yanting tidak menjawab pertanyaannya.

“Kak, beberapa tahun ini ayahku sudah banyak berjasa untuk perusahaan dan itu tidaklah mudah, meskipun mungkin ada beberapa hal yang kurang pantas untuk dia kerjakan, tapi dia benar-benar melakukannya demi kebaikan perusahaan. Aku sering melihat dia lembur dikantor karena ada urusan pekerjaan hingga dini hari, apalagi dia sudah berumur, lantas kamu….”

“Hal seperti itu memang sudah sepantasnya dilakukan sebagai seorang pimpinan perusahaan, dan hal ini tidak bisa dipamerkan dan dijadikan alat untuk mengasihani.”

Lu Yanting sudah tidak sabar lagi untuk berbicara dengan Lan Zhixin, jadi dia langsung memotong ucapannya.

Tapi Lan Zhixin malah masih belum menyerah : “Kak, apakah kamu tidak bisa sedikit membuka jalan untuk ayah? atau biar Ayah memberikan setengah sahamnya pada kak Lanxi? Karena bagi dia perusahaan ini sangat penting seperti nyawanya sendiri, hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk perusahaan, kalau tidak bisa mempertahankan dia di Dongjin, maka dia pasti akan hancur….”

Di akhir kalimatnya, suara Lan Zhixin sudah bercampur dengan isak tangis.

Lan Zhixin memang mudah menangis, dan ketika menangis akan membuat orang sangat kasihan dan laki-laki yang kurang peka pasti akan dibohongi oleh tangisannya.

Namun sangatlah jelas kalau Lu Yanting bukan orang seperti itu.

Dia sudah mengetahui niat licik Lan Zhixin dari dulu.

Dan lagi, tidak ada lagi yang bisa didiskusikan mengenai urusan saham ini.

Bahkan jika tidak ada masalah ini, cepat atau lambat dia akan memaksa Lan Zhongzhi supaya menyerahkan sahamnya pada Lanxi.

Itu adalah impian Lanxi selama ini, dan dia harus membantunya mewujudkan impian tersebut.

Jadi, meskipun Lan Zhixin memohon-mohon kepada Lu Yanting untuk melepaskan ayahnya, tapi jawaban Lu yanting malah semakin dingin dan kaku : “Masalah ini tidak bisa didiskusikan lagi, sudah dulu, aku mau pergi makan.”

Setelah mengucapkan kata-kata ini, tanpa menunggu balasan dari Lan Zhixin dia langsung mematikan teleponnya.

………

Lan Zhixin berjongkok di halaman dan menangis hingga bahunya bergetar begitu mendengar teleponnya dimatikan.

Tadinya dia mengira kalau masih ada sedikit harapan.

Akan tetapi, Lu Yanting malah menolaknya mentah-mentah.

Ini semua karena Lanxi! Ketika memikirkan Lanxi, Lan Zhixin merasa benci hingga dia menggertakkan gigi, kalau bukan karena waktu itu Lanxi merebut Lu Yanting dari dirinya, maka hal seperti ini seharusnya tidak akan terjadi.

Bukankah kelebihan Lanxi hanya karena bentuk tubuhnya yang indah!

Padahal dia begitu jahat dan pemarah, apakah pantas Lu Yanting menyukainya?

Semakin dipikir membuat Lan Zhixin merasa semakin tidak adil.

Lanxi, Lanxi, semua ini gara-gara Lanxi!

Kalau boleh, dia benar-benar ingin mencelakakan Lanxi hingga mati, dan kalau dia sudah mati maka tidak akan ada masalah lagi ----

**

Setelah Lu yanting selesai menerima telepon dari Lan Zhixin, Lanxi sudah selesai memesan makanan dan dia sedang memainkan handphonenya.

Ketika Lu Yanting duduk, Lanxi hanya mengangkat alisnya dan melirik dia sebentar dan tidak bertanya apa-apa.

Akhirnya Lu Yanting yang buka suara lebih dulu, dia bertanya : “Apakah belakangan ini banyak pekerjaan di kantor?”

Lanxi mengunci layar handphone dan meletakkannya di samping, lalu memandang Lu Yanting sambil tertawa meringis : “Bukankah Bos Lu punya informan di kantor, jadi seharusnya tidak perlu tanya padaku kan?”

Lu Yanting : “Informanku tidak bertanggung jawab untuk urusan seperti itu.”

Tentu saja dia tidak mengaku kalau dia punya informan di kantor.

Apalagi Lanxi begitu pintar, setelah masalah waktu itu dia pasti bisa merasakannya.

Lanxi : “Hm, biasa-biasa saja, ada beberapa proyek besar yang progressnya berjalan cukup lancar, Shu Ran juga banyak membantu jadi tidak sesibuk yang dibayangkan.”

“Hm, apabila kamu sudah bisa mendapatkan kembali saham perusahaan, apakah kamu ada niatan untuk mengganti seluruh jajaran manajemen?” Sepertinya Lu Yanting bertanya asal-asalan.

Dan, Lanxi tidak berkutik menjawabnya.

Karena sekarang ini dia memang belum memikirkan hal tersebut, dan intinya adalah tidak mudah untuk merebut saham perusahaan dari tangan Lan Zhongzhi.

Sekarang ini dia hanya bisa berjalan selangkah demi selangkah, dia tidak punya banyak waktu untuk merencanakan langkah kedepannya.

Dia tidak berani membayangkan hal yang sangat menyenangkan seperti itu, dia khawatir kalau dirinya tenggelam dalam fantasinya dan tidak bisa menarik dirinya kembali ke kenyataan.

Begitu melihat Lanxi yang tidak merespon sama sekali Lu Yanting pun sudah tahu jawabannya : “belum dipikirkan ya?”

Lanxi mengangguk : “Iya, aku merasa hal ini masih sangat jauh.”

Lu Yanting : “Kamu bisa memikirkannya dulu, anggap saja sedia payung sebelum hujan. Karena kamu memang akan menduduki jabatan ini, maka tiap hal yang berhubungan harus dipertimbangkan lebih dulu.”

Ekspresi wajah Lu Yanting ketika mengucapkan hal ini, sama persis dengan seorang guru yang sedang mengajar di depan kelas.

Ekspresinya tegas dan serius.

Sebenarnya mereka berdua sangat jarang mendiskusikan urusan pekerjaan, kalau ada masalah pekerjaan biasanya Lanxi mencari Jiang Sisi dan Zhou Hesi untuk berdiskusi, intinya dia tidak pernah bertanya pada Lu Yanting.

Tentu saja dia tahu kalau Lu Yanting punya kemampuan, hanya saja dia tidak ingin bertanya padanya.

Bagaimanapun juga, rasanya sangat aneh kalau mendiskusikan urusan pekerjaan dengan Lu Yanting.

Dan seperti yang diperkirakan, sekarang dia sudah merasakan perasaan aneh itu.

“Oh,… baiklah, aku akan memikirkannya baik-baik.” Lanxi mengiyakan dengan asal-asalan dan sama sekali tidak menganggap serius hal tersebut.

Meskipun Lu Yanting telah berjanji pada dirinya kalau dia akan membantu Lanxi merebut kembali perusahaan, namun Lanxi merasa hal ini butuh waktu, paling cepat beberapa bulan, dan paling lama sekitar setahun.

Apalagi Lan Zhongzhi bersikap seperti itu, sudah pasti dia tidak akan melepaskan saham dengan mudah.

Dan apabila ingin mencari kesalahan/kelemahannya itu pasti membutuhkan waktu.

Lu Yanting tidak begitu suka dengan sikap Lanxi yang kurang serius.

Dia bisa melihat jelas sikap Lanxi yang asal-asalan.

Ketika Lu Yanting menyadari sikap Lanxi yang asal-asalan, ekspresinya berubah menjadi semakin serius : “Jangan asal-asalan seperti itu, mulai malam ini kamu harus memikirkannya, urusan pekerjaan tidak bisa dikerjakan dengan ala kadarnya. kamu harus ingat kalau kamu adalah seorang pimpinan, kalau kamu sendiri tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaanmu, bagaimana kamu bisa meminta orang lain mengorbankan dirinya untukmu?”

Ekspresi Lu Yanting menjadi sangat kaku dan serius ketika membahas urusan pekerjaan.

Padahal sebelumnya Lanxi belum pernah melihat dia cemberut, tapi sekarang ini kondisinya sama sekali berbeda.

Ekspresi Lu yanting yang sekarang bahkan membuat bulu kuduknya merinding.

Lalu dia menjadi salah tingkah dan suaranya pun tersendat-sendat.

“Oh….Oh,, baiklah, aku sudah tahu.”

Lanxi sangat jarang merasa takut, namun tatapan mata Lu Yanting kali ini benar-benar sangat menakutkan.

Ketika Lu Yanting melihat Lanxi salah tingkah dan suaranya tersendat, barulah dia menyadari kalau sikapnya barusan sudah kelewatan.

Untuk urusan pekerjaan Lu Yanting memang terbiasa memberikan aturan yang ketat pada pegawainya, dia paling tidak suka orang yang tidak punya perencanaan, jadi begitu mendengar nada bicara dan sikap Lanxi yang asal-asalan, dia pun tidak bisa menahan diri.

Lu yanting berdeham untuk mencairkan suasana : “Aku membuatmu kaget ya?”

Dan nada kalimat ini sudah kembali normal seperti biasa.

Tapi, Lanxi masih terpaku pada ekspresi serius dan tegas yang tadi dan belum pulih dari keterkejutannya.

Dia meminum seteguk kopi, berusaha menekan rasa terkejutnya : “Ya, aku kaget.”

Setelah terdiam sejenak, dia menambahkan : “Tak disangka begitu membahas urusan kantor kamu berubah menjadi begitu serius.”

Meskipun sebelumnya dia pernah tinggal di Zhonghai selama beberapa saat, namun dia belum pernah melihat Lu Yanting seperti ini.

Biasanya saat rapat Lu Yanting sering meneriaki dirinya untuk membuat catatan rapat, tapi ekspresinya juga tidak seserius kali ini…

Lu Yanting mendengar Lanxi menghela napas dalam-dalam, dan dia tertawa kecil : “Kalau tidak? Apakah saat bekerja aku juga harus bersikap seperti sikapku padamu?”

Lanxi tidak mengerti : “Sikapmu padaku?”

Lu Yanting : “Kalau aku bersikap lunak dan berkata dengan ramah pada karyawanku, maka Zhonghai bisa dipastikan sudah bangkrut dari awal.”

Lanxi : “…….”

Dia hampir saja tersedak kopi.

Jadi maksud Lu Yanting adalah dia ingin menegaskan kalau sikapnya terhadap Lanxi adalah sikap yang lunak dan ramah?

Lanxi tidak merasakannya !

Lu Yanting merasakan keraguan Lanxi, dia tertawa : “Bagaimana, apa kamu merasa ada yang aneh dengan kata-kataku?”

Lanxi mengangkat bahu : “Yang jelas aku tidak merasakan kalau kamu bersikap lunak dan ramah padaku.”

Dia diam sejenak kemudian menambahkan : “Ekspresi seriusmu yang tadi pasti akan aku ingat terus lho.”

Akhirnya Lu Yanting merasa tidak tahu harus berkata apa lagi, dan mengeluarkan jurus lama : “Aku berkata seperti itu semua untuk kebaikan kamu.”

Lanxi : “…… Baiklah, akan kuingat.”

Lu Yanting : “Ketika pulang nanti pikirkan baik-baik, dan kalau ada yang tidak kamu mengerti tanyakan padaku.”

Meskipun dia cerdas tapi dalam urusan bisnis dia adalah pendatang baru, ditambah lagi dia menduduki jabatannya yang sekarang, secara otomatis banyak orang di perusahaan yang tidak senang padanya.

Ditambah lagi sifatnya sudah diketahui oleh banyak orang, dan sudah membuat banyak orang tersinggung.

Alasan kenapa Lu Yanting muncul di Dongjin dengan posisi yang tinggi adalah dia ingin memberikan dukungan pada Lanxi.

Dukungan lainnya juga diberikan atas nama Zhonghai, ini semua untuk mencegah supaya tidak ada orang yang berniat turun tangan secara sembunyi-sembunyi.

Tentu saja hal-hal seperti ini tidak diberitahukan pada Lanxi.

Namun semua itu tidaklah penting, yang penting adalah dia tidak pergi dari sisinya maka dia bisa melindunginya seumur hidup.

Lanxi mengerjapkan matanya dan terlihat agak nakal, nada bicaranya membuat orang susah menerka.

“Nanti bagaimana? Apakah Bos Lu masih bisa mengajariku seumur hidup?”

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Lanxi memperhatikan ekspresi Lu yanting.

Tepat sekali, dia sedang mencoba dan ingin tahu bagaimana sikap Lu Yanting.

Paling tidak…..dia bisa mempersiapkan hatinya.

“Ya, tentu saja boleh.” Ekspresi Lu yanting tetap sama, tidak ada perubahan.

Lanxi : “Oh…..Baiklah, aku tahu.”

Dia sudah mengerti kalau Lu Yanting tidak berniat cerai dengannya, dan sepertinya kedepannya akan semakin sulit.

Lu Yanting menatap Lanxi dengan tatapan curiga, dia memaksakan senyumnya : “Ada apa, apakah kamu tidak berniat membiarkanku mengajarimu seumur hidup?”

Dia menatap lurus ke dalam matanya, seakan-akan dia ingin melucuti seluruh isi hatinya.

Lanxi dibuat kikuk dengan tatapannya, namun dia berpura-pura santai dan berkata : “Ah, aku sedang berpikir, karena aku pintar jadi diajari sekali saja pasti sudah bisa, aku tidak butuh diajari seumur hidup oleh kamu, aku kan tidak bodoh.”

Novel Terkait

After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu