Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 148 Terima Kasih Zhou Hesi (1)

Setelah Lanxi memesan delivery di kamar mandi, namun ia sama sekali sudah tidak punya mood untuk pergi keruang tamu.

Keluar harus menghadapi Lu Yanting, menurutnya ini merupakan ujian yang sangat berat.

Sekarang dia sungguh tidak ingin berkomunikasi dengan Lu Yanting sama sekali, toh komunikasi diantara mereka juga tidak akan begitu menyenangkan, terus bertengkar sama sekali tidak berarti, lebih baik tidak usah bicara.

Setelah berpikir sesaat, Lanxi langsung duduk di ruang makan.

Dia menuang segelas air hangat untuk dirinya sendiri, setelah meminumnya lambung terasa jauh lebih nyaman.

Setelah minum, Lanxi mengambil ponsel dan memainkannya dengan santai.

Sebenarnya sampai sekarang, melakukan apapun dia tidak pernah bisa memfokuskan perhatiannya.

Lanxi memeluk ponselnya sesaat, tiba-tiba ada pesan yang masuk ke wechatnya.

Ketika dilihat, ternyata itu adalah pesan dari Zhou Hesi.

………

Hari ini Zhou Hesi datang ke Kota Jiang untuk menengok Shen Houzhong, ketika ia datang, kebetulan ada orang Dongjin yang sedang melaporkan keadaan Lanxi pada Shen Houzhong.

Meskipun sekarang Shen Houzhong sudah perlahan mundur dari urusan perusahaan, namun didalam perusahaan masih ada orangnya, dulu dia pernah berjanji pada Bai Sheng untuk memperlakukan Lanxi seperti cucu kandungnya sendiri, tentu saja dia akan menepati janjinya.

Ketika itu ia mendengar orang perusahaan melapor kalau hubungan Lanxi dan Lu Yanting begitu baik, semua rencana juga berjalan begitu lancar.

Ketika Shen Houzhong mendengar kabar ini merasa sangat tenang, sehingga dia tidak ingin mengganggu hubungan kedua sejoli ini.

Namun siapa yang menyangka perubahan dalam hubungan kedua sejoli ini bagaikan cuaca di lautan.

“Hari ini ada orang perusahaan yang melihat Lanxi dan Lu Yanting bertengkar, dengar-dengar mereka berdua bertengkar dengan sangat hebat.”orang kepercayaan Shen Houzhong melapor : “Bos Lu megundang seorang manager professional untuk membantu Nona Lan mengurus perusahaan, kelihatannya seperti akan mengambil alih kekuasaannya, seharusnya mereka bertengkar karena hal ini.”

Shen Houzhong merasa sakit kepala mendengar laporan ini, dia terus merasa kalau hubungan Lanxi dan Lu Yanting sangat baik, Lu Yanting merupakan orang yang dewasa, seharusnya tidak akan mudah bertengkar dengan Lanxi.

Ketika mereka sedang membicarakan ini, kebetulan Zhou Hesi datang.

Ketika mendengar orang itu mengatakan tentang ini, Zhou Hesi langsung masuk ke ruang baca.

Shen Houzhong melirik Zhou Hesi sesaat, ia bisa melihat kalau ada hal yang ingin dibicarakan Zhou Hesi.

Sehingga ia meminta orang itu untuk keluar terlebih dahulu, “Baiklah, aku mengerti, maaf merepotkanmu sampai harus datang kemari, hari ini sampai disini dulu.”

Setelah orang itu pergi, Zhou Hesi baru membuka mulut dan berkata pada Shen Houzhong : “Kakek, aku ingin bersama dengan Lanxi.”

Shen Houzhong tidak bicara.

Mengenai Zhou Hesi yang mencintai Lanxi, dia tahu betul.

Namun bukannya dia tidak ingin membiarkannya bersama dengan Lanxi, hanya saja terkadang ia merasa Zhou Hesi kurang dewasa, kalau dia sampai bersama dengan Lanxi, mungkin dia tidak akan bisa menjaga Lanxi dengan sangat teliti.

Namun berbeda dengan Lu Yanting, dia sanggup melakukannya dengan baik.

Dimata Shen Houzhong, Lu Yanting adalah orang yang bisa memikirkan segala sesuatu hal sampai begitu detail dan seksama.

“Sekarang masih belum diketahui apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka, lagi pula, Lanxi dan Lu Yanting sudah menikah, sebaiknya kamu buang pikiran itu jauh-jauh.”

“Aku tidak mengerti, kek.” Pertanyaan ini sudah tertahan dalam hati Zhou Hesi sangat lama, “Kenapa kamu selalu mengatakan aku dan Lanxi tidak sesuai? Dia ingin merebut kembali semua harta keluarganya, aku juga bisa membantunya, kekuasaan keluarga Zhou cukup kok.”

“Kakek juga tidak perlu khawatir aku tidak baik padanya, aku jauh lebih tahu seberapa berharganya dia disbanding siapapun.”

“Baiklah, kamu jangan terlalu emosional.” Shen Houzhong melambaikan tangan, “Sekarang aku masih belum tahu hal apa yang terjadi diantara mereka. Kalau Lu Yanting sampai melakukan hal yang menyakiti Lanxi, aku pasti akan mengurusnya sampai tuntas. Mengenai Lanxi akan bersamamu atau tidak, pada akhirnya harus menunggu keputusannya sendiri, apakah kamu mengerti?”

Zhou Hesi, “……….”

Mengerti, tentu saja mengerti.

Jadi setelah mengobrol dengan Shen Houzhong, Zhou Hesi langsung mengambil ponsel untuk mengirim pesan pada Lanxi.

Zhou Hesi : Kamu lagi sibuk?

Lanxi menatap pesan yang dikirim Zhou Hesi cukup lama, lalu menjawab : Tidak.

Zhou Hesi : Kalau begitu mau keluar makan bareng?

Lanxi : Tidak perlu, aku tidak bisa pergi.

Zhou Hesi : Ada apa? Kalau butuh bantuanku, katakanlah.

Semua ucapannya didepan bertujuan untuk memancing kata terakhir ini.

Dia tahu sifat Lanxi, kalau dia langsung menanyakan langsung, dia tidak akan menjawab.

Mungkin karena sekarang merasa suasana hatinya sedang buruk, sehingga membuat Lanxi memiliki niatan untuk curhat.

Terlebih lagi, hubungannya dengan Zhou Hesi memang cukup baik, jadi setelah ragu sesaat, dia pun memutuskan untuk menceritakan masalah ini padanya.

Lanxi : Aku meminta cerai darinya, sekarang sedang bertengkar. Dia tidak membiarkanku keluar, bahkan meminta orang lain untuk menggantikanku mengurus perushaan.

Setelah Zhou Hesi menerima pesan dari Lanxi, dia langsung mengerti sebab musababnya.

Namun, mengenai dirinya yang meminta cerai dari Lu Yanting, ini merupakan berita yang baik bagi Zhou Hesi.

Tentu saja yang paling ia perhatikan tetap kondisi Lanxi : Kalau begitu kamu ada rencana apa? Masalah bercerai dia masih tidak mengatakan apapun?

Lanxi : Apa boleh buat, perusahaan bisa didapatkan karena bantuannya, dia menggunakan Dongjin untuk mengancamku, aku tidak sanggup menjadikan itu sebagai taruhan.

Setelah Zhou Hesi menerima balasan Lanxi, langsung berpikir ‘ternyata’.

Sebenarnya masalah Dongjin dia bisa membantunya menyelesaikannya.

Meskipun wilayah kekuasaan Keluarga Zhou tidak berada di Kota Jiang, namun kalau dia berniat untuk melawan Lu Yanting, dia tidak akan kalah darinya.

Dan demi Lanxi, dia rela melakukannya.

Setelah berpikir sejenak, Zhou Hesi mengirim pesan lagi pada Lanxi : Tidak masalah, aku bisa membantumu.

Ketika Lanxi menerima balasan dari Zhou Hesi, dia sempat tercengang cukup lama.

Zhou Hesi tertarik padanya, dan dia tahu itu.

Namun dia sama sekali tidak memiliki perasaan yang sama padanya.

Dan juga…. Dia tidak ingin berhutang budi pada Zhou Hesi.

Hutang budi merupakan hutang yang sangat sulit untuk dibayar, terutama diantara pria dan wanita, setelah memiliki label hutang budi maka semua akan terlihat begitu penuh maksud.

Didalam hati Lanxi, Zhou Hesi merupakan temannya dimasa kecilnya yang polos, dia tidak ingin hubungan ini menjadi rumit.

Lanxi tidak membalas pesan selama beberapa menit, Zhou Hesi langsung menebak apa yang sedang ia pertimbangkan.

Lalu Zhou Hesi mengirim sebuah pesan lagi : Aku yang ikhlas membantumu, jangan beranggapan kamu berhutang apapun padaku, aku juga tidak butuh balasan.

Melihat pesan yang dikirim Zhou Hesi, Lanxi merasa sedikit tersentuh.

Namun meskipun ia merasa tersentuh, dirinya sekarang masih tidak ingin meminta bantuan Zhou Hesi.

Namun dia juga tidak bisa berkata terlalu berterus terang.

Setelah memikirkannya sesaat, Lanxi menggerakkan jarinya, dan membalas pesan Zhou Hesi : Aku pikirkan dulu.

Melawan Lu Yanting merupakan pertarungan yang membutuhkan modal yang besar, Lanxi tahu Keluarga Zhou memiliki kekuasaan yang begitu besar di Kota Bei, namun Dongjin berada di Kota Jiang.

Kalau Zhou Hesi tetap bentrok dengan Lu Yanting karenanya, maka hal yang harus dikorbankannya pasti tidaklah sedikit.

Paling tidak dirinya masih belum sampai tahap buntu.

Lanxi berpikir, lalu menambahkan : Terima kasih Zhou Hesi.

Zhou Hesi : Baiklah, namun jangan terlalu memaksakan diri, kamu tidak seharusnya menerima semua kesulitan ini.

………

Lanxi baru berniat untuk membalas pesan Zhou Hesi, bel pintu berbunyi.

Dia baru ingat, mungkin deliverynya.

Jadi Lanxi tidak membalas pesannya lagi, langsung berjalan menuju kea rah ruang tamu.

Ketika dia berjalan keluar,Lu yanting sudah membuka pintu.

Sangat jarang ada orang yang datang ke Guan Ting, ketika mendengar ada suara bel pintu Lu Yanting agak terkejut, ketika membuka pintu ternyata kurir yang mengantarkan delivery makanan.

“Pesanan Nona Lanxi.” Kurir menyebutkan nama Lanxi sambil melihat nota pesanan.

Ketika ia mengatakannya, kebetulan Lanxi sudah berjalan keluar.

“Punyaku.” Setelah mengatakannya, ia melangkah dengan cepat, lalu melewati Lu Yanting, dan langsung menerima pesanannya.

Setelah kurir mengucapkan ‘Selamat menikmat’, ia langsung pergi.

Setelah menutup pintu, Lanxi tidak melihat kearah Lu Yanting sama sekali, ia mengambil pesanannya dan langsung berjalan kearah ruang makan.

Dan tepat disaat ini, Lu Yanting menghadangnya.

Dia hanya menghadangnya tanpa mengatakan apapun, hanya menatapnya dari ketinggian.

Ada banyak perasaan yang rumit berkecamuk dalam tatapannya, Lanxi tidak paham, juga tidak punya suasana hati untuk memahaminya.

Sekarang dia sangat lapar, ia hanya ingin bisa menikmati semangkuk mie nya dengan tenang.

Lu Yanting melirik pesanannya sesaat, ada satu kata yang sudah berada diujung lidahnya, namun tidak ia lontarkan juga.

Dia merasa kalau dirinya sungguh tidak tahu malu.

Melihatnya memesan makanan, ia malah ingin bertanya padanya kenapa tidak mengajaknya untuk pesan bersama.

Namun setelah berpikir sesaat, bagaimana pun ia bertanya tetap terasa memalukan.

Lu Yanting mengatur nafasnya, lalu menyingkir dari hadapannya.

Begitu melihatnya menyingkir, Lanxi langsung berjalan lurus menuju ruang makan.

Tangan Lu Yanting mengepal erat sampai terdengar suara gertakkan tulang.

Aroma makanannya lumayan, rasanya tidak terlalu asin, setelah Lanxi memakannya, membuat perutnya terasa sedikit lebih nyaman.

**

Setelah menghabiskan makanannya, Lanxi langsung naik keatas untuk mandi dan istirahat.

Hari ini banyak hal yang terjadi, dia sudah sangat lelah.

Setelah mandi, ia mengeringkan rambutnya, baru berbaring 5 menit di ranjang, Lanxi sudah tertidur.

Entah sudah tidur berapa lama, tiba-tiba dia merasa tubuhnya seperti tertindih, rasanya sangat tidak nyaman.

Ia membuka matanya dengan rasa kantuk yang begitu kuat, melihat Lu Yanting sedang menindihnya sambil menyibak gaun tidurnya.

“Tidak mau…. Ngantuk sekali.”

Sekarang Lanxi sudah lupa kalau mereka sedang bertengkar, pikirannya masih belum jelas, sehingga apa yang ia katakan juga tidak jelas.

Kalau dulu dia berkata demikian, Lu Yanting pasti akan berhenti untuk membujuknya terlebih dahulu.

Namun sekarang, dia tidak mungkin membiarkannya menikmati ini.

Lu Yanting langsung mencubit dagunya, tenaganya terus mengencang.

Perlahan Lanxi merasakan dagunya yang sakit.

Dan rasa sakit ini membuat pikirannya jauh lebih jelas, kesadarannya juga sudah kembali.

“Sudah bangun?” Lu Yanting melihat matanya yang perlahan jernih karena sudah sadar, berkata lagi : “Sekarang kamu sudah ingat siapa dirimu, hm?”

Siapa dirimu.

Kedua kata ini bagaikan jarum yang menusuk hati Lanxi.

Dia sekarang sedang mengingatkannya, siapa dirinya yang sekarang.

Benar juga, beberapa waktu lalu dia terlalu memanjakannya, sehingga membuatnya mengira kalau dia adalah Nyonya Lu.

Dan sekarang sudah waktunya untuk melihat kenyataan dengan jelas. Suami istri bukan, kalau mau ya kasih.

Karena itu, Lanxi juga tidak lagi memberontak.

Dia memejamkan mata, mengingatkannya : “Ingat pakai pengaman.”

Dia selalu memiliki kemampuan ini, setiap kalinya selalu begitu, hanya dengan beberapa kata yang simple bisa membuat amarahnya langsung naik.

Malam ini Lu Yanting sungguh membuat Lanxi kewalahan setengah mati.

Kotak Durex yang baru dibuka sudah dipakai tiga olehnya.

Setelah selesai kedua kaki Lanxi lemas sampai hampir tidak sanggup berdiri lagi, betisnya sampai keram, tubuhnya bahkan sampai gemetar.

Dia berdiri disamping ranjang menatapnya dari ketinggian, lalu berbalik dan pergi dengan angkuh.

Ketika mendengar suara pintu kamar yang tertutup, Lanxi mengangkat tangan menarik selimut dan menutupi kepalanya.

Hujan diluar sepertinya turun semakin deras.

Jelas-jelas ini adalah musim semi, namun secercah harapan pun sama sekali tidak terlihat.

**

Musim hujan di Kota Jiang akan terus berlangsung sampai akhir April.

Dan selama itu pula Lanxi terus berada didalam rumah.

Lu Yanting tidak menyuruh orang untuk mengawasinya, namun ia tetap tidak berani keluar.

Kadang ia menghubungi Jiang Sisi, dan itu hanya melalui telepon atau video call.

Novel Terkait

The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu