Cinta Presdir Pada Wanita Gila - BAB 136 Menjemputmu (2)

“Dia tidak memalsukannya.” Lanxi memotong ucapan Shu Ran, nada suaranya terdengar sangat ringan : “Aku memang punya penyakit jiwa.”

Shu Ran : “…….?”

“Tapi sekarang ini sudah jauh lebih baik, sehingga tidak kelihatan.” Bicara sampai disini, bahu Lanxi mengendur.

Shu Ran sangat terkejut, karena dia sudah berhubungan dengan Lanxi selama beberapa waktu itu, dia merasa Lanxi sangatlah normal, sama sekali tidak seperti orang yang memiliki penyakit.

Melihat ekspresi Shu Ran seperti itu, Lanxi pun tertawa.

“Aku lapar, tolong belikan aku dua buah onigiri ya.” Lanxi berkata pada Shu Ran.

Shu Ran mengangguk, “Baiklah, mau rasa apa?”

Lanxi : “Ikan tuna atau abon sapi.”

Shu Ran mengiyakan, kemudian dia keluar dari kantor Lanxi.

**

Satu jam kemudian, Lan Zhongzhi tiba di Zhonghai tepat waktu.

Baru saja dia turun dari mobil dia sudah melihat Pan Yang.

Lu Yanting sudah memberitahu Pan Yang sebelumnya, jadi Pan Yang sudah lebih dulu tiba dan menunggu disana.

Begitu melihat Lan Zhongzhi datang, Pan Yang berinisiatif menyambutnya, “Direktur Lan, anda sudah datang.”

“Direktur Lan” panggilan ini membuat Lan Zhongzhi tidak suka mendengarnya.

Perlu diketahui, sebelumnya Pan Yang selalu memanggilnya “CEO Lan”.

Namun sekarang ini bukanlah waktu yang pantas untuk mempermasalahkan hal ini dengan Pan Yang.

Dia tersenyum ke arah Pan Yang, dan bertanya : “Yanting sedang senggang ya?”

Pan Yang : “Direktur Lu sudah menunggu anda di kantor.”

Kemudian, Pan Yang membawa Lan Zhongzhi ke kantor Lu Yanting.

Setelah Pan Yang mengantarkan Lan Zhongzhi, dia pun pergi, jadi hanya tersisa Lu Yanting dan Lan Zhongzhi di kantor.

Lu Yanting berjalan ke sofa dan duduk disana, kemudian mempersilakan Lan Zhongzhi : “Silakan duduk.”

Jelas-jelas dia sedang menjamunya, tapi Lan Zhongzhi merasa ada yang tidak beres dengan nada bicara Lu Yanting.

Dia tidak menyapa sama sekali, jadi kedengarannya sangat janggal.

Namun, Lan Zhongzhi juga tidak punya banyak waktu untuk mempermasalahkan hal ini.

Dia duduk di hadapan Lu Yanting, kemudian dia membuka mulut duluan : “Yanting, ada urusan apa kamu menyuruhku kesini?”

Lu Yanting mengeluarkan sebuah dokumen dan melemparkannya ke depan LanZhongzhi.

Lan Zhongzhi menunduk melihatnya, di atasnya tertulis dengan huruf-huruf besar –Perjanjian Transfer Saham.

Setelah melihat huruf yang tertulis, ekspresi wajah Lan Zhongzhi seketika berubah : “Apa maksudmu?”

“Aku mau kamu mengalihkan semua saham yang ada dalam daftar ini ke Lanxi.” Lu Yanting menyatakan pemikirannya dengan tegas.

Tepat sekali, kata-kata yang digunakan adalah “mengalihkan”, bukan “menjual.”

Lan Zhongzhi merasa hal ini sangat lucu, namun dia tidak berani tertawa di hadapan Lu Yanting.

“Tidak mungkin.” Lan Zhongzhi menolak dengan cepat, “Dongjin adalah hasil keringat dan darahku, aku tidak mungkin membiarkan Lanxi mengacaukannya.”

Setelah jeda sejenak, Lan Zhongzhi berkata pada Lu Yanting dengan tulus : “Yanting, aku tahu kamu menyayangi Lanxi, tapi kamu sendiri juga tahu bagaimana kemampuan Lanxi dalam mengelola perusahaan, dia terlalu muda dan terlalu gegabah, banyak urusan yang dia tangani dengan emosional, dan sekarang perusahaan menjadi kacau dibawah pimpinannya, aku tidak bisa melihat lebih jauh perusahaan yang aku bangun dengan jerih payahku hancur begitu saja.”

Setelah mendengar perkataan Lan Zhongzhi, Lu Yanting menyunggingkan sudut bibirnya, namun tidak terlihat dari senyumnya apakah dia sedang marah atau senang.

“Apakah kamu yakin, kalau Dongjin adalah jerih payahmu?” Lu Yanting bertanya dengan ringan.

Ditanya seperti itu Lan Zhongzhi diam seribu bahasa.

Melihat dia yang tidak bisa berkata-kata, Lu Yanting meneruskan ucapannya sambil tersenyum : “Seluruh orang di kota Jiang tahu kalau Dongjin sebelumnya berupa secarik kertas putih, dan ayah Lanxi yang membangun secarik kertas putih itu dengan tangannya sendiri.”

Mendengar Lu Yanting bicara seperti itu, ekpresi wajah Lan Zhongzhi semakin tidak karuan.

Tentu saja dia tahu kalau ada orang-orang yang berargumen seperti itu di belakangnya.

Bahkan ada yang bilang kalau dia hanya tinggal enaknya saja, dan mengandalkan perempuan itu untuk meraih jabatannya.

Sudah sejak lama isu-isu itu beredar, hanya saja dua tahun belakangan ini sudah berkurang, namun dia tetap saja tidak bisa menutup mulut orang.

Kalau orang lain yang mengungkit hal itu, dia masih bisa membalikkan perkataannya.

Tapi kalau sudah Lu Yanting yang bicara, maka dia hanya bisa mendengarkan.

Karena… dia tidak berani memprovokasinya.

“Bagaimanapun juga, semua orang sudah melihat jerih payahku untuk perusahaan selama beberapa tahun ini.” Lan Zhongzhi menatap Lu Yanting, “Yanting, kamu tidak boleh membiasakan Lanxi seperti itu.”

Lan Zhongzhi mengatakan yang sebenarnya, namun Lu Yanting tidak menghiraukan ucapannya.

Dia mengangkat matanya, kemudian menatap Lan Zhongzhi dengan pandangan dingin, “Jadi maksudmu kamu tidak akan menanda tangani perjanjian ini, kan?”

Lan Zhongzhi menganggukkan kepala : “Aku tidak akan menanda tangani perjanjian ini, aku tidak mungkin menyerahkan jerih payahku.”

Dasar bodoh, bagaimana mungkin dia bisa berbuat hal yang sama sekali tidak menguntungkan dirinya?

Jangankan bicara soal pengalihan saham, kalau saja hari ini Lu Yanting ingin membeli sahamnya dengan harga yang bagus pun, dia tidak akan menjualnya.

Dia sudah berada di Dongjin selama bertahun-tahun, dan dia tidak berencana untuk meninggalkan perusahaan ini.

Lu Yanting tahu kalau langkah awal negosiasinya dengan Lan Zhongzhi bisa dibilang gagal.

Tadinya dia berniat masih ingin memberinya muka, dia berpikir kalau Lan Zhongzhi menyetujui tawarannya maka dia akan memberinya sejumlah uang, anggaplah sebagai uang hadiah karena dia telah membawa Lanxi ke dunia ini.

Namun Lan Zhongzhi tidak menghargainya, dia sudah menganggap Dongjin sebagai sebuah daging yang gemuk, yang sudah digigitnya dan tidak akan dilepaskan.

Karena demikian, maka Lu Yanting mengganti dengan cara yang lain.

Lu Yanting berdiri kemudian dia berjalan ke depan mejanya, kemudian mengambil sebuah dokumen yang lain, kemudian merobek penutup mapnya dan menaruhnya di depan Lan Zhongzhi.

“Lihat dulu dokumen ini, baru pikirkan lagi apakah mau tanda tangan perjanjian itu atau tidak.”

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu