Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 157 Bagaimana Dengan Begini,Masih Dingin Tidak (1)

Lu Yanting tidak menjawab Zhou Jinyan, namun ia mencoba untuk berpikir, kalau Lanxi benar-benar melepaskan Dong Jin, dia sudah tidak punya apapun untuk bisa mengancam Lanxi, dan ketika itu mereka berdua akan benar-benar berakhir dengan bercerai.

Lu Yanting tidak menjawab Lu Yanting, ia mengangkat air lemon yang berada disampingnya dan meminumnya.

Cheng Yi melihat ini, lanjut mengatakan, : ”Sudahlah, makan-makan, jangan memikirkan hal yang tidak menyenangkan.”

Lalu mereka bertiga dengan kompak tidak membicarakan hal ini lagi, ketika makan Lu Yanting juga sama sekali tidak meminum alcohol.

………

Setelah makan, Lu Yanting baru saja keluar dari ruang makan, ponselnya langsung bordering.

Begitu mendengar suara ponselnya bordering, Lu Yanting langsung mengira Lanxi yang menelfonnya.

Dia langsung menghentikan langkah kakinya, mengeluarkan ponselnya dan melihat layar dengan penuh penantian.

Ketika melihat nama yang muncul di layar, wajahnya langsung menjadi muram.

Bukan dia. Itu merupakan telfon dari rumah.

Lu Yanting berpikir dengan teliti, dia memang sudah cukup lama tidak kembali.

Dia memijat alisnya, lalu mengangkat telfon.

Setelah telfon tersambung, langsung mendnegar Xi An yang berbicara dengan sangat panik : “Yanting, kamu dimana sekarang?”

Sifat Xi An sangat tenang, jarang sekali dia sepanik ini.

Begitu mendnegarnya berkata dengan nada bicara yang seperti itu, Lu Yanting langsung tahu pasti ada sesuatu yang terjadi.

Dia langsung mengkerutkan alis : “Aku sedang dijalan Zhonghuan, ada apa?”

“Cheng Zi hilang.” Berkata sampai disini, nadanya terdengar begitu tercekat.

Harus diketahui, Zhengzi merupakan kesayangan seluruh anggota keluarga Lu.

Tidak lama setelah dia lahir, Lu Qingran sudah bercerai dengan Fu Xing dan kembali ke rumah, Xi An dan Lu Bienian sangat menyayangi cucu ini.

Dan Lu Qingran juga mendidik Cheng Zi dengan sangat baik, membuat seluruh keluarga begitu menyukainya.

Sekarang dia menghilang, Xi An tentu saja sangat panik.

Mendengar Xi An berkata demikian, ekspresi Lu Yanting menjadi semakin tegas : “Kapan kejadiannya? Hilang dimana?”

Selama ini Keluarga Lu selalu melindungi Cheng Zi dengan sangat baik, selain orang yang sangat dekat, hampir tidak ada orang yang pernah bertemu dengan Cheng Zi.

Cheng Zi bersekolah disekolah internasional, namun ketika berada diluar statusnya terlindung dengan sangat baik.

Kalau bukan orang yang dikenal, tidak akan tahu hubungannya dengan Keluarga Lu.

Sehingga, Lu Yanting bisa memastikan, ini pasti perbuatan orang yang dikenal.

Dari balik sana, Xi An belum sempat melanjutkan ucapannya, ponsel sudah berpindah tangan.

Begitu Lu Yanting mendengar, ini suara Lu Qingran.

“Aku tahu siapa.” Ketika dia mengatakannya, giginya menggertak, Lu Yanting bisa merasakan kebenciannya dari balik telfon.

Orang yang bisa membuat emosional Lu Qingran menjadi demikian hanya ada ada satu orang.

Lu Qingran belum mengatakannya, Lu Yanting sudah menebaknya : “Fu Xing?”

“Bajingan ini.” Lu Qingran menggertakkan giginya, lanjut memaki.

Lu Yanting sekali lagi menopang dahinya.

Setelah dipikir-pikir, dia sudah lama sekali tidak bertemu dengan Fu Xing.

Terakhir bertemu dengan Fu Xing di bulan Desember tahun lalu, sehari sebelum dia menikah dengan Lanxi.

Lalu Fu Xing seperti menghilang, tidak pernah muncul lagi.

Tentu saja, karena akhir-akhir ini terjadi begitu banyak hal, Lu Yanting juga tidak pernah menghubunginya lagi.

Namun ia masih ingat dengan jelas, tidak perduli apapun yang terjadi dia tidak akan kembali pada Lu Qingran.

Sekarang apa yang terjadi, bukankah ini mengingkari ucapannya?

Memikirkan hal ini, wajah Lu Yanting kangsung menjadi begitu buruk.

“Dia sudah menghubungimu?” Lu Yanting bertanya pada Lu Qingran.

Lu Qingran : “Benar.”

“Dimana dia sekarang, aku akan mencarinya.” Lu Yanting tidak bodoh, dia tidak mungkin membiarkan Lu Qingran bertemu dengan Fu Xing seorang diri.

Berdasarkan hubungan mereka, ketika hanya berdua saja akan mudah muncul masalah.

Dan juga… mungkin juga Lu Qingran akan mengalami bahaya.

“Dia tidak memberitahuku dimana.” Lu Qingran menggertakkan gigi, “Bajingan ini……”

“Kalau begitu bagaimana cara dia menghubungimu? Berikan nomor telfonnya padaku.” Lu yanting berniat mendapatkan informasi dari Lu Qingran.

Lu Qingran : “…. Nomornya dibuat tidak muncul, aku tidak tahu nomornya.”

Mendengar ini, Lu Yanting mengepal ponselnya dengan erat.

“Baiklah, kamu jangan cemas, aku akan coba mencarinya.” Disaat seperti ini, dia hanya bisa menenangkan emosional Lu Qingran, “Cheng Zi adalah putrinya, kamu tenang saja, sejahat apapun dia, dia tidak mungkin melukai putri kandungnya.”

Lu Qingran tidak bicara, namun Lu Yanting bisa membayangkan seberapa buruknya ekspresi wajahnya.

Bagaimanapun, Cheng Zi sangat berarti baginya, bahkan melampaui nyawanya.

“Kamu tunggu, aku akan mencari caranya sekarang, aku pasti akan membawa Cheng Zi kembali, tenang saja.” Ini merupakan janji Lu Yanting pada Lu Qingran.

Setelah berbicara dengan Lu Qingran selama kurang lebih 6 sampai 7 menit, Lu Yanting mematikan ponsel lalu menuju mobilnya, lalu mencari nomor Fu Xing yang biasa ia hubungi dalam kontak telfonnya.

Ketika dihubungi, itu merupakan nomor yang sudah tidak aktif.

Lu Yanting melonggarkan dasinya dengan wajah stress.

Semua masalah menumpuk jadi satu, membuat kepalanya sakit sampai ingin meledak rasanya.

Sekarang tidak bisa menghubungi Fu Xing, dia sungguh tidak tahu harus bagaimana mencari Cheng Zi.

Lu Yanting sangat yakin kalau Fu Xing tidak akan melakukan apapun pada Cheng Zi, namun dia tidak mengerti apa tujuan Fu Xing melakukan ini semua.

Sebelumnya ia sudah pernah mengatakan, kelak anak ini tidak ada hubungan apapun lagi dengannya, dia juga tidak akan merebutnya.

Sekarang, bukankah ini bertolak belakang dengan apa yang ia katakana?

Lu Yanting sungguh sangat penasaran, apa tujuannya membawa pergi Cheng Zi.

Apakah…. Dia ingin menggunakan Cheng Zi untuk mengancam Lu Qingran kembali rujuk dengannya?

Begitu hal ini muncul dalam pikirannya, Lu Yanting langsung menyangkal pikiran ini.

Dia merasa Fu Xing tidak perlu malakukan hal yang tidak berarti seperti ini.

Berdasarkan sifatnya, kalau ia ingin mengejar Lu Qingran kembali, ia tidak perlu berputar begitu jauh.

Sama sekali tidak ada titik terang.

Lu Yanting berpikir, sepertinya satu-satunya cara hanya menunggu Fu Xing menghubunginya.

Selain ini, tidak ada ide yang lebih bagus lagi.

Lu Yanting memiliki firasat kalau Fu Xing pasti akan menghubunginya, namun tepatnya kapan ia tidak bisa memastikannya.

Jadi yag bisa ia lakukan sekarang hanya menunggu.

Terlalu banyak masalah, ini pertama kalinya Lu Yanting merasa begitu tertekan sampai hampir tidak bisa bernafas.

Ia mengambil kotak rokok yang berada disampingnya, menyalakan rokoknya lalu menghirupnya dengan dalam.

**

Tibet, Lasha.

Setelah tidur sebentar, Lanxi merasa jauh lebih segar, merasa jauh lebih nyaman disbanding sebelumnya.

Setelah bangun tidur, dia mencuci wajahnya, berdandan, lalu pergi ke sebuah restoran bersama Zhou Hesi.

Restorannya tidak besar, terlihat tidak special sama sekali, namun pengunjungnya sangat banyak.

Sebelumnya Lanxi tidak mencari tahu, jadi dia tidak tahu kenapa disini bisa begitu ramai.

Melihat orang yang mengantri, Lanxi bertanya pada Zhou Hesi dengan heran : “Kenapa disini ramai sekali?”

“Karena enak.” Jawaban yang diberikan Zhou Hesi sangat singkat, setelah mengatakannya ia juga mengangkat alis dengan penuh misterius : “Nanti kalau kau sudah makan juga akan tahu.”

Mendengarnya berkata demikian, Lanxi merasa semakin penasaran.

Dia ingin mencoba, seberapa enak makanan di restoran ini.

Lasha memiliki dataran yang tinggi, malam hari berangin, agak dingin.

Ketika Lanxi berdiri mengantri diluar, ada angin yang berhembus, membuatnya mengigil tanpa sadar.

Begitu Zhou Hesi melihatnya, tanpa mengatakan apapun, ia langsung melepaskan jaket yang ia kenakan lalu mengenakannya pada Lanxi.

Lanxi : “……”

Sikap Zhou Hesi membuat Lanxi teringat banyak hal yang sudah berlalu.

Sebenarnya unguk mengingat kembali kenangan tidak butuh langkah khusus apapun, terkadang hanya sebuah gerakan kecil saja sudah cukup untuk membuat sebuah ingatakan kembali timbul.

Orang yang dulu begitu perhatian padanya bernama Shen Wenzhi.

Lanxi pernah memikirkannya dengan serius, meskipun dia dan Shen Wenzhi tidak berakhir dengan bahagia, namun dia sama sekali tidak membencinya.

Karena dia sudah memberikannya begitu banyak kenangan yang indah, meskipun akhir yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan, namun ia tetap berharap Shen Wenzhi bisa bahagia.

Satu-satunya hal yang ia sesali adalah, didunia ini tidak aka nada lagi orqang sepertinya didunia ini yang baik padanya tanpa mengharapkan baLashan apapun.

Dunia orang dewasa memang sangat kejam, hal ini sudah ia buktikan saat bersama Lu Yanting.

Namun, Zhou Hesi sekarang, membuatnya merasakan pengorbanan yang tidak bersyarat itu lagi.

Ketika Zhou Hesi memberikan jaketnya, tiba-tiba Lanxi merasa ingin sekali menangis.

Apa penyebabnya dia tidak tahu, hanya merasa tersentuh, tentu saja ada rasa sedih juga.

Merasa terharu karena Zhou Hesi ternyata memperhatikan hal sekecil ini, yang membuatnya sedih adalah Lu Yanting tidak pernah melakukan hal ini.

Sebenarnya, ketika memperlakukan seseorang dengan tulus, setiap perubahan ekspresinya, seharusnya bisa diingat dengan lekat dalam relung hati yang terdalam.

Jadi….. sebenarnya ada banyak latar belakang masalah yang hanya hal kecil yang remeh temeh.

Tidak mencintai, tentu saja tidak akan terlalu memperhatikan juga perduli.

Zhou Hesi menyadari mata Lanxi yang mulai memerah.

Dia tidak tahu ia teringat hal sedih apa, namun, demi tidak membuat Lanxi kesulitan, Zhou Hesi sengaja membuat suasana menjadi sedikit lebih santai, ia bertanya padanya dengan sedikit bercanda : “Matamu kemasukkan debu?”

Lanxi menarik nafas, memegang erat pakaiannya, lalu tersenyum padanya : “Bukan, anginnya terlalu kencang, membuatku kedinginan sampai menangis.”

Zhou Hesi tidak bicara, hany menatapnya sesaat, lalu……

Tiba-tiba dia berjalan mendekat, membuka lengannya dan merangkul Lanxi kedalam pelukannya.

Gerakan ini datang begitu tiba-tiba, Lanxi sampai tercengang dibuatnya, tidak bereaksi juga tidak memberontak.

Dia tidak menolak, Zhou Hesi meragkulnya lebih erat lagi, lalu bertanya padanya sambil tersenyum : “Bagaimana kalau begini, masih dingin tidak?”

Lanxi : “……..”

Jujur saja, dia sama sekali tidak merasa pelukan Zhou Hesi mengganggunya.

Mungkin juga karena cuaca yang dingin, dipeluk seperti ini membuatnya merasa jauh lebih hangat, dan cukup merasa aman.

Jadi, dia tidak memberontak, membiarkan Zhou Hesi memeluknya seperti ini.

Ketika itu, kepalanya seperti dimasuki oleh pikiran yang sungguh kacau.

Dia berpikir kalau Lu Yanting boleh berpelukan dengan Gu Jingwen, kenapa dia tidak boleh berpelukan dengan Zhou Hesi?

Disamping ada banyak orang yang lalu lalang, begitu melihat mereka berdua, tidak sedikit orang yang menganggap hubungan mereka sangat baik.

Bisa begitu mesra diluar, tentu saja orang akan mengira mereka adalah pasangan kekasih.

………

Setelah mengantri selama 20 menit, akhirnya tiba giliran mereka untuk masuk.

Lanxi tidak pernah datang kemari sehingga tidak tahu cara memesan makanan disini, namun melihat Zhou Hesi yang begitu hafal dengan menu disini, dia membiarkan Zhou Hesi yang memilihkan makanan untuknya.

Dan kenyataan membuktikan kalau selera Zhou Hesi cukup bagus, setelah beberapa makanan yang dipesannya datang, Lanxi sangat menyukainya.

Karena cuaca dingin, setelah meminum sup kambing, tubuh Lanxi terasa begitu hangat.

Juga mie yang dibuat dari tepung yang digiling dengan tangan, biasanya makanan seperti ini sangat jarang ditemukan di Kota Jiang.

Karena restoran makanan Tibet, tentu saja harus mencicipi Bir Barley Qingge.

Lanxi tidak terlalu memahami Bir Barley Qingge, juga tidak pernah meminum Bir lokalnya.

Dia memang orang yang suka mencicipi alcohol, begitu mencicipinya langsung tidak bisa berhenti minum.

Untungnya Bir Barley Qingge kadar alkoholnya tidak tinggi, meskipun minum banyak juga tidak bahaya.

Makan mala mini Lanxi sungguh makan dengan sangat senang.

Minum Bir yang enak juga makan dengan kenyang, setelah keluar dari restoran, Lanxi dan Zhou Hesi kembali ke penginapan bersama.

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu