Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 151 Jangan Menyalahkan Dia (1)

Liao Xuan dapat merasakan Lu Yanting terdiam, dan dari kedua matanya terlihat dia sedang berpikir.

Dia berharap, kata-katanya ini benar-benar ada gunanya.

Karena dia ingin Lanxi bisa menjalankan hidupnya dengan baik.

Lanxi sekarang sangat peduli kepada LuYanting, dengan sikap dia yang seperti itu, untuk melepaskan seseorang yang sangat dia pedulikan dalam waktu yang pendek itu mustahil.

“Lebih baik kamu mempertimbangkan masalah ini dengan serius.”

Semua yang seharusnya disampaikan sudah tersampaikan, Liao Xuan merasa Lu Yanting seharusnya dapat mengerti bagian ini.

Dia menghela nafas, kemudian berkata: “Aku harap kamu tidak menyalahkan dia.”

Setelah mendengar kalimat yang baru saja dia katakan, Lu Yanting kemudian tersadar, lalu mengangguk-anggukan kepalanya ke Liao Xuan .

Tidak, dia tidak akan menyalahkanya.

Sepatah kata yang dilontarkan oleh Liao Xuan membuatnya merasa dia dulu melakukan sesuatu sangat bodoh.

Sekarang dia sudah sadar.

“…… Aku akan berusaha.” Dia berjanji kepada Liao Xuan .

Setelah mendengar jawaban dari Lu Yanting dia pun tertawa, “Kalimat itu harusnya kamu katakana padanya.”

Dua orang tersebut berdiri di koridor kantor sedang ngobrol beberapa saat, lalu Lu Yanting masuk kedalam ruanganya, dan melihat Lanxi sedang duduk di sofa menunduk memainkan ponselnya.

Lu Yanting berdeam, lalu berkata pada Lanxi: “Yuk.”

Setelah mendengar suara Lu Yanting, Lanxi menyimpan ponselnya dan ber oh ria, lalu berdiri dan pergi dengannya.

Dalam perjalanan, Lanxi melambaikan tangan pada Liao Xuan .

………

Dari ruangan Liao Xuan sampai ke lantai bawah, Lanxi sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun kepada Lu Yanting, keduanya berjalan dalam diam.

Tak tahu harus berkata apa, juga tidak tahu harus bagaimana bersikap kepadanya.

Beberapa waktu belakangan, hubungan mereka berdua selalu seperti ini diam dan bingung harus bagaimana antara satu sama lain.

Masuk kedalam mobil, akhirnya Lu Yanting mulai buka mulut.

“Aku akan mengantarkanmu ke rumah Jiang Sisi?”

Jika tidak salah dengar, sepertinya dia sedang meminta saran Lanxi.

Lanxi sudah lama tidak mendengar nada bicaranya seperti itu.

Jujur saja, dia cukup kaget.

Terdiam beberapa saat kemudian mengangguk dan berkata, “Oh, okay.”

Lu Yanting: “……”

Hanya seperti itu jawabanya cukup dingin.

Kembali merespon pertanyaan dari Lu YanTing, Lanxi merasa ada yang tidak benar.

Karena dia tidak tahu sekarang Jiang Sisi sedang berada dimana.

Jika memang akan pergi membantu, dia juga terlebih dulu mengetahui keberadaan Jiang Sisi.

“Tunggu sebentar, aku akan menelepon Jiang Sisi.” Kata Lanxi kemudian dia mengeluarkan ponselnya.

Lu Yanting menatap Lanxi seksama.

Sebenarnya Lu Yanting sudah lama tidak Lanxi.

Jiang Sisi sangat cepat sudah menerima telepon.

“Kamu sekarang ada dimana, aku akan pergi ketempatmu.” Tanpa menunggu jawaban dari Jiang Sisi, Lanxi langsung mengungkap maksud kedatanganya.

Mendengar maksud Lanxi, Jiang Sisi bertanya: “Lu Yanting membiarkanmu keluar?”

Keadaan mobil senyap, walaupun suara Jiang Sisi samar-samar tetap masih bisa terdengar oleh Lu Yanting yang duduk disamping Lanxi.

Keadaan seperti ini, Lanxi merasa sedikit canggung.

Tapi dia tetap menjawab Jiang Sisi: “iya.”

Jiang Sisi: “Aku sedang di rumah baru ku, aku akan mengirimkan alamatnya padamu.”

Lanxi: “Okay.”

Beberapa saat setelah sambungan telepon terputus, Lanxi menerima pesan yang berisi alamat rumah baru dari Jiang Sisi.

Lalu dia pun memberikan ponselnya kepeda Lu Yanting.

Gerakanya seperti itu Lu Yanting pun mengerti apa yang dimaksud,

Melihat alamat yang tertera, Lu Yanting mengangguk dan berkata: “Okay.”

Lanxi tidak menjawabnya, menyimpan ponselnya dan berbalik menghadap jendela.

Sangat jelas dia tidak ingin berbicara dengan Lu Yanting.

Menyadari hal ini, Lu Yanting merasa sedikit geram dan mencengkram erat setir mobil.

Mobil pun mulai bergerak meninggalkan pelataran pakir rumah sakit.

Setelah percakapanya dengan Liao Xuan berakhir, dalam dirinya Lu Yanting merasa berhutang kepada Lanxi, tetapi dia juga tidak boleh menunjukanya terlalu jelas.

Setelah berkendara beberapa saat, Lu Yanting akhirnya membuka mulut memulai berbicara kepada Lanxi: “Untuk beberapa hari ini kamu boleh menginap dirumah Jiang Sisi.”

Jujur saja, mendengar ucapan Lu Yanting dalam hati Lanxi merasa kaget.

Walaupun dulu Lu Yanting tidak membiarkanya keluar rumah dan tiba-tiba berkata seperti itu memperbolehkanya menginap, dirinya masih merasa asing.

“Baiklah, Terima kasih.” Terhenti beberapa saat dan akhirnya Lanxi mengucapkan terimakasih.

Perlakuanya masih saja sangat asing.

Lu Yanting sadar, hal-hal yang terjadi belakangan ini menyebabkan hampir semua usahanya dulu musnah.

Sebenarnya, ada saat hubungan mereka sudah sangat harmonis.

Pada saat Lanxi dihadapanya menunjukan sifat aslinya seperti moodnya berantakan dan ketidaknyamananya dan dia bersedia untuk membujuknya. Dan sekarang semua telah berubah.

Apalagi setelah dia mengetahui kebenaranya dari Liao Xuan , Lu Yanting merasa dirinya merugi.

Sayangnya, penyesalan datang terlambat.

**

Lu Yanting mengantarkan Lanxi kerumah Jiang Sisi dan Mu Baicheng .

Awalnya Lanxi mengira Lu Yanting akan langsung pulang setelah mengantarkanya, dan Lanxi sudah bersiap untuk berpisah denganya.

Tak disangka, Lu Yanting ternyata ikut turun bersamanya.

Lanxi kaget dan bingung sesaat, dan kemudian berpikir lagipula tidak ada salahnya dia ikut.

Lagipula dia dan Mu Baicheng saling kenal, pada saat Mu Baicheng menikah seharusnya juga mengundangnya.

Setelah dipikir-pikir ini tidak jarang juga.

Jiang Sisi membuka pintu untuk mereka, sepertinya dia sedang mencoba-coba pakaian karena terlihat dia sedang memakai cheongsam merah.

Ketika melihat Lanxi Jiang Sisi terlihat sangat senang.

Dan berpaling sedikit dia melihat Lu Yanting ekspresi Jiang Sisi seketika berubah datar.

Jiang Sisi memegang pergelangan Lanxi dan berkata, “Akhirnya kamu datang juga, sini sini, ayo keatas dan bantu aku pilih baju.”

Lanxi mengangguk, tanpa berkata sepatah katapun pda Lu Yanting, aku pun mengikuti Jiang Sisi naik keatas.

Belakangan ini, dia sering mendengar Jiang Sisi memarahi Lu Yanting.

Dari perkataan Jiang Sisi memarahi Lu Yanting, dia seharusnya sudah sangat keterlaluan terhadap Lanxi.

Mu Baicheng melihat ekspresi Lu Yanting, kemudian bertanya: “Berantem?”

Lu Yanting yang awalnya memandang langkah Lanxi menuju keatas, kemudian mendengar suara Mu Baicheng barulah dia fokus terhadap apa yang ditanyakan Mu Baicheng .

Lu Yanting tersenyum tipis, berjalan kearah Mu Baicheng dan menepuk pundah lelaki itu dan berkata: “Selamat, akhirnya kamu sudah menikahinya.”

Mu Baicheng : “Terimakasih.”

Lu Yanting tertawa: “tapi, wanita yang kamu nikahi ini sungguh cerdas dan tak mudah dibohongi, apakah kamu sudah siap?”

Hubungan Lu Yanting dan Mu Baicheng lumayan baik, makanya dia berani mengejeknya seperti itu, jika tidak dia tidak mungkin bercanda seperti ini.

Berbicara mengenai tempramen Jiang Sisi, Mu Baicheng dengan ekspresi kalemnya, dan dengan wajah tanpa ekspresi dengan datar menjawab: “Aku sudah terbiasa.”

Lu Yanting tiba-tiba sangat kagum betapa kalemnya Mu Baicheng 。

Sebenarnya dilihat-lihat Lanxi dan Jiang Sisi memiliki sifat yang hampir mirip, emosian dan dan tidak mudah untuk dimengerti.

Jiang Sisi sangat suka berjalan-jalan, Lu Yanting pernah mendengar trip-trip wisata yang pernah di jalani oleh Jiang Sisi, sangat jelas dia dan Mu Baicheng memiliki pribadi yang sangat berbeda.

Kedua orang ini bisa bersama, semua orang merasa sungguh mengejutkan.

Dulu ketika berita mereka bertunangan, semua orang sangat kaget.

Tentu saja orang orang ini pada dasarnya merasa Jiang Sisi tidak cocok dengan Mu Baicheng .

Tak disangka, pada akhirnya kedua orang ini bersama.

Dan, Mu Baicheng yang seperti itu, memang adalah pasangan yang pas untuk Jiang Sisi.

Dipikir-pikir mereka pasangan yang cukup ajaib.

“Kamu dan Lanxi berantem ya?” Mu Baicheng kembali menanyakan pertanyaan yang tak terjawab tadi.

Lu Yanting yang tadinya sedang tersenyum mendengar pertanyaan Mu Baicheng ekspresinya langsung berubah muram.

Dia pun menghela nafas, “Iya.”

“Hal seperti ini, kamu merasa tidak cocok.”

Jiang Sisi setiap hari dirumah memarahi Lu Yanting, sedikit banyak Mu Baicheng pasti sudah tahu apa yang terjadi.

Mungkin ini pertama kalinya dia dan Jiang Sisi sependapat, karena dia merasa Lu Yanting bersikap seperti itu sungguh tidak cocok.

Mu Baicheng berasal dari keluarga dengan background militer, baginya tanggung jawabnya terhadap wanita yang dimilikinya sungguh besar.

Sikap Lu Yanting yang seperti itu menurutnya sungguh tidak bertanggung jawab.

Lu Yanting mendengar perkataan Mu Baicheng seperti itu ekspresi wajahnya berubah suram.

“Sisi setiap hari memarahimu, sungguh tidak mudah.”

Meskipun saat mengatakan hal itu tidak ada nada bercanda, tetapi Lu Yanting bisa menangkap ada nada jenaka dalam perkataanya.

Dapat terlihat dia sungguh mencintai Jiang Sisi.

Lu Yanting:”……”

Mu Baicheng : “Jika sudah sadar akan kesalahanmu, maka kamu coba pikir-pikir lagi,”

Dapat dikatakan Mu Baicheng memang lebih tua beberapa tahun dari Lu Yanting, sehingga pada saat bercakap denganya Lu Yanting nada seperti mendidik dari Mu Baicheng sulit untuk dihadari.

Untungnya Lu Yanting memang selalu menghormati pribadi Mu Baicheng ditambah lagi relasi keduanya yang cukup dekat, jadinya Lu Yanting menganggukan dan berkata kepada Mu Baicheng : “Mengerti.”

……

Diatas.

Jiang Sisi menarik tangan Lanxi memasuki kamarnya, dekorasi dari mulai bed cover sampai selimut semuanya berwarna merah, begitu masuk kesini sungguh menyilaukan mata.

Biasanya Jiang Sisi dan dia memiliki selera yang sangat bagus dalam berpakaian, tetapi mereka biasanya lebih memakai warna gelap seperti merah tua atau merah maroon, merah terang seperti ini sungguh tidak fashion.

Jadinya, Lanxi penasaran: “Kamar ini didekorasi seperti ini? Kok kamu bisa tahan?”

Mengenai hal ini, Jiang Sisi pusing memikirkannya.

Dia mengakat satu tangan memijat kepalanya: “Ini pilihan Ibu Mu Baicheng , katanya pada saat prosesi pernikahan memang harus seperti ini.

Lanxi: “……”

Mengenai hal ini, Jiang Sisi juga membuka lemari pakaian, dan menunjukan beberapa cheongsam: “Huh, beberapa baju ini juga dia yang membuatnya, sudah mau gila rasanya.”

Lanxi: “……”

Jika bukan memang sudah gila, mana mungkin mereka berdua memakai pakaian seperti itu.

Novel Terkait

Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu