Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 158 Tidak Pernah Bahagia (2)

“Kamu naik keatas tidur dan mandi sendiri.”dia tidak terlalu pintar merawat anak, hanya saja berpikir Cheng Zi yang sudah berusia 6 tahun seharusnya sudah bisa mengurus diri sendiri.

“Aku bertanya kepadamu, kapan membolehkan aku bertemu dengan ibuku?”ucap Cheng Zi yang sedikitpun tidak takut kepada Fu Xing, ini tampak sangat jelas dia sedang melawannya.

Fu Xing menatapnya yang seperti ini dan tiba-tiba mengingat Lu Qingran.

Mereka berdua ibu dan anak, benar-benar sangat mirip.

Fu Xing yang memikirkannya tanpa sadar tersenyum.

“Beberapa hari kemudian aku akan menyuruhnya datang melihatmu, bagaimana?”kali ini Fu Xing sudah belajar cara memutar balik keadaan dan membahas beberapa persyaratan dengan Cheng Zi: “Syaratnya kamu harus nurut, beberapa hari ini jika kamu nurut, aku akan menyuruhnya datang melihatmu.”

Cheng Zi:“……”

Tentu saja anak berusia 6 tahun tidak lebih hebat dari Fu Xing yang licik dalam melakukan hal negosiasi.

Cheng Zi goyah begitu mendengar dirinya bisa bertemu dengan Lu Qingran,

Namun, sebelum itu dia memastikan sekali lagi dengan Fu Xing: “Apakah kamu akan menepati janjimu?”

Fu Xing: “Ehn.”

Cheng Zi tidak menjawabnya, lalu berbalik bersiap-siap pergi keatas.

Baru berjalan beberapa langkah, dirinya seolah tiba-tiba mengingat suatu hal, lalu menoleh dan menatap Fu Xing.

“Oh iya, kamu kedepannya jangan merokok dalam rumah, sangat tidak nyaman.”

Fu Xing belum sempat menjawab, Cheng Zi sudah naik keatas.

Fu Xing seorang diri berdiri ditempat:“……”

Emosinya, tatapan matanya ketika berbicara, benar-benar sangat mirip dengan Lu Qingran.

Oh iya, ada lagi, kebiasaan melarang orang merokok di dalam rumah juga sama.

Fu Xing ingat ketika dia tinggal bersama Lu Qingran, Lu Qingran sangat benci dengan bau asap, setiap kali dia merokok Lu Qingran pasti ingin bertengkar dengannya.

Kemudian Fu Xing mengingatnya dan langsung berhenti merokok.

Sampai setelah mereka cerai, dia baru mulai merokok lagi.

Semakin indah sebuah ingatan, semakin kejam kenyataan.

Mengingat masa lalu, Fu Xing mengangkat tangannya dan mengusap alisnya.

Ehn……semua sudah berlalu.

**

Tibet, Lhasa.

Malam hari ini makan sangat kenyang, setelah kembali Lanxi berbaring sebentar ditempat tidur, lalu bangkit pergi mandi, dan lanjut tidur.

Fakta membuktikan liburan benar bisa membuat suasana hati seseorang berubah menjadi baik, setelah meninggalkan Jiangcheng, meninggalkan Guanting, seluruh dirinya tampak sangat santai.

Awalnya dia mengira setelah mengganti suasana akan ada berbagai jenis ketidaknyamanan, tapi segala sesuatu yang dipikir akan terjadi sama sekali tidak terjadi.

Sepanjang malam dia tidur nyenyak, bahkan sampai tidak bermimpi.

Ketika bangun sudah keesokan harinya pukul 7 pagi.

Lanxi turun dari tempat tidur memakai baju tidur.

Dia yang sedang memakai sandal, mendengar suara ketukan pintu.

Lanxi berpikir, yang bisa mengetuk pintu di jam segini hanya ada Zhou Hesi.

Dia merapikan rambutnya, sambil mengambil sehelai baju dan memakainya, lalu pergi membukakan pintu untuk Zhou Hesi.

Begitu pintu terbuka, dia sudah melihat Zhou Hesi mengenakan jaket dan berdiri di luar dengan sarapannya.

Melihatnya seperti ini, Lanxi sedikit terkejut.

Sekarang baru jam tujuh, dan dia sudah membeli sarapan.

Jika begitu jam berapa dia bangun?

“Baru bangun ya?”Zhou Hesi yang melihat Lanxi sudah tahu dia baru saja bangun tidak lama.

Terlebih, rambutnya masih berantakan.

Lanxi mengikat rambutnya dan berkata, “Ya”, “Kamu begitu pagi sudah pergi membeli sarapan?”

Zhou Hesi: “Ehn, aku sudah terbiasa bangun pagi, tidak apa-apa.”

Sambil mengatakannya, Zhou Hesi sambil menyerahkan sarapan ke Lanxi, “Makanlah selagi panas, setelah makan kita pergi ke Istana Potala.”

Lanxi menjulurkan tangan menerima sarapan Zhou Hesi, sarapannya masih panas, dan hatinya juga masih panas.

Sebenarnya apa yang dilakukan Zhou Hesi sangat sederhana, tapi karena hal yang sangat sederhana, setiap hal yang dilakukan dapat menusuk hatinya.

Lanxi tiba-tiba teringat apa yang dia katakan kepada Jiang Sisi sebelumnya ——ketika dia dan Zhou Hesi bersama, pasti akan hidup bahagia?

Tentu saja, begitu ide ini keluar, Lanxi segera menepuk dahinya dan membuang ide-ide berantakan ini.

Bagaimana mungkin dia bersama dengan Zhou Hesi.

Tersentuh dan perasaan bukanlah hal yang sama, dia tidak bisa menyia-nyiakan Zhou Hesi.

“Kamu kenapa?”Zhou Hesi tertawa ketika melihat dia menepuk dahinya tiba-tiba: “Begitu bangun tidur langsung menjadi bodoh?”

“Kamu yang bodoh.”lirik Lanxi.

“Sudah, aku hanya bercanda, jangan marah.”Zhou Hesi mengangkat tangannya dan menggosok rambutnya, “Cepat masuk sarapan, aku juga akan kembali untuk berkemas.”

Pintu ditutup, Lanxi meletakkan sarapan yang dibeli Zhou Hesi di atas meja.

Dia pergi menyikat gigi, lalu pergi makan sarapan.

Zhou Hesi membeli sarapan makanan lokal, mentega teh dengan roti, kedua makanan ini digabung bersama benar-benar terasa sangat nikmat.

Lanxi merasa kemampuan dirinya beradapatasi cukup bagus, reaksinya terhadap ketinggian juga hanya terjadi kemarin sore, setelah itu dia sudah terbiasa.

Tampaknya, Lhasa tempat ini sangat cocok untuk dirinya.

Setelah makan, Lanxi pergi mencuci muka dan berdandan.

………

Sekitar pukul 8:30, dia keluar dengan Zhou Hesi.

Seperti yang dia katakan sebelumnya, keluar dengan seseorang seperti Zhou Hesi benar-benar tidak perlu membawa otak, karena dia akan mengatur segala sesuatu dengan baik.

Hari ini mereka pergi ke Istana Potala, Zhou Hesi membawa tas ransel, didalamnya ada segala macam barang yang bisa digunakan, tas ini benar-benar seperti kantung ajaib Doraemon.

Istana Potala sangat indah, sebelumnya Lanxi pernah melihat foto Tibet yang tidak terhitung jumlahnya di internet, tapi seberapa bagus sebuah foto tidak akan lebih bagus dari melihatnya dengan mata sendiri.

Berdiri di bawah tangga Istana Potala, Lanxi memandangi gedung-gedung tinggi di depannya, dia sama sekali tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan suasana hatinya.

“Mau foto tidak?”tanya Zhou Hesi mengangkat alis pada Lanxi.

Dari lubuk hati Lanxi tentu saja ingin foto, tapi dia tidak percaya dengan kemampuan Zhou Hesi dalam mengambil foto.

Dulu ketika bersama dengan Shen Zhiwen, dia juga akan menyuruh Shen Zhiwen memotret dirinya.

Tapi kemampuan memotret pria, pada umumnya tidak akan begitu bagus.

Jadi……Lanxi sudah memiliki gambaran.

Zhou Hesi melihat tatapan ragu dari mata Lanxi, dia tersenyum berkata: “Tenang saja, ketika masih kuliah aku masuk dalam komunitas photografer.”

Ada ucapan ini dari Zhou Hesi, Lanxi merasa tenang.

Dia memberikan Hp kepada Zhou Hesi, lalu mulai berpose.

Dia pada awalnya bukan orang pemalu, terlebih di depan Zhou Hesi tidak perlu begitu.

Gerakan Zhou Hesi membuktikan kemampuan fotonya tidak buruk, setidaknya ketika Lanxi melihat foto dirinya sendiri sedikit terkejut.

Jujur saja pakaian yang dipakainya hari ini tidak bagus.

Lagipula, ditempat tinggi seperti Lhasa, suhu adalah yang paling penting.

Jadi, hari ini dia memakai sepatu hiking, jaket, dan celana olahraga.

Sebenarnya pakaiannya sangat kembung.

Tapi, foto yang diambil Zhou Hesi benar-benar tidak terlihat begitu.

Lanxi menatap foto itu dan memuji Zhou Hesi tanpa ragu: “Lumayan, tidak disangka kamu masih menyimpan kemampuan tersembunyi ini.”

“Bagaimana, apakah kamu merasa dirimu beruntung?”ucap Zhou Hesi tertawa, “Mencari seorang tour guide, masih bisa mendapatkan photografer yang hebat.”

“Iya, dulu kenapa tidak merasa kamu begitu hebat ya.”ucap Lanxi tertawa bahagia.

Zhou Hesi menatap senyumnya, matanya bersinar lebih banyak dari sebelumnya.

Dia menggerakkan bibirnya dan berkata: “Masih banyak kehebatanku yang lain, kedepannya kamu bisa perlahan-lahan memahaminya.”

Dalam ucapannya tampak jelas memberikan isyarat, tentu saja Lanxi tidak akan memikirkan ucapan itu.

Karena dia adalah Zhou Hesi, dia percaya Zhou Hesi pria yang jujur.

“Ayo kita naik keatas saja.”Lanxi mengalihkan pandangan darinya, mengangkat tangannya dan menunjuk ke tangga.

Dia yang menolak, tentu saja Zhou Hesi mengerti.

Dia berpikir, mungkin dia mengekspresikannya terlalu terburu-buru.

Dia bukan tipe orang yang tidak tahu malu, jadi setelah Lanxi selesai mengatakan ini, dia tidak melanjutkan topik ini.

“Ok, ayo jalan.”Zhou Hesi mengangguk setuju.

Lalu, keduanya naik tangga bersama.

Istana Potala sangat indah, meskipun Lanxi tidak percaya pada Buddhisme Tibet, tapi setelah menginjakkan kaki dia terkejut dengan pemandangan disini.

Perasaan itu seperti seluruh jiwa dicuci bersih.

Ada beberapa dalai lama yang membaca kitab suci, bernyanyi, di istana yang kosong masih bisa mendengar suara lonceng yang bergema.

Lanxi memejamkan matanya dan dalam sekejap berubah menjadi tenang.

Istana Potala membatasi pengunjung harian, jadi tidak banyak orang didalam istana, orang yang datang mengunjungi juga sangat tenang, seolah-olah mereka takut mengganggu ketenangan di sini.

Lanxi dan Zhou Hesi menghabiskan seharian di istana Potala, tidak terasa sudah tiba waktu untuk makan siang.

Setelah keluar dari dalam, Zhou Hesi menyadari Lanxi tampak sangat tenang.

Dia bertanya kepada Lanxi: “Bagaimana perasaanmu sekarang?”

Lanxi menjilat bibirnya, “Sangat bagus.”

Zhou Hesi: “Ehn, ini kedua kalinya aku datang, setiap kali datang kesini selalu memberikan perasaan yang sama.”

“Iya……tiba-tiba merasa diri sendiri sangat bersih?”ucap Lanxi tersenyum, “Mungkin karena biasanya terlalu banyak pikiran kotor.”

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu