Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 80 Iya, Cemburu

Pada bilang mabuk akan memberi keberanian ekstra, Lanxi sama sekali tidak menampakkan sisi polos.

Dia menarik-narik sabuk pengaman yang melintangi tubuhnya, bergerak mendekati Lu Yanting, satu tangan mencubit pipi Lu Yanting dengan kuat.

Lu Yanting: "... ..."

"Aku omongin kamu, dasar Lu Yanting brengsek." Lanxi mendengus, "selalu pergi cari mantan, benar-benar menyebalkan."

Mendengar perkataannya itu, ekspresi pada wajah Lu Yanting agak merenggang.

Lu Yanting mengangkat tangan dan meraba area yang dicubit, bertanya dengan tersenyum: "kamu sangat peduli?"

"Tak usah tanya!" Lanxi mengangkat kaki dan memijak dashboard mobil, "yang penting aku mau marahin kamu!"

Lu Yanting membungkuk, merapikan sepatu hak tinggi yang dilemparnya tadi, lalu mengingatkannya: "kamu kebanyakan minum."

"Aku sama sekali tidak kebanyakan minum, aku memang mau marahi kamu!" Mulut Lanxi masih saja tidak berhenti.

Lu Yanting agak tak berdaya, hanya minum sedikit bir langsung tak henti memarahinya, biasanya pasti sangat tidak tidak suka dengannya?

"Baik, marahlah."

Karena dia mabuk, Lu Yanting pun membiarkannya.

Sesudah mengatakan itu, Lu Yanting melajukan mobil.

Setelah minum bir, tenggorokan Lanxi seperti disetting on, tak henti berbicara, apa saja dikatakan olehnya.

Mungkin karena memarahi Lu Yanting tapi tidak mendapatkan respon, merasa bosan, Lanxi mulai memaki Lan Zhixin dan Wang Ying.

"Para orang-orang murahan yang tidak tahu malu... ...suatu hari nanti aku pasti akan membiarkan kedua murahan itu kembali ke bentuk aslinya, dasar ayam kampungan."

"Si pelacur Tang juga, pamer apa, cuma memungut pria yang aku buang... ..."

Lu Yanting: "... ..."

Dia tidak pernah menyukai wanita yang cerewet.

Sebelumnya dia tidak tahu, setelah Lanxi kebanyakan minum, ternyata menjadi begitu cerewet.

Dia bahkan mulai jengkel.

Sepanjang jalan, Lanxi memarahi banyak orang, Lu Yanting merasa Lanxi seperti seorang wanita pendendam.

Meskipun begitu, Lu Yanting tidak bisa menghentikannya, hanya bisa dengan diam mendengarkan omelannya.

……

Berlalu 40an menit, akhirnya sampai di rumah.

Kondisi Lanxi seperti ini, Lu Yanting tidak bermaksud membiarkannya turun mobil sendirian.

Setelah memarkirkan mobil, dia datang ke sisi lain mobil, membuka pintu dan mengangkat Lanxi keluar dari mobil, lalu mengambil sepasang hak tinggi punya Lanxi.

Lanxi tampaknya sedikit ngantuk, setelah dipeluk olehnya, dia mengangkat lengan dan merangkul lehernya.

"Nyaman sekali... ..."

Dia memejamkan mata, mengeluarkan suara yang mengekspresikan kepuasannya.

Mendengar suara itu, tenggorokan Lu Yanting terasa mengering, satu tangan bergerak dari pinggang Lanxi ke area pinggul, merabanya dengan kasar.

Benar-benar penggoda alami.

Setelah masuk, Lu Yanting meletakkan Lanxi di sofa. Sesudah meletakkannya, barulah dia pergi mengganti sandal.

Lanxi ngantuk hingga tak sadarkan diri, setelah dibaringkan di sofa, dia kira dirinya berada di ranjang, begitu membalikkan badan, langsung terjatuh ke lantai.

"Ahhh aish---"

Jatuh ini segera menyadarkannya.

Lanxi duduk di atas karpet, memegang kepala.

"Brengsek, semuanya brengsek!"

Lu Yanting: "... ..."

Dia benar-benar sudah menyadari betapa mampunya Lanxi dalam membuat keributan yang tidak masuk akal.

Dia awalnya mengira bahwa sebelumnya sudah mencapai puncak, tidak sangka, Lanxi selalu bisa mengupdate pengenalan Lu Yanting terhadapnya.

Sedangkan Lu Yanting... ... Sepertinya sudah terbiasa bertoleransi padanya.

Lu Yanting membungkuk dan mengangkat Lanxi dari lantai, membawanya ke lantai atas untuk mandi.

Saat mandi, Lanxi juga tidak bisa diam, terus bergerak.

Lu Yanting menghabiskan banyak tenaga untuk tetap sabar dan memandikannya hingga selesai.

Baru saja meletakkan Lanxi ke atas ranjang, ponsel di atas lemari ranjang mulai bergetar.

Lu Yanting mengambil ponsel, panggilan dari Lu Bienian.

Ada apa meneleponnya pada waktu yang sudah begitu larut?

Pandangan Lu Yanting sekilas menyapu Lanxi yang ada di ranjang, kemudian mengangkat telepon.

"Papa, sudah begitu larut, ada apa?" Tadinya dia menahan hasrat nafsu untuk memandikan Lanxi, sampai sekarang suaranya masih serak.

Lu Bienian juga merupakan tetua yang melewati masa muda, bagaimana mungkin dia tidak tahu apa tanda suara putranya itu?

Lu Bienian berdeham dingin, "tadi Paman Cheng menelepon aku."

Lu Yanting: "... ..."

Dia tahu, maksud Lu Bienian adalah Direktur Cheng.

Ketika meminta bantuan dari Direktur Cheng, Lu Yanting juga tidak menyuruhnya untuk tidak memberi tahu Lu Bienian tentang masalah ini.

Jadi, tidak bisa menyalahkan Direktur Cheng.

Mungkin saat mereka berdua sedang mengobrol, Direktur Cheng hanya sekadar mengungkit masalah ini.

Lu Bienian: "begitu banyak tahun, aku tidak pernah melihat kamu mempergunakan hubungan keluarga, teman mana yang begitu penting bagimu?"

Lu Yanting: "pa--"

Lu Bienian: "Gu Jingwen?"

Lu Yanting: "... ..."

Tidak ada yang paling mengenali putra sendiri selain ayah kandungnya, tebakan Lu Bienian cukup tepat.

Lu Yanting seketika tidak bisa berkata apa-apa.

Lu Bienian sedikit marah: "kamu masih belum keras hati? Dia juga yang meninggalkan bekas lipstick di lehermu itu?!"

Lu Yanting memijat kening: "... ... Direktur Cheng juga menyampaikan ini ke ayah?"

Lu Yanting awalnya mengira bahwa Direktur Cheng hanya mengatakan bahwa dirinya meminta bantuan dari dia, tidak sangka Direktur Cheng juga mengatakan masalah bekas lipstick.

Mendengar Lu Yanting bertanya demikian, Lu Bienian lagi-lagi berdengus dingin: "kenapa, berani berbuat tidak berani ngaku? Kalau om Cheng tidak bilang, kamu bermaksud merahasiakan dari kami sampai kapan?"

Lu Yanting: "... ..."

Lu Bienian: "sudah umur 30an, walau main juga harus ada batas, bolehkah kamu perhatikan citra kamu sendiri, orang yang tidak tahu mungkin akan mengira kamu terlalu bernafsu!"

Lu Yanting dimarahi oleh Lu Bienian sampai tak berdaya: "pa... ... Aku tahu."

Lu Bienian: "jadi, sekarang kamu ngaku kamu lagi pacaran?"

Lu Yanting: "bukan pacaran juga."

Lu Bienian: "Dasar, jangan-jangan kamu tiru kelakuan pria kaya yang berfoya-foya itu main memelihara wanita diluar segala?"

"Pa, bolehkah tingkat imajinasimu tidak sekaya ini."

Lu Yanting akhirnya tahu, keromantisan Lu Qingran, pastinya diwariskan oleh Lu Bienian.

"Aku sudah menikah dengan dia."

"Apa?!" Lu Bienian sekali lagi meninggikan suara, beberapa saat kemudian, dia berkata lagi: "aku akan dibuat hipertensi olehmu cepat atau lambat, masalah yang begitu penting, kamu bahkan tidak mengabari kami!"

Lu Yanting: "masalah ini agak mendadak, aku dan dia belum kenal lama sudah menikah."

Lu diam sejenak, lalu bertanya padanya: "kalau begitu, kapan kamu mau bawa dia pulang ke rumah untuk dilihat aku dan ibumu?"

Lu Bienian baru selesai menanyakan itu, Lanxi yang berbaring di ranjang kebetulan membalikkan badan, mengeluarkan suara.

Suara itu terdengar oleh telinga Lu Bienian.

"Sekarang dia belum siap, tunggu waktunya tepat, aku akan bawa dia pulang."

Lu Yanting menarik kembali pandangan dari Lanxi, "jadi ayah, ayah jangan sembarangan mencocokkan aku dengan yang lain lagi, aku tidak ada perasaan semacam itu terhadap Huiling."

"Oh iya, papa, aku sudah memberi tahu Huiling tentang hal ini. Dia sudah ngomong, dia akan tetap belajar di Zhonghaim, jadi kamu tidak perlu khawatir."

Beberapa kata dari Lu Yanting secara total menghilagkan kekhawatiran Lu Bienian.

Lu Bienian masih saja tidak menyerah: "gadis seperti apa dia? Umur berapa?"

Lu Bienian bukan tipe orang yang mementingkan status keluarga, jadi diapun tidak menanyakan latar belakang Lanxi.

Lu Yanting memijat-mijat kening, mengingat umur Lanxi: "sepertinya sudah umur 24."

"Sepertinya?" Lu Bienian marah sampai hanya bisa tertawa, "kamu bahkan tidak ingat umur istrimu sendiri?"

Lu Yanting: "... ..."

Lu Bienian: "aku kasih kamu waktu dua minggu untuk bawa dia pulang, jika tidak, hati-hati aku bereskan kamu."

"Oke." Lu Yanting menyetujuinya.

Dia awalnya memang tidak bermaksud untuk terus merahasiakan hubungannya dengan Lanxi.

Ketika dia memutuskan untuk menghadiri acara pelelangan bersama Lanxi sebelumnya, dia sudah berencana untuk mempublikasikan hubungan mereka.

Meskipun tidak jadi pergi ke acara pelelangan, tapi karena ada kesempatan seperti ini, dia pun mengikuti arus saja.

Apakah Lu Bienian dan Xi An akan menyukai Lanxi, masih sebuah pertanyaan.

Karena bagaimanapun, karakter seperti Lanxi benar-benar tidak mudah disukai tetua.

Emosi tinggi, keras kepala, juga tidak pintar mengambil hati.

Lagipula... ... Walau Lu Yanting bermaksud membawanya pulang, Lanxi pun belum tentu bersedia.

Memikirkan itu, Lu Yanting agak sakit kepala.

**

Esok pagi.

Begitu Lanxi membuka mata, langsung menemukan bahwa dirinya menumpu di atas tubuh Lu Yanting.

Kedua kakinya mengangkang, satu kaki terletak di atas pinggang Lu Yanting, kebetulan bisa merasakan reaksi pagi si Lu Yanting.

Lanxi merinding, segera bergerak mundur selangkah.

Tadi malam, Lanxi tidak mabuk sampai hilang kesadaran, jadi ingatannya masih ada.

Lanxi sambil memijat kening, sambil mengingat kembali apa yang terjadi semalam.

Lu Yanting membuka selimut sutra yang menutupi tubuhnya, satu tangan menyangga kepala, menatap Lanxi.

“Apa yang kamu ingat?”

Lanxi: “Aku tidak kebanyakan minum pun, aku ingat semuanya.”

Lu Yanting menyipitkan mata: “Oh, tidak kebanyakan minum?”

Lanxi: “Iya, aku kuat minum.”

Lu Yanting: “kalau begitu, semalam terus memarahi aku brengsek dan bajingan, itu bukan karena mabuk, tapi kata-kata tulus dari hati?”

Lanxi: “… …”

Tadi malam dia memang tidak mabuk parah, tapi sesudah minum alkohol, setidaknya pasti akan membuat penuh semangat, jadi tidak bisa dihindari bahwa dia tidak bisa mengendalikan diri.

Ditambah dengan sering munculnya Gu Jingwen di dalam kehidupannya akhir-akhir ini, sungguh amat menyebalkan.

Sehingga dia bisa mengatakan kata-kata semacam itu.

Lu Yanting: “Kenapa tidak bicara? Takut dihukum?”

Lanxi: “Iya benar, kata-kata jujur.”

Lu Yanting tidak menyangka dia bakal mengaku dengan begitu lugas: “… …”

Lanxi mengibaskan rambut, tidak peduli bahwa tubuh bagian atasnya sama sekali tidak mengenakan sehelai pakaian pun, “Apakah kamu tidak brengsek?”

“Apa yang brengsek?” pandangan Lu Yanting beralih dari wajah ke dada Lanxi, “coba berikan contoh?”

Lanxi mengangkat alis: “hal semacam tinggalkan istri dan pergi cari mantan pacar, tidakkah itu brengsek?”

“Kenapa, kamu cemburu?” Lu Yanting dibuat senang olehnya.

Melihat Lanxi seperti ini, suasana hatinya menjadi sangat baik.

“Iya, cemburu.” Lanxi mendekat ke Lu Yanting, “Jadi bolehkah bos Lu tidak berinteraksi lagi dengan mantan pacar?”

Lu Yanting: “… …”

“Heh, tidak bisa melakukannya.” Lanxi menunjukkan ekspresi kesal, “Jadi, aku masih akan memarahi kamu brengsek.”

……

Diam sebentar dengan Lu Yanting di atas ranjang, suasana hati Lanxi lumayan baik.

Hari ini Senin, seperti biasanya Lanxi diantar oleh Lu Yanting ke perusahaan.

Dalam perjalanan ke Dongjin, Lu Yanting dan Lanxi membahas masalah belajar mengendarai mobil.

Lu Yanting: “Kamu sebelumnya tidak pernah belajar mengemudi?”

Lanxi: “Iya, tidak ingin belajar.”

Lu Yanting: “luangkan waktu untuk pergi belajar, lebih mudah jika bisa mengemudi.”

Lanxi: “aku tidak mau.”

Lu Yanting: “sesudah kamu bisa, aku belikan kamu mobil.”

Lanxi: “Aku sakit, tidak boleh mengemudi.”

Lu Yanting: “… …”

Entah ke berapa kalinya Lu Yanting dibuat terdiam oleh Lanxi.

Bahkan karena alasan yang sama.

Beberapa saat kemudian, mobil berhenti di bawah gedung Dongjin.

Suasana hati Lanxi baik, melambai-lambaikan tangan pada Lu Yanting, lalu turun dari mobil.

**

Senin, banyak masalah di perusahaan yang harus ditangani oleh Lanxi.

Saat ini, proyek yang diinvestasikan oleh Zhonghaim sudah bersiap-siap untuk dioperasikan secara resmi.

Lanxi adalah penanggung jawab utama, jadi semua dokumen yang bersangkutan harus ditandatangani olehnya.

Begitu menemukan bahwa direktur keuangan proyek ini adalah Wang Xu, Lanxi langsung melempar pulpen.

“Ganti orang.”

Dia melempar pulpen, mengambil daftar anggota, berjalan menuju kantor Lan Zhongzhi.

Lanxi datang dengan penuh emosi, tidak mengetuk pintu, melainkan langsung menendang pintu dan masuk.

Begitu pintu terbuka, menemukan bahwa Wang Xu juga ada di dalam.

Lan Zhongzhi dan Wang Xu duduk bersama, entah apa yang didiskusikan mereka.

Namun, dipikir dengan menggunakan jempol kaki saja sudah bisa tahu, pastinya bukan sesuatu yang baik.

Lanxi tiba-tiba masuk begitu saja, Lan Zhongzhi agak tidak senang: "Kenapa kamu tidak mengetuk pintu?"

Lanxi tidak menjawab, melempar daftar anggota yang bertanggung jawab atas proyek ke meja kerja, "Aku yang harus bertanya, kenapa kamu memasukkan anggota tanpa mendapat persetujuanku terlebih dulu?"

Pandangan Lan Zhongzhi sekilas menyapu daftar anggota itu, bertanya pada Lanxi: "Apakah menurut kamu ada masalah dengan daftar ini?"

"Apakah kamu lupa dengan apa yang tertulis dalam kontrak? Maukah aku membantu kamu mengingat kembali?" Lanxi mengingatkannya, "Semua orang yang bertanggung jawab atas proyek ini ditentukan oleh aku. Sekarang kamu bermaksud melanggar persetujuan kontrak?"

Lan Zhongzhi tentunya tidak akan lupa dengan aturan yang tertulis di kontrak.

Dia menahan emosi, dengan sabar bertanya pada Lanxi: “menurutmu bagian mana yang bermasalah?”

“Aku sudah pernah bilang, aku tidak mau ketemu anggota keluarga orang murahan di perusahaan keluarga Bai.” Berkata sampai sini, pandangan Lanxi menyapu ke arah Wang Xu.

“Lanxi, bisakah kamu lebih sopan?” Lan Zhongzhi merasa tidak diberi muka, “sesuai pangkat, paman Wang masih merupakan senior kamu!”

“Aku tidak ada senior semacam ini.” Lanxi menarik kembali pandangannya, “Yang penting, aku akan daftar ulang.”

“Dia sudah termasuk karyawan yang bekerja lama di perusahaan, dia tahu banyak tentang perusahaan, dari mana kamu bisa menemukan orang yang begitu mengenali perusahaan ini?” Lan Zhongzhi dengan sabar membujuk Lanxi, “kamu tidak berpengalaman dalam mengelola perusahaan, banyak hal yang tidak bisa diputuskan dengan mengandalkan preferensi kamu sendiri, paham?”

“Aku mau putuskan sesuai preferensi aku sendiri.” Lanxi mengangkat alis, “Kamu bisa apakan aku? Kalau tidak senang, pergi bilang ke Lu Yanting.”

Lan Zhongzhi dibuat terdiam oleh Lanxi.

“Kak ipar, sudahlah.” Di samping, Wang Xu segera maju, berkata dengan bijak: “Kalau Lanxi tidak mau menggunakan aku, biarkan dia cari orang lain saja, kebetulan aku juga bisa istirahat untuk sementara waktu.”

Setelah mendengar perkataan itu, Lanxi tertawa.

Memang berasal dari keluarga yang sama dengan Wang Ying, kemampuan mereka berakting benar-benar persis sama.

Lihatlah sosok dia yang tampak bijak, orang yang tidak tahu keadaan, pastinya akan mengira bahwa dia berkorban banyak untuk perusahaan.

“Wang Xu, masalah ini---“

“Bagus, kalau begitu kamu istirahat saja.”

Lan Zhongzhi ingin mengatakan sesuatu, tapi langsung diinterupsi oleh Lanxi.

Lan Zhongzhi memang tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Lanxi, karena ada Lu Yanting yang menjadi penyokongnya.

"Aku akan merencanakan ulang daftar personel proyek ini, waktu kerja proyek ditunda. ”

Habis melemparkarkan satu kalimat itu, Lanxi langsung berbalik badan dan keluar dari kantor Lan Zhongzhi.

……

Ketika sampai di depan pintu kantor, Lanxi lagi-lagi ketemu Qiao Cheng.

“Untuk apa kamu datang ke sini lagi?”

Qiao Cheng merasa malu, segera menjelaskan: "asisten yang kamu rekrut sebelumnya, hari ini sudah mulai bekerja, aku menyuruhnya tunggu di kantor rapot sebelah."

Lanxi sekadar merespons 'oh', mengangkat lengan dan memijat kening.

Akhir-akhir ini terlalu banyak masalah, dia bahkan melupakan hal itu.

Asisten baru yang direkrut Lanxi bernama Shu Ran, sifatnya terus terang, lumayan cocok dengan Lanxi, poin yang membuat Lanxi tertarik padanya juga karena sifatnya itu.

Meskipun dia tidak berpengalaman, tapi Lanxi memberinya kepercayaan penuh.

Lanxi memanggil Shu Ran masuk ke kantor, memberikan tugas pertama untuknya.

“Maksud anda, suruh saya memilih daftar anggota penanggung jawab proyek ini?" Sesudah memahami maksud Lanxi, Shu Ran secara tidak sadar mengerutkan kening.

Lanxi mengangkat alis: “Ada masalah?”

Shu Ran menjawab dengan jujur: "Tidak masalah, tetapi agak sulit."

Lanxi: “Hm? Apanya yang sulit.”

Shu Ran: “Saya baru saja bekerja di perusahaan ini, tidak jelas dengan golongan-golongan di perusahaan, juga tidak tahu siapa yang bisa dipercaya. Menyuruh saya membentuk sebuah tim, saya hanya terpikir satu cara--"

Berkata sampai sini, dia tiba-tiba berhenti.

Sepertinya merasa bahwa pemikirannya itu agak konyol.

Namun, Lanxi malah amat tertarik: “apa caranya?”

Shu Ran: “segera merekrut orang baru. Tapi... ... Orang baru biasanya tidak berpengalaman, bertanggung jawab atas proyek yang begitu besar, juga ada resikonya."

Lanxi sekadar ‘oh’, lalu, “Apa yang kamu katakan cukup masuk akal.”

Shu Ran: “?”

Lanxi melambai-lambaikan tangan: “Kalau begitu, tugas merekrut orang baru diserahkan ke kamu.”

Shu Ran dengan tidak yakin menatap ke Lanxi: "apakah anda yakin? Resikonya sangat besar."

Sebelumnya dia pernah mendengar, proyek kali ini diinvestasi oleh Zhonghaim.

Jika mengacaukan proyek ini, berarti menimbulkan perselisihan dengan investor besar.

Tindakan Lanxi terlalu seenak hati.

Shu Ran tidak bisa menahan niat untuk mengingatkan Lanxi: "kalau kita tidak mengerjakan proyek ini dengan bagus, kedepannya besar kemungkinan kita tidak bisa lagi memperoleh investasi dari Zhonghaim, maukah anda berpikir kembali atas keputusan anda?"

"Investasi Zhonghaim... ..." Lanxi melengkungkan bibir, "masalah ini gampang."

Dia hanya perlu menemani Lu Yanting tidur.

Shu Ran: “… …?”

Dia sebelumnya pernah mendengar beberapa rumor, katanya Lanxi sepertinya berhubungan spesial dengan atasan Zhonghaim.

Sebelumnya dia masih tidak begitu percaya.

Namun, dilihat dari respons Lanxi sekarang... ... Tampaknya rumor itu benar?

Sebagai asisten, tentunya harus tanpa syarat mematuhi tugas-tugas yang diberi atasan.

Setelah menerima arahan dari Lanxi, Shu Ran pun mempersiapkan perekrutan orang baru.

Lanxi berjalan ke tempat mesin kopi dan mengisi secangkir kopi. Mengingat ekspresi Lan Zhongzhi dan Wang Xu, dia tidak bisa menahan tawa.

Benar-benar sangat memuaskan.

Tentu saja, dia juga percaya bahwa kedepannya akan ada yang lebih memuaskan.

**

Rabu siang, Lanxi menerima panggilan telepon dari Shen Houzhong.

Setelah melihat panggilan itu, Lanxi sengaja berdiri baru mengangkat telepon itu.

Shen Houzhong bertanya para Lanxi: "bagaimana rasanya setelah bekerja di perusahaan selama beberapa hari ini?"

Lanxi berkata dengan diiringi senyum tawa: "lumayan baik, tapi ada banyak hal yang tidak begitu mengerti."

Shen Houzhong: "kalau ada yang tidak dimengerti, boleh tanya ke aku."

Lanxi: "baik."

Shen Houzhong: "nak, apakah hari ini kamu sibuk? Mungkin ada hal yang butuh bantuan kamu."

Lanxi: "tidak sibuk, kamu katakan saja apa masalahnya, aku pasti akan bantu."

Kebaikan Shen Houzhong padanya, dia selalu ingat.

Jarang Shen Houzhong membutuhkan bantuannya, bagaimana boleh dia menolak untuk bantu?

Shen Houzhong: "Ada pusat penanaman bunga di jalan dekat rumah kamu. Boleh tidak kamu bantu aku pilih beberapa pot tanaman dan bawa ke sini."

Lanxi menyetujuinya dengan sangat langsung: "boleh, tidak masalah."

Tanaman pot, bunga, rumput, dan sejenisnya, Bai Cheng juga sangat suka saat masih hidup.

Mengikutinya, Lanxi belajar banyak, termasuk ahli setengah jadi.

Shen Houzhong benar-benar memang sahabat baik Bai Cheng, keduanya memiliki hobi yang sama.

……

Sesudah bertelepon dengan Shen Houzhong, Lanxi meninggalkan perusahaan.

Karena menunggu lama untuk menemukan taksi, dia tiba-tiba merasa saran Lu Yanting pagi kemarin cukup terandalkan.

Dia memang harus belajar mengemudi, setidaknya akan lebih memudahkan dirinya saat berpergian.

**

Naik taksi datang ke pusat penanaman bunga. Begitu masuk, Lanxi langsung menampak bunga dan tanaman.

Seluruh pandangannya dipenuhi warna hijau. Entah siapa yang pernah mengatakan bahwa suasana hati orang akan menjadi lebih baik setelah melihat tanaman hijau.

Tampaknya perkataan itu masuk akal. Lanxi berjalan mendekati pot gantung, memerhatikannya dengan serius.

Tidak lama kemudian, seorang pria paruh baya yang mengenakan pakaian olahraga masuk ke halaman.

Pemilik toko menyambutnya dengan ramah dan antusias. Setelah mendengarkan suara pria itu, Lanxi dengan terbiasa sekilas mempandangnya.

Erh... ... Memang terlihat seperti orang kaya.

Lanxi tidak melihat lama, hal itu tidak berhubungan dengan dirinya.

Menarik kembali pandangan, dia lanjut memilih tanaman pot.

Siapa sangka, pria itu menghampiri Lanxi, mengikuti Lanxi berjongkok.

"Kamu juga datang beli bunga?"

Lanxi baru menyadari bahwa pria itu sedang berbicara dengan dirinya.

Dia mengangguk: "iya, pot anggrek ini mekar dengan bagus."

Pria itu seketika menjadi tertarik, bertanya lagi: "kamu mendalami hal-hal seputar tanaman?"

Lanxi menggelengkan kepala: "tidak begitu mendalami juga, tapi kakekku suka, jadi aku belajar sedikit darinya."

Mendengar perkataan Lanxi, tatapan pria itu bertambah sedikit kekaguman pada Lanxi: "sekarang jarang ada anak muda yang menyukai hal-hal semacam ini, melihat aku menanam tanaman, putra dan putriku pada tidak suka."

Lanxi merasa paman paruh baya ini enak diajak ngomong, serta dia juga tidak bertingkah sombong layaknya orang kaya.

Kebetulan di sini hanya ada mereka berdua, sekata dua kata, mereka pun mulai mengobrol.

Lanxi memilih satu pot anggrek, kemudian pergi memilih pot lain lagi.

Paman paruh baya dengan sangat antusias memberinya panduan, setelah mengetahui bahwa Lanxi memilih pot untuk tetua, dia terus memberi saran pada Lanxi.

"Pot tanaman anggur ini juga bagus, mekar dengan cantik, diletakkan di dalam ruangan juga bisa membersihkan udara.

Berkata sampai sini, dia berhenti sejenak: "Ei, dia mau meletakkan pot di rumah atau mau menanamnya di halaman?"

Lanxi termenung.

Dia sekilas mengingat interior rumah Shen Houzhong, tampaknya tidak ada tanaman di halaman rumah.

"Mungkin diletakkan di dalam rumah." Kata Lanxi.

"Kalau begitu tanaman anggrek lumayan bagus, rumahku juga ada tanaman anggrek, ditanam dengan baik oleh aku!"

Dia sepertinya sangat bangga.

Lanxi merasa dia benar-benar sangat lucu, berbeda dengan pria paruh baya lainnya, dia juga tampak jujur dan terang-terangan.

Lanxi jarang timbul perasaan akrab terhadap orang asing.

Tapi paman ini benar-benar terlalu baik.

Selanjutnya, keduanya sambil memilih tanaman, sambil mengobrol.

Lanxi memang tahu sedikit mengenai tanaman, topik yang dibicarakan paman itu, Lanxi pada tahu.

Melalui obrolan ini, pujian pria itu pada Lanxi semakin bertambah.

"Hari ini aku menemukan teman yang melampaui batas generasi!" Pria itu menatap Lanxi, tertawa dengan riang dan ceria, "tampaknya harus diperlihatkan ke putra bodohku itu, cari istri seharusnya cari yang seperti ini!"

Lanxi: "... ..."

Pujian ini, tidakkah terlalu tinggi?

Selesai memilih tanaman, sesudah bayar, Lanxi hendak meninggalkan toko.

Sebelum pergi, dia berkata: "paman, hari ini terima kasih. Semoga bisa berjumpa lagi."

"Baik, aku sering ke sini, lain kali mungkin kita bisa bertemu lagi ketika kamu datang!"

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu