Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 69 Hanya dengan Satu Sentuhan 2

Setelah Jiang Sisi melihat postingan itu, dia secara naluriah menoleh ke Lanxi.

Dia seketika teringat, resepsi pertunangan Shen Wenzhi dan Tang Manshu hanya tinggal lebih dari setengah bulan.

Jiang Sisi masih tidak yakin apakah Lanxi tahu kabar ini.

Namun, sesuai dengan sifat Tang Manshu yang licik, pastinya akan memberikan undangan kepada Lanxi.

Jiang Sisi mendekat dan melihat layar ponsel Lanxi, menemukan bahwa layar ponselnya juga muncul postingan ini.

Bagus sekali, dia tidak perlu khawatir lagi apakah Lanxi mengetahui tentang hal ini.

Lanxi sangat tenang, setelah melihat instagram, meletakkan ponsel ke samping.

Tapi, Jiang Sisi malah tidak bisa tenang.

Meskipun sudah sampai pada titik ini, tapi dia tahu betul bahwa Lanxi tidak bisa melepaskan Shen Wenzhi.

Jiang Sisi: "Jangan pedulikan Tang rendahan itu lagi, biarkan dia merasa senang sendiri. ”

Setelah mendengarkan kata-kata Jiang Sisi, Lanxi diam beberapa detik, kemudian bertanya padanya: "sejak kapan kamu tahu?"

Jiang Sisi berpikir sejenak, akhirnya menceritakan masalah dia bertemu dengan Shen Wenzhi.

Dia tahu bahwa Lanxi pasti akan sedih ketika mengetahui itu, tetapi jika Lanxi dapat mengenali tampang asli Shen Wenzhi di kesempatan kali ini, tampaknya juga bagus.

Pria seperti itu sama sekali tidak layak untuk disukai olehnya.

Lanxi duduk di sofa, dengan diam mendengarkan Jiang Sisi bercerita tentang masalah hari itu.

Setelah mendengarnya, dia tertawa.

Namun, tawa itu agak aneh.

Jiang Sisi merasa tawa Lanxi seperti ini, lebih jelek daripada menangis.

"Sudah, kalau kamu sedih, nangis saja, aku tidak akan menertawakanmu." Jiang Sisi menepuk bahu Lanxi.

Lanxi menggelengkan kepala, berkata: "sudah pernah menangis."

Jiang Sisi memutar mata: "kamu benar-benar menangis, demi seorang brengsek... ..."

Beberapa kata terakhir, Jiang Sisi tidak tega mengatakannya.

Membahas masalah ini, sebenarnya kritikan dia juga termasuk hanya omong kosong, karena bagaimanapun sebelumnya dia juga tidak jarang bertemu pria brengsek.

Hanya saja, kepeduliannya pada hubungannya yang telah berlalu jauh lebih sedikit daripada Lanxi.

Shen Wenzhi adalah cinta pertama Lanxi. Ketika mereka pertama kali bertemu, Lanxi belum keluar dari kesedihan akan kematian Bai Wanyan.

Pada saat itu, Shen Wenzhi menemaninya berjalan keluar dari kegelapan itu.

Hubungan mereka berdua selama lebih dari tiga tahun, tidak ada yang bisa menggantikan.

Apalagi Lanxi selalu menilai tinggi suatu hubungan, poin ini juga diketahui oleh Jiang Sisi.

Lanxi menunduk dan merenung sejenak, lalu berkata: "sebenarnya akan lebih baik jika mereka langsung menikah saja."

Jiang Sisi tertegun, dia melihatnya dengan tatapan kecewa.

Dia tentunya tahu mengapa Lanxi berkata demikian. Jika Shen Wenzhi dan Tang Manshu menikah langsung, dia hanya perlu sakit sekali.

Jika bertunangan dulu baru menikah, rasa sakitnya berlipat ganda.

Dia mengatakan ini, menunjukkan bahwa dia mengaku ketika Shen Wenzhi dan Tang Manshu menikah nantinya, dia juga akan sedih.

Jiang Sisi sama sekali tidak bisa berkata apa pun, tetapi pada saat bersamaan dia juga mengerti perasaan Lanxi.

Masalah hubungan, sebenarnya selalu tidak rasional.

……

Tidak lama kemudian, lobster sampai.

Lanxi tidak membenamkan diri terlalu lama dalam kesedihan, setelah pesanan sampai, dia segera kembali normal.

Lanxi dan Jiang Sisi menghabiskan tiga porsi besar lobster, kedua orang masing-masing juga menghabiskan segelas milk tea ukuran besar.

Sesudah makan, keduanya tergeletak di sofa, saking kenyangnya sampai tidak bisa bergerak.

Namun, mereka berdua sangat menikmati keadaan semacam ini.

**

Esoknya adalah hari kerja.

Lanxi dan Jiang Sisi bangun pada waktu yang sama, Jiang Sisi mengemudi mobil ke perusahaan, karena sejalur, jadi dia mengantar Lanxi ke PT. Zhonghaim.

Lanxi juga menerima berkatnya.

Tiba di perusahaan, semuanya berjalan seperti biasa.

Pukul 10 pagi, telepon untuk panggilan interkom yang ada di meja Lanxi berdering.

Tidak perlu ditebak pun juga tahu siapa yang menelepon.

Setelah diangkat, Lanxi tidak berbicara, menunggu Lu Yanting untuk berbicara terlebih dahulu.

"Datang ke kantorku."

Dia melontarkan tiga kata, tidak memberinya kesempatan untuk menolak, langsung mematikan telepon.

Lanxi merasa agak tidak jelas, tetapi setelah pikir, akhirnya tetap naik. Lagi pula emosi Lu Yanting memang sering tidak menentu, dia bahkan sudah mulai terbiasa.

Setelah menutup telepon, Lanxi tiba-tiba teringat bahwa dirinya belum makan obat.

Oleh karena itu, dia mengeluarkan satu papan sertraline dari tas, memakan satu pil.

Setelah makan, dia meninggalkan tempat duduknya dan naik ke lantai atas.

……

Ketika Lanxi keluar, kebetulan seorang kolega pulang kembali ke kantor.

Semua orang tahu, Lanxi mau ke atas untuk menemui Direktur Lu.

Rekan ini memperhatikan tempat duduk Lanxi saat melaluinya, kemudian mata tajam menampak sertraline di atas meja.

"Astaga, dia makan obat ini?"

Begitu kata-kata itu dikeluarkan, beberapa rekan kerja yang kepo langsung mendekat.

“Obat apa?”

"Itu di atas meja Lanxi, sertraline, obat untuk mengobati depresi ..."

"Tidak heran lagi kenapa sebelumnya dia selalu membanting barang di dalam kantor ... Mungkin sakit."

"Aku rasa kedepannya kita jangan berurusan dengannya. Orang-orang seperti ini, siapa tahu mereka akan membunuh orang ketika frustrasi?"

"Menurut kalian, apakah direktur Lu tahu dia mengalami depresi?"

"Kurasa pasti tidak tahu, selera direktur Lu tidak begitu berat!"

**

Lanxi naik lift ke lantai atas, tiba di lantai keberadaan kantor Lu Yanting.

Baru keluar dari lift, kebetulan bertemu Pan Yang.

Lanxi mengangkat tangannya dan melambai ke Pan Yang.

Pan Yang baru saja keluar dari kantor Lu Yanting. Setelah melihat Lanxi, dia berkata kepadanya dengan tersenyum: "Selamat ya."

Alis Lanxi terangkat: "Ha? Kenapa mengucapkan selamat ke aku?"

Jangan-jangan dirinya mendapatkan sesuatu yang baik? Kenapa dia sendiri tidak mengetahuinya.

Pan Yang berkata: "Siang nanti, pihak Dongjin akan datang untuk menandatangani kontrak. Aku mendengar direktur Lu bilang kedepannya kamu akan pergi ke Dongjin untuk menjabat sebagai manajer. Kamu akan naik jabatan, tentu saja aku harus mengucapkan selamat."

Lanxi tidak menyangka akan begitu cepat. Dia mengonfirmasi kepada Pan Yang: "Jadi, dia menyuruh aku datang untuk masalah ini?"

Pan Yang menggelengkan kepala, "kalau ini, aku tidak tahu."

Lanxi merespons "Oh", lalu berpamitan dengan Pan Yang, berjalan menuju kantor Lu Yanting.

Berhenti, belum sempat mengetuk pintu, pintunya sudah dibuka dari dalam.

Lanxi agak bingung, apakah Lu Yanting memiliki sepasang mata yang bisa tembus pandang? Dia bisa melihat situasi di koridor.

Setelah masuk, Lanxi menatap Lu Yanting: "Ada apa Bos Lu memanggil aku?"

“Panggil apa?” Lu Yanting menyipitkan mata dan menatapnya.

Akhir-akhir ini, tampaknya dia sangat peduli dengan panggilannya dari Lanxi, setiap kali dia selalu bertanya.

Ketika berada di tempat tidur, tidak apa-apa untuk memanggilnya suamiku, tapi sekarang ada di kantor… … lupakan saja, dia tidak punya ketertarikan seperti itu.

“Bos Lu menyuruh aku ke sini, apakah ada yang mau disampaikan?” Lanxi berhenti sebentar, mengingatkannya: “Sekarang adalah jam kerja.”

Mendengar perkataannya, Lu Yanting tersenyum rendah.

Kemudian, dia melangkah ke arah meja kerja.

Lanxi mengikutinya berjalan ke sana.

Akhirnya, Lu Yanting berhenti di depan meja kerja.

“Siang nanti, ayahmu akan datang untuk menandatangani kontrak.” Lu Yanting sekilas melirik Lanxi, berkata: “Jika tidak ada halangan, mulai besok kamu bisa pergi bekerja di Dongjin.”

Lanxi sudah tahu tentang ini, jadi saat Lu Yanting mengatakan kembali, dia tidak terlalu kaget.

Lanxi: “Kalau begitu… … terima kasih Bos Lu.”

Diam sejenak, dia bertanya lagi: “Apakah aku perlu mengajukan surat pengunduran diri?”

Lu Yanting: “tidak perlu, aku akan mengurusnya.”

Perkataannya ini sesuai dengan apa yang diharapkan Lanxi.

Kebetulan dia tidak begitu menyukai proses semacam ini.

Novel Terkait

Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu