Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 66 Bodoh Sesekali (1)

Lanxi sudah tahu sejak awal bahwa Lan Zhongzhi tidak mungkin tiba-tiba meneleponnya tanpa alasan.

Beberapa kali sebelumnya selalu begitu, ketika menelepon, pertama-tama dia akan berpura-pura akrab, kemudian pun akan mengajukan berbagai variasi permintaan yang sangat keterlaluan.

Heh, benar-benar menganggapnya sebagai dewi yang mahabaik?

……

Lu Yanting barusan mengoleskan obat pada Xiao Xiao, saat tengah menuruni tangga, terdengar suara Lanxi yang sedang bertelepon.

Terdengar lagi suara bantingan yang amat keras, agak terkejut.

Lu Yanting mengerutkan alis, lalu mempercepat langkah kakinya.

Dia berhenti di hadapan Lanxi, menunduk dan sekilas melihat kakinya yang telanjang, tatapan semakin mendalam.

"Siapa lagi yang membuat kamu marah?" Pertanyaan ini diajukan oleh Lu Yanting dengan agak tak berdaya.

Lanxi tidak berbicara, dia menatap Lu Yanting dengan mata berkaca-kaca, sama sekali tidak berniat untuk memberi penjelasan.

Dia langsung melewatinya, hendak pergi.

Melihat dia ingin pergi, Lu Yanting langsung dengan cekatan menarik pergelangan tangannya, membawa dia kembali ke hadapannya.

"Jawab pertanyaanku."

Saat ini, emosi Lanxi sedang panas, sikap Lu Yanting benar-benar menambah minyak pada api.

Lanxi mengangkat kaki dan menendangnya.

Begitu kaki diangkat, kulit area lutut terpampang keluar. Lu Yanting hanya sekadar menunduk sudah bisa melihat memar yang ada di lutut itu.

Dia langsung memeluk Lanxi dan mengangkatnya ke sofa tanpa berkata apa-apa.

Setelah didudukkan, Lu Yanting menyampingkan gaunnya, terlihat memar mengejutkan yang ada di lutut itu.

Lu Yanting menyentuhnya dengan jari, "kenapa bisa begitu?"

Lanxi memukul tangannya, "lepaskan."

Lu Yanting mengira Lanxi marah karena masalah dia membawa Xiao Xiao pulang.

Dia menenangkan emosi dan menjelaskan pada Lanxi: "hari ini Xiao Xiao demam dan dia juga cacar air, aku tidak bisa tidak mempedulikannya. Sesudah dia sembuh, aku akan segera mengantarnya pulang ke panti, kamu lebih toleransi padanya."

"Kenapa aku harus bertoleransi padanya?" Lanxi merasa lucu, "dia siapanya aku? Siapa yang lahirkan, maka siapa yang bertoleransi padanya, aku tidak tertarik untuk menjadi ibu tirinya."

Raut muka Lu Yanting perlahan menjadi serius: "jangan ribut lagi."

Lanxi: "siapa yang ribut? Kamu membawanya sampai ke hadapanku dan mengacaukan emosiku, apakah aku tidak boleh mengajukan pendapatku sendiri?"

“……”

"Heh, umur segini sudah bisa berpura-pura malang, aku hanya sekadar melihatnya, dia sudah bagai tersiksa seberapa parah, tidakkah menjijikkan."

Jika Lanxi lebih sadar, pastinya tidak akan mengucapkan kata-kata seperti ini.

Bagaimanapun, Xiao Xiao hanya anak kecil yang berusia sekitar 6 sampai 7 tahun.

Betapa buruk emosinya, juga tidak sampai begitunya terhadap seorang anak kecil.

Sedangkan dirinya sendiri juga bukan dibuat marah oleh masalah ini.

Hanya bisa menyalahkan Lu Yanting yang terus-menerus bertanya padanya di saat seperti ini.

Lu Yanting tahu emosi Lanxi tidak benar, dia berusaha menahan dorongan yang ingin memberi pelajaran padanya, mengalihkan topik: "kenapa lututmu bisa terluka?"

Lanxi: "tidak ada hubungannya dengan kamu."

Lu Yanting: "Heh, apakah kamu yakin?"

Diam sejenak, dia tiba-tiba mengulurkan tangan dan mencengkeram dagunya: "seluruh tubuhmu ini adalah milikku, aku sarankan sebaiknya kamu menjaga modalmu ini dengan baik. Jika suatu hari nanti ketertarikanku pada tubuhmu hangus, maka itu juga waktunya kita cerai."

Melewati beberapa kali pengalaman sebelumnya, Lu Yanting menyadari suatu simpulan, hanya kata 'cerai' yang bisa menekan wanita ini.

Selama dia membahas cerai, Lanxi selalu menjadi penurut.

Meskipun dia tahu dengan jelas bahwa kosakata ini tidak seharusnya diungkit terus-menerus, tapi dia tidak mudah untuk dapat menemukan cara yang bisa mengontrolnya, lebih baik pakai daripada tidak.

Sesuai dugaan, begitu kata itu diucapkan, ekspresi pada wajah Lanxi jauh lebih baik dan lembut.

Lu Yanting sekilas mengelus lututnya, "sakit tidak?"

Lanxi: "tidak sakit, shhz!"

Dia belum selesai menjawab, Lu Yanting langsung memperkuat tekanan, lutut memang bengkak, begitu ditekan, sakit semakin terasa.

Lu Yanting bertatapan dengannya: "ini yang maksudmu tidak sakit?"

Lanxi: "... ..."

Lu Yanting mendekati Lanxi, tercium aroma hotpot dari tubuhnya.

Dia tidak begitu suka dengan aroma ini, kening berkerut secara tidak sadar ketika mencium bau itu.

"Kamu makan hotpot?"

Lanxi: "ya."

Lu Yanting: "pergi mandi dulu."

Lanxi: "... ..."

Lu Yanting: "perlu aku ulangi sekali lagi?"

Lanxi: "ya."

Dia mendorong Lu Yanting, bangkit dari sofa, naik ke lantai atas dengan terpincang-pincang.

……

Lu Yanting duduk di sofa, melihat sosok Lanxi dan sambil memijat dahi.

Sesudah bayangan Lanxi menghilang, Lu Yanting bangkit dan pergi mengambil ponsel Lanxi dari lantai.

Ehm, kualitas ponsel cukup baik, hanya layar yang sedikit retak, selebihnya normal.

Ponselnya tidak terkunci, Lu Yanting langsung mengusap layar dan melihat catatan panggilan.

Meskipun ekspresi Lanxi ketika masuk rumah sudah tidak benar, tapi tidak seburuk barusan tadi.

Ditambah dengan tindakannya membanting ponsel, Lu Yanting menebak dia pastinya telah menerima panggilan telepon dari seseorang.

Setelah menampak nama Lan Zhongzhi di catatan panggilan, Lu Yanting segera tanggap.

Dia menoleh dan sekilas melihat ke arah tangga, lalu menelepon balik ke Lan Zhongzhi dengan menggunakan ponsel Lanxi.

Setelah tiga kali bunyi 'tutut', panggilan tersambungkan.

Suara Lan Zhongzhi jelas agak terengah: "Lanxi, kamu sudah selesai mempertimbangkannya? Kamu tenang saja, asalkan kamu bisa membujuk Yanting untuk menyetujui kerja sama proyek ini, komisi untuk kamu tidak akan sedikit!"

Begitu Lan Zhongzhi mengucapkan kata-kata itu, Lu Yanting kiranya sudah bisa menebak isi percakapan antar mereka dua tadinya, dan juga mengerti alasan Lanxi membanting ponsel.

Lu Yanting diam sebentar, berkata dengan tenang: "ini aku."

Mendengar suara itu, Lan Zhongzhi yang di sisi lain telepon terbengong.

"... ... Yanting?" Lan Zhongzhi sedikit tidak berani percaya, "apakah Lanxi yang menyuruhmu untuk meneleponku?"

Lu Yanting menyangkal: "bukan."

Lan Zhongzhi: "jadi?"

Lu Yanting: "hari ini emosinya tidak benar."

Membahas masalah ini, Lan Zhongzhi menghela nafas, "iya, suasana hati anak itu selalu tidak benar setiap tanggal ini, jika ada hal yang menyinggung perasaan kamu, kamu lebih toleransi ya."

Mendengar perkataan Lan Zhongzhi, Lu Yanting menyipitkan mata.

Ternyata memang ada sesuatu.

Intuisi memberi tahunya, hari ini Lanxi mengatakan bahwa dia pergi berjalan-jalan dengan Jiang Sisi, itu adalah bohong.

Hening sejenak, Lu Yanting bertanya pada Lan Zhongzhi: "kenapa kamu berkata begitu?"

Dia ingin mengetahui alasannya.

Lan Zhongzhi tampaknya tidak menyangka Lu Yanting akan bertanya demikian, sedikit terbengong, "kamu tidak tahu?"

Lu Yanting semakin bingung: "apakah aku seharusnya tahu?"

"Hari ini adalah hari kepergian ibunya, setiap tanggal 27 Juli, tanggal 3 November, suasana hatinya pasti tidak baik."

Tanggal 27 Juli adalah hari kepergian Bai Wanyan... ... Kalau begitu, 3 November berarti adalah hari kepergian kakeknya, Bai Cheng.

Dilihat dari kondisi lututnya itu, jangan-jangan dia berlutut di kuburan sepanjang hari?

Memikirkan ini, Lu Yanting agak pusing.

"Kenapa Yanting, apakah Lanxi bertengkar denganmu?" Karena tidak mendapat balasan dari Lu Yanting, Lan Zhongzhi pun meneruskan lagi, "dia memang begitu, sebenarnya aku sudah bilang sejak awal bahwa kalian tidak cocok, kondisinya saja sudah tidak cocok denganmu... ..."

"Dia juga putrimu." Walaupun Lu Yanting tidak sabar, tapi nada suaranya lumayan tenang, menginterupsi perkatan Lan Zhongzhi.

Begitu Lu Yanting berkata demikian, Lan Zhongzhi pun tidak enak untuk berkata apa-apa lagi.

"Sudah malam, anda istirahatlah lebih awal."

Selesai itu, Lu Yanting mematikan telepon.

Panggilan berakhir, Lu Yanting meletakkan ponsel.

Dia memandang ke depan, tatapan sedikit kacau.

Dia barusan... ... Sepertinya salah paham pada Lanxi.

Lanxi marah mungkin bukan karena masalah dia membawa Xiao Xiao pulang ke rumah.

Dan juga, barusan sikapnya pada Lanxi terlalu buruk.

**

Lanxi mandi di lantai atas.

Berlutut seharian, lutut dan pinggang terasa kaku, mandi memang sedikit merilekskannya.

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu