Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 215 Kenapa Tidak Memberitahukannya Kepadaku (1)

Namun, Zhou Hesi bisa begitu peduli pada anak, Lanxi juga merasa sangat senang.

Lanxi bisa melihat bahwa Zhou Hesi benar-benar peduli pada anak, itu bukanlah untuk mendapatkan imbalan dari Lanxi, dia baru berpura-pura peduli pada anak.

Pada hal ini, Zhou Hesi berbeda dengan Lu Yanting.

Dalam waktu ini, Lanxi selalu berada di rumah, membaca buku, menonton televisi, kadang-kadang keluar untuk berjalan-jalan, seluruh orangnya terlihat lebih ramah dari sebelumnya.

Lanxi tersenyum: “Anak cukup baik, tenanglah.”

Setelah pulang, Lanxi bertanya pada Zhou Hesi: “Bagaimana denganmu, tidak sibuk kah?”

Sekarang, Zhou Hesi harus manangani masalah antara perusahaan Zhou dengan Dong Jin, hal yang paling ditakuti oleh Lanxi adalah Zhou Hesi terlalu sibuk dengan pekerjaannya, jadi saat bertelepon dengan Zhou Hesi, Lanxi selalu menanyakan pertanyaan ini.

Dalam dua hari ini, Lanxi tidak melihat berita yang ada di Jiang Cheng, jadi dia sama sekali tidak tahu tentang masalah yang terjadi antara perusahaan Zhou dengan Zong Hai.

Lanxi tidak menanyakan pertanyaan ini, Zhou Hesi langsung tahu bahwa Lanxi pasti tidak melihat berita.

Awalnya, Zhou Hesi juga tidak ingin Lanxi tahu masalah ini, Lanxi tidak melihat berita ini, tentu saja Zhou Hesi juga tidak akan membicarakannya.

Zhou Hesi: “Baru saja selesai bekerja, aku akan menjenggukmu besok.”

Lanxi: “Sebenarnya tidak perlu, jangan melelahkan diri sendiri.”

Zhou Hesi sudah membantu Lanxi begitu banyak, Lanxi pun merasa sangat sengan, sebenarnya Zhou Hesi tidak perlu datang setiap harinya.

Lanxi sendiri juga pernah mengurus perusahaan, dia tahu mengurus perusahaan merupakan hal yang tidak mudah.

Sekarang, Zhou Hesi harus mengurus dua perusahaan, ditambah lagi harus datang menjengguknya, ini akan membuatnya semakin lelah.

“Tidak apa-apa, kebetulan bisa bermalas-malas.” Zhou Hesi mengatakannya seperti ini, karena dia tidak ingin melihat Lanxi mempunyai banyak beban.

Dalam perjalanan pulang dari rumah sakit ke villa, Lanxi bertelepon dengan Zhou Hesi, kemudian, Lanxi pun mengakhiri panggilan itu.

Saat Lanxi bertelepon dengan Zhou Hesi, Ming Yan berdiri di samping, dia mendengar semua topik pembicaraan Lanxi dengan Zhou Hesi.

Ming Yan lebih besar dari Lanxi, dalam waktu ini, dia terus menjaga Lanxi, tentu saja dia sudah menganggap Lanxi sebagai adik perempuan.

Ming Yan pernah mendengar berita Lanxi sebelumnya di Jiang Cheng, sebenarnya sebelum beriteraksi dengan Lanxi, Ming Yan juga tidak menyangka Lanxi merupakan orang yang mudah diajak untuk bergaul

Namun, setelah berinteraksi degannya, Ming Yan menyadari bahwa sikap Lanxi cukup baik, dia juga memperlakukan orang dengan baik.

Ming Yan sudah lama mengenal Zhou Hesi, dia tahu Zhou Hesi menyukai Lanxi.

Jadi, saat berbicara dengan Lanxi, Ming Yan selalu sengaja menyatukan mereka berdua.

Contohnya seperti sekarang. Setelah Lanxi menutup telepon, Ming Yan berkata sambil tersenyum, “Zhou Hesi meneleponmu kah.”

Lanxi mengangguk, “Uhm.”

Ming Yan berkata sambil tersenyum: “Aku belum pernah melihat Zhou Hesi begitu peduli pada siapapun.”

Lanxi: “…”

Lanxi sangat pandai, apa yang akan dikatakan oleh Ming Yan, Lanxi bisa menebaknya.

Pada saat ini, cara yang paling baik adalah diam.

Setelah melakukan pemeriksaan kandungan dan pulang ke rumah, waktu sudah mendekati makan malam.

Cheng Rao duduk di atas sofa menonton televisi, Ming Yan dan Bibi Zhang membuat makanan di dapur.

Karena sudah keluar di pagi hari, jadi setelah makan malam, Cheng Rao pun tidak keluar lagi, dia malah duduk di teras lantai dua.

**

Pan Yang sudah nengatur orang untuk menjemput Lu Yanting di Bali, setelah orang itu mengantar Lu Yanting pergi ke hotel, dia langsung pergi.

Lu Yanting duduk di dalam kamar hotel dan termenung dalam waktu yang lama.

Saat pukul setengah tujuh, dia keluar dari rumah.

Sebelumnya Fu Xing mengatakan bahwa dia bertemu Lanxi di Jimbaran Beach, jadi saat Lu Yanting memesan hotel, dia sengaja mencari hotel yang dekat dengan tempat ini.

Kaki Lu Yanting masih belum sembih, dia tidak bisa berjalan ke tempat yang jauh.

Jarak hotel dengan pantai sangat dekat, jika berjalan ke sana, hanya perlu waktu lima menit.

Pantainya sangat besar, Lu Yanting tidak tahu harus menunggunya dimana, setelah berpikir, dia hanya bisa menunggu di pintu masuk.

Fu Xing mengatakan bahwa Lanxi datang ke sini untuk berjalan-japan, kalau berjalan-jakan, seharusnya di akan datang setiap hari.

Lu Yanting tidak tahu tempat tinggal Lanxi, jadi dia hanya bisa menunggu Lanxi di sini.

Sayangnya, pada hari pertama, sama sekali tidak mendapatkan hasil.

Pada pukul setengah tujuh, Lu Yanting keluar, dia terus berada di pantai sampai pukul sembilan malam, dia sama sekali tidak melihat Lanxi.

Akhirnya, dia pulang tanpa membawa hasil.

Lu Yanting belum makan malam, lambungnya mulai terasa tidak nyaman.

Lu Yanting jelas tahu bahwa menyiksa tubuh sendiri seperti ini tidak akan membiarkan Lanxi pulang, tapi Lu Yanting benar-benar tidak mempunyai selera untuk makan.

Jadi, saat waktu makan malam, Lu Yanting masih belum makan.

Pada pukul sembilan, Lu Yanting pulang ke hotel, kemudian perlahan-lahan lambungnya terasa sakit.

Dia duduk di depan jendela, melihat ke arah pantai, seluruh badannya terlihat sangat kaku, pemikirannya sudah melayang sangat jauh.

Hingga ponselnya berdering, Lu Yanting kembali sadar.

Lu Yanting mengambil ponselnya, menundukkan kepalanya dan melihat, panggilan masuk dari Lu Qingran.

Dia mengangkat panggilan itu.

Panggilan baru saja terhubung, dia langsung mendengar suara Lu Qingrann: “Sudah menemukan Lanxi kah?”

“Belum.”

Dalam waktu lama tidak berbicara, nada suara Lu Yanting sedikit serak.

Ditambah lambungnya sedang sakit, kedengarannya semakin lemah.

Lu Qingran mendengar nada suara Lu Yanting, dia merasa tidak benar, dia segera bertanya pada Lu Yanting: “Kenapa? Selain sakit kaki, masih ada yang tidak nyaman kah?”

Lu Yanting tidak berbicara: “…”

Lu Yanting tidak berbicara, Lu Qingran hanya bisa terus menebak: “Belum makan malam kah?”

Memang satu keluarga, Lu Qingran sangat mengerti Lu Yanting.

Dia pergi ke Bali untuk mencari Lanxi dengan membawa harapan, dia awalnya sudah merupakan orang yang memiliki tujuan yang sangat tinggi, jika dia membawa tujuan ke sana, setelah ke sana, hal pertama yang akan dibuatnya adalah mencari Lanxi.

Namun, melihat kondisi Lu Yanting sekarang, seharusnya dia masih belum menemukan Lanxi.

Sebenarnya juga sesuai dugaan. Meskipun pulau Bali tidak besar, tapi ingin mencari seseorang, juga memerlukan waktu beberapa hari.

“Aku sedang bertanya padamu, kenapa kamu tidak menjawab?” Dalam waktu yang lama, Lu Qingran tidak mendapatkan respon dari Lu Yanting, dia sedikit khawatir: “Apakah kamu sakit lambung?”

Lu Yanting: “Tidak apa-apa.”

Lu Qingran mendengar Lu Yanting sudah mengakui, dia tidak tahan dan ingin menasehatinya: “Aku sudah tidak tahu harus berkata apa, kamu merasa kamu menyiksa dirimu seperti ini, Lanxi akan kasihan padamu kah?”

Lu Yanting: “...”

Tentu saja, Lu Yanting tidak berpikir Lanxi akan kasihan padanya.

“Cepat pergi makan, jangan sampai belum menemukan orangnya, kamu sendiri sudah sakit. Kamu sendiri di sana, tidak ada yang bisa menjagamu!” Lu Qingran menasehati Lu Yanting seperti ini, terlihat cukup dewasa.

Tentu saja, ini juga karena tingkah Lu Yanting kali ini sudah kekanak-kanakan.

“Aku sudah tahu.” Perkataan Lu Qingran membuat Lu Yanting sadar kembali.

Perkataan Lu Qingran sangat benar, jika ingin mencari Lanxi, Lu Yanting harus menjaga tubuhnya agar tidak sakit.

Jadi, bahkan suasana hatinya tidak baik, dia juga harus makan.

“Dan,” Lu Qingran memerintah Lu Yanting, “Setelah bertemu dengan Lanxi, bicaralah dengan baik, dan simpan wajahmu itu.”

Lu Yanting: “...”

Bicara dengan baik? Apa yang harus dilakukannya, sehingga bisa dikatakan bicara dengan baik?

Sebenarnya, kadang-kadang Lu Yanting ingin membawa susana hati baik dalam berkomunikasi dengan Lanxi, tapi setelah Lanxi mengatakan perkataan yang akan membangkitkan kemarahannya, Lu Yanting langsung tidak bisa mengendalikan diri.

Tentu saja, hal seperti ini, hanya timbul saat berhadapan dengan Lanxi.

Lu Yanting sendiri pun tidak tahu cara menyelesaikan masalah ini.

Setiap kalinya, Lu Yanting akan seperti ini, walaupun dia sudah mempersiapkan dirinya sendiri dengan baik, tapi pada akhirnya, dia tetap tidak bisa mengendalikan diri.

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu