Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 35 Aku Tidak Suka Wanita Gila(2)

“Lanxi tidak menceritakannya padamu?” Lan Zhongzhi langsung melontarkan pertanyaan padanya.

Setelah bertanya, ia langsung merasa pertanyaannya adalah omong kosong, “Iya juga, bagaimana mungkin ia menceritakannya padamu!”

Lu Yanting, “Hm?” “Hari ini ia pulang kerumah langsung menampar adiknya, tanpa menanyakan kejelasan langsung memaki orang. Aku memarahinya beberapa kata, dia langsung melepas sepatu haknya untuk melempar orang, akhirnya mengenai bagian belakang kepala tantenya, sekarang dia masih berada di rumah sakit!”

Lu Yanting adalah orang yang pintar, ia yakin Lan Zhongzhi pasti menyembunyikan sebagian besar faktanya.

“Kalau begitu bekas tamparan di wajahnya…”

“Tidak salah, aku yang menamparnya.” Untuk hal ini Lan Zhongzhi tidak menutupinya.

Dia berkata pada Lu Yanting, “Anak itu jika sedang kambuh gilanya, siapapun tidak sanggup mencegahnya, aku juga dibuat panik olehnya, kalau tidak bagaimana mungkin seorang ayah turun tangan memukul putri sendiri?”

Perkataan ini cukup masuk akal.

Sebelumnya dia pernah melihat hubungan Lanxi dan Lan Zhixin, tidak dapat dipungkiri, ada beberapa sikap Lanxi yang memang sangat keterlaluan.

Mungkin Lan Zhixin memang memiliki niatan kecil untuk melakukan sesuatu, namun seharusnya tidak sampai membuatnya merasa terancam.

Lagipula, usia Lan Zhixin masih begitu kecil, Lanxi melakukan hal itu memang sangat terlalu.

Lu Yanting terdiam sangat lama, Lan Zhongzhi lanjut berkata, “Yanting, berdasarkan rasa tanggungjawabku, aku tetap berharap kamu bisa mempertimbangkan dengan lebih seksama lagi apakah hubungan kalian masih mau diteruskan atau tidak. Sekarang dia sama sekali tidak ingin berobat, penyakit ini jika tidak sembuh, kelak mungkin bisa melakukan hal-hal yang mungkin melukaimu…..”

“Sudah berapa lama kondisinya seperti ini?” mendengar Lan Zhongzhi membahas penyakit Lanxi, Lu Yanting langsung menanyakan kondisi penyakit yang sedang diderita Lanxi.

“Seharusnya di tahun ia lulus S1,” Lan Wenzhi berusaha mengingat, “Saat semester 6 ibunya meninggal, saat semester 7 dan hampir lulus, kakeknya juga meninggal, dia tidak sanggup menerima pukulan sebesar ini, sehingga….”

“Aku mengerti.” Lu Yanting lanjut bertanya, “Anda sudah pernah membawanya ke dokter?”

Lan Zhongzhi terdiam sesaat, lalu menjawab, “Pernah, namun ia tidak mau kerjasama… Untuk hal ini aku juga tidak bisa berbuat apa-apa.”

“Uhm, aku mengerti.” Lu Yanting berkata, “Besok aku akan membawanya ke rumah sakit untuk meminta maaf.”

Setelah memutuskan telfon, Lu Yanting menyalakan sebatang rokok lagi.

Histeris.

Sebelumnya ia tidak memahami penyakit ini.

Malam itu setelah ia mendengar perkataan Lan Zhongzhi, dia juga mengira ini adalah penyakit kejiwaan.

Namun setelah membaca beberapa artikel, baru menyadari kalau penyakit ini digolongkan dalam penyakit kejiwaan, hanya saja cara pengobatannya lebih ke pengendalian kejiwaan.

Hanya saja, dalam artikel dikatakan, dalam kasus umum penyakit ini tidak akan bertahan lama, dari pengalaman pasien yang sudah pernah berobat kurang lebih dalam jangka waktu 1 tahun sudah bisa sembuh dari penyakit ini.

Namun kelihatannya, Lanxi tergolong dalam pengecualian.

Jujur saja, jika bukan Lan Zhongzhi yang memberutahunya langsung, dia mungkin tidak akan menyangka jika Lanxi mnegidap penyakit seperti ini.

Perilakunya di situasi normal….. sama sekali tidak mirip orang yang sakit.

**

Lanxi bolak balik di ranjang hinga lewat tengah malam, tidur dengan terpaksa, namun kualitas tidurnya tidak baik.

Bermimpi buruk sepanjang malam, bermimpi hal yang tidak jelas, apapun ada dalam mimpinya.

Saat terbangun staminanya menjadi sangat buruk, seluruh punggungnya kaku, pinggang juga sangat sakit.

Lanxi baru saja bangun dari ranjang, pintu kamar terbuka.

Begitu mendengar suara Lanxi tidak menengok kearah datang suara, tanpa perlu dilihat pun ia sudah bisa menebak siapa yang membuka pintu.

Lu Yanting belum pernah dianggap tidak ada oleh siapapun.

Dia berjalan lalu berhenti didepan Lanxi, “Bersiap-siaplah, ikut aku kerumah sakit.”

“… kenapa lagi?” mendengar nama rumah sakit, ia mulai kesal, “Aku sudah bilang aku tidak sakit.”

“Semalam ayahmu menelfon, menceritakan hal yang sungguh hebat padaku.”Lu Yanting mnegucapkan kata hebat dengan penuh penekanan, “Bangun, bersiap-siap lalu pergi ke rumah sakit untuk meminta maaf.”

Minta maaf? Kepada sepasang manusia jalang itu?

setelah mendengar permintaan Lu Yanting, Lanxi tertawa sinis.

“Waktumu hanya ada 30 menit, aku tidak sedang berdiskusi denganmu.” Suara Lu Yanting terdengar sangat dingin, “Aku tidak membutuhkan seorang wanita gila untuk dijadikan istri.”

Baiklah.

Lu Yanting sudah bicara seperti ini, Lanxi tahu dia tidak mungkin bisa menolaknya.

Berada dirumah orang, mau tidak mau harus menundukkan kepala, mungkin peribahasa ini kurang lebih digunakan untuk situasi seperti ini.

Namun…. Minta maaf? Tidak pernah ada.

……

Jam 9.30 Lu Yanting pergi bersama Lanxi.

Jam 10.30 mereka tiba di rumah sakit Sheng.

Saat keluar Lanxi berdandan cukup tebal, sama sekali tidak seperti orang yang ingin datang untuk meminta maaf.

Bisa dikatakan kemampuannya bertahan hidup cukup kuat, pergelangan kakinya sekarang sudah tidak sakit sama sekali, ingin berjalan secepat apapun dengan mengenakan sepatu hak tinggi tidak masalah.

Saat Lanxi dan Lu Yanting tiba dikamar pasien, Lan Zhongzhi dan Lan Zhixin ada disana.

Setelah melihat Lu Yanting, ekspresi Lan Zhixin langsung berubah tegang dan seolah menanti sesuatu, kedua pipinya juga merona merah.

Lanxi meliriknya sesaat, tertawa dengan merendahkan.

“Benar-benar mirip seperti ibumu, menggoda suami orang lain sampai ketagihan.” Ucapannya sama sekali tidak enak didengar.

Ruang pasien sangat tenang, meskipun suara Lanxi tidak kencang, namun cukup untuk membuat semua orang yang berada di ruangan mendengar ucapannya dengan jelas.

Begitu Lanxi berkata seperti itu, Lan Zhixin langsung menunjukkan ekspresi terluka.

“Aku rasa kamu memang benar-benar sudah gila.” Lan Zhongzhi dibuat marah oleh perkataan pedas Lanxi.

Baru saja masuk, belum melakukan apapun sudah mengucapkan hal yang begitu pedas untuk memarahi orang, ini benar-benar….

Lu Yanting mendengar apa yang diucapkan Lanxi, alisnya langsung mengkerut, namun tidak mengatakan apapun.

“Hehe, memintaku datang untuk meminta maaf?” Lanxi melihat Wang Ying yang terbaring di ranjang pasien.

Kepalanya dibalut kain kassa, kelihatannya luka semalam cukup parah.

“Kalau aku benar gila, seharusnya langsung saja menghantammu sampai mati semalam!”

“Lanxi!” Lan Zhongzhi meneriakkan namanya dengan suara melengking.

“Tanyakanlah pada anak jalang yang kau lahirkan itu sudah melakukan hal apa! Jangan hanya bisa berpura-pura disalahkan seolah ia sangat suci!”

Saat mengatakan kalimat yang terakhir, Lanxi melayangkan tatapannya kearah Lan Zhixin. Terlihat sangat jelas, perkataan ini memang ditujukan untuknya.

“Sudah cukup!” Lu Yanting benar-benar tidak sanggup mendengarnya lagi.

Awalnya ia mengajaknya datang karena berniat untuk memperbaiki hubungan keluarga mereka, namun siapa sangka sikapnya seburuk ini.

Sejak masuk hingga sekarang, tidak ada seorangpun yang menyalahkannya bahkan satu patah kata pun, melainkan dirinya yang terus memojokkan orang lain dengan kata-katanya.

Lu Yanting memang tidak menyukai wanita yang tidak pengertian, melihat sifat Lanxi yang seperti ini, benar-benar membuat kepalanya sakit.

Dia bisa memahami perasaan bencinya kepada keluarga Lan.

Manusia memiliki banyak cara untuk menunjukkan ketidak senangannya, namun ia memilih menggunakan cara yang membuat semua orang membencinya.

“Lanxi, minta maaf.” Lu Yanting melihat kearah Lanxi, berkata dengan sangat tegas.

Lan Zhixin yang berdiri disamping mendengar ucapan Lu Yanting, tersirat rasa bangga dalam matanya.

Kebetulan Lanxi memperhatikannya, melihat perubahan sinar mata itu dengan sangat jelas.

Sinar mata itu, membuatnya teringat apa yang pernah terjadi dahulu….

Saat itu, sebelum Lanxi diseret masuk kedalam ruang dokter untuk menjalani terapi listrik, Lan Zhixin juga berekspresi seperti sekarang.

Lanxi langsung menyerang ke depan, satu tangannya menjambak rambut Lan Zhixin dengan kuat, satu tangan lagi menamparnya dengan keras.

Seluruh gerakannya ini sungguh sangat cepat dan tiba-tiba.

Termasuk Lu Yanting, siapapun tidak ada yang menyangka, Lanxi akan melakukan melanjutkannya dengan cara seperti ini.

Lan Zhongzhi dan Wang Ying mengira Lanxi akan menghiraukan perintah dari Lu Yanting ; Lu Yanting mengira dirinya sudah cukup tegas padanya….

Siapapun tidak akan menyangka, Lanxi akan melakukannya lagi.

“Sekali lagi matamu menunjukkan ekspresi seperti itu, aku akan menusuk matamu hingga buta!”

Menamparnya sekali tidak membuat emosi Lanxi reda, Lanxi lanjut memberikan peringatan padanya.

Karena luapan emosi yang terlalu besar, nada bicaranya terdengar bergetar, ujung jarinya terasa dingin.

Beberapa tahun ini ia selalu seperti ini, sedikit saja perasaannya melonjak drastic, tubuhnya akan bereaksi seperti ini.

Lu Yanting menarik Lanxi dengan wajah serius, tatapan matanya ragu, tiba-tiba ia merasa sudah melakukan keputusan yang salah kali ini.

Hari ini… tidak seharusnya membiarkannya datang kemari.

Lu Yanting maju, menarik Lanxi dan mendekapnya.

Dia melirik Lan Zhongzhi, menunduk pelan, “Aku bawa dia pulang dulu.”

Tanpa menunggu jawaban, dia langsung membawa Lanxi keluar dari ruang pasien, tangannya merangkul bahunya, ia bisa merasakan tubuhnya yang bergetar.

Menundukkan kepala untuk melihatnya, kelopak matanya merah, sepertinya karena emosionalnya yang melonjak terlalu drastis tadi.

Saat orang yang normal mengalami perubahan emosi yang terlalu drastis juga bisa menjadi seperti ini.

Tapi dia… terlihat sangat jelas, tidak terlalu normal.

Seluruh emosinya meledak dalam waktu sekejap. Lu Yanting mengangkat tangan menyentuh dadanya, jantungnya berdegup snagat kencang.

Nafasnya sangat cepat, wajahnya pucat.

Lu Yanting merangkulnya masuk kedalam lift.

……

Sepanjang jalan Lanxi sama sekali tidak berbicara, hingga ia masuk kedalam mobil, tiba-tiba ia tertawa dengan sangat kencang.

Lu Yanting melihatnya dengan tatapan bingung, reaksinya ini…. cukup menakutkan.

Terutama dipadukan dengan kondisinya sekarang, orang yang melihatnya tidak akan sanggup untuk tidak berfikir kalau dia ‘gila’.

“Aku antar kau pulang ke rumah.”

“Rumah?” tiba-tiba dia tertawa lagi, “Sudah lama tidak punya.”

Keempat kata ini terdengar bergetar, dan tercekat.

Menangis……?

Lu Yanting menunduk, sedang memperhatikan ekspresinya, namun melihatnya tersenyum.

“Bukankah Bie Yuan adalah rumahmu?” Lu Yanting berfikir sejenak, rumah itu seharusnya memilki makna yang sangat penting untuknya, “Rumah itu sudah menjadi milikmu skearang.”

“Oh iya yah.” Setelah diingatkan olehnya, akhirnya Lanxi bereaksi.

Tiba-tiba sikapnya kembali normal, merangkul lengan Lu Yanting lalu mencium bibirnya.

“Terima kasih Bos Lu.”

Lu Yanting, “….”

Kecepatannya merubah ekspresi benar-benar membuat orang tercengang.

Setelah dilihat lagi, sepertinya kondisi dia sudah kembali normal seperti biasa, mtanya penuh dengan senyuman, wajahnya juga sudah tidak sepucat tadi.

Lu Yanting teringat, sebelumnya ia sempat membaca sebuah artikel yang mengatakan : emosional meledak-ledak, terkadang tertawa terkadang menangis….

Tepat dengan reaksi dia hari ini.

“Mengantarmu kembali ke Bie Yuan?”

Lanxi mengangguk.

Tadinya Lu Yanting ingin mengobrol dengannya tentang masalah keluarga Lan, namun mempertimbangkan reaksinya, akhirnya ia mengurungkan niatnya.

Jika berbalik membuatnya emosi, juga bukanlah ide yang bagus.

……

Bie Yuan berada di pusat kota, berjalak tidak jauh dengan mana saja.

Setelah memarkir mobil, Lu Yanting dan Lanxi berjalan berdampingan masuk kedalam.

Ini adalah pertama kalinya Lu Yanting datang ketempat ini.

Sebelumnya saat mengganti kunci, Pan Yang yang mengerjakannya.

Didalam halaman banyak barang yang sudah tua, namun terlihat sangat kharismatik.

Saat masuk kedalam rumah, desain dalam rumahnya sangat simple.

Sama sekali tidak terlihat kalau Bai Cheng dulu tinggal disini.

Dulu Bai Cheng adalah orang tersohor di wiliyah in, tidak ada orang yang tidak mengenalnya.

Diruang tamu terpajang foto keluarga yang sangat besar, didalamnya ada Bai Cheng, Bai Wanyan, juga seorang gadis kecil berusia kurang lebih 5-6 tahun.

Tidak perlu ditebak, itu pasti Lanxi.

Lu Yanting berjalan kedepan foto itu, berdiri dengan tegak, menyentuh lembut dengan jemarinya.

“Saat kecil, lucu juga.”

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu