Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 66 Bodoh Sesekali (3)

Lanxi sebelumnya benar-benar tidak terpikir bahwa Xiao Xiao memiliki gangguan semacam ini.

Dia tiba-tiba teringat saat di restoran makanan Barat, dia sepertinya tidak sengaja menyebutnya bisu.

Mungkin karena dirinya juga memiliki gangguan yang sejenis, setelah mendengar Lu Yanting mengatakan ini, Lanxi seketika sedikit bersimpati pada Xiao Xiao.

Ketika pemikiran ini muncul, dia sendiri bahkan juga terkejut.

Begitu polos, sama sekali bukan gayanya.

Lanxi diam sejenak, lalu berkata: "Oh, sudah tahu. Kedepannya aku akan menghindar dari dia."

Menurut pemahaman Lu Yanting terhadap Lanxi, perkataannya ini pastinya sudah bermaksud mengalah.

Lu Yanting tidak terus membicarakan topik ini dengannya. Dia menempelkan tangannya di kaki Lanxi, merabanya sebentar lembut sebentar kasar.

Ketika kekuatannya melembut, Lanxi dibuat geli olehnya, tubuh secara tidak sadar gemetar.

"Hari ini adalah hari kepergian ibumu, kenapa tidak memberi tahu aku?"

Lu Yanting menatap memar di lututnya sambil mengajukan pertanyaan ini.

Mendengar dia menanyakan ini, raut muka Lanxi langsung berubah.

"Siapa yang memberi tahu kamu?"

Lu Yanting: "apakah itu penting?"

Lanxi: "tidak, tidak penting sama sekali."

Lu Yanting: "jawab pertanyaanku dulu, kenapa tidak memberi tahu aku hari yang begitu penting, hm? Nyonya Lu."

Dia menekan dua kata terakhir dengan berat.

Lanxi: "tidak ada yang harus diberi tahu, setiap tahun aku selalu ziarah sendirian."

Semakin akhir, semakin rendah suaranya.

Mendengar nada suaranya seperti itu, hati Lu Yanting muncul rasa empati.

Dia membuka lengan dan memeluk Lanxi.

Bibirnya bergerak, berkata, "kedepannya aku akan pergi bersamamu."

Kedepannya?

Mendengar kata itu, Lanxi ingin tertawa.

Masa depan apa yang dimiliki mereka? Lagi pula, dia tidak pernah berpikir untuk bersamanya seumur hidup.

Dia mengira Lu Yanting juga berpikir demikian.

Konyol mendengar kata-kata tentang masa depan dari mulut orang seperti dia.

Lu Yanting sekilas melihat Lanxi, bertanya dengan santai: "Bisakah kamu berbicara denganku tentang ibumu?"

Ekspresi Lanxi agak berubah, berkata dengan dingin: "tidak ada yang perlu dibicarakan."

Mengenai masalah Bai Wanyan, sejauh ini dia hanya pernah membicarakannya dengan Liao Xuan.

Kenyataan membuktikan bahwa Liao Xuan memang adalah pendengar yang baik dan psikolog yang sangat profesional.

Dilihat dari pertanyaan Lu Yanting, dapat dibuktikan bahwa Liao Xuan tidak membicarakan apa yang dia katakan kepada Lu Yanting.

Lu Yanting: "baiklah, kalau begitu kita bicarakan keluarga Lan."

Jawaban Lanxi masih sama: "juga tidak ada yang perlu dibicarakan."

Lu Yanting tersenyum rendah, "tadi ayahmu meneleponku."

Mendengar perkataan Lu Yanting, tubuh Lanxi menjadi kaku sejenak.

Lan Zhongzhi menelepon Lu Yanting?

Pastinya untuk mempromosikan proyek tak jelas itu padanya.

Heh... ... Dia benar-benar tidak menyia-nyiakan setiap kesempatan untuk bisa menjilat orang kaya.

"Oh, lalu." Lanxi bersikap cuek.

Lu Yanting: "aku lumayan tertarik dengan proyek yang dikatakannya."

"... ..." Mata Lanxi membelalak dan menatapnya.

Tertarik apaan?!

Semenjak Lan Zhongzhi merebut perusahaan Bai menjadi miliknya dan mengubah nama perusahaan menjadi "Perusahaan Dongjin", perkembangan perusahaan tersebut terus menurun.

Beberapa tahun ini, pada dasarnya mereka terus bertahan dengan mengandalkan modal lama.

Meskipun Lanxi tidak begitu mengerti tentang bisnis, tetapi tetap bisa melihat bahwa perkembangan perusahaan tidak sebagus ketika perusahaan masih di bawah naungan grup Bai.

Saat dia pergi menemui Shen Houzhong, Shen Houzhong juga mengatakan demikian.

Sesuai dengan kekuatan perusahaan Zhonghaim saat ini, banyak perusahaan yang bergegas untuk bekerja sama dengan perusahaan Zhonghaim, beberapa dari mereka juga merupakaan perusahaan yang sangat bagus.

Bukannya dia meremehkan, tapi perusahaan Dongjin saat ini benar-benar tidak memenuhi syarat untuk bisa bekerja sama dengan perusahaan Zhonghaim.

Dia tidak mengerti kenapa Lu Yanting bisa tertarik.

"Kamu mau menyetujuinya?" Lanxi memaksa dirinya tenang dan menanyakan pertanyaan ini.

Lu Yanting tidak menjawab, sebaliknya bertanya balik: "menurut kamu?"

Lanxi: "aku bukan cacing yang ada di dalam perut Bos Lu, tentu saja aku tidak tahu pemikiran Bos Lu."

"Aneh-aneh saja." Lu Yanting meraba lehernya, gerakan itu penuh mesra, "aku akan bersikap bodoh untuk kali ini."

Lanxi: "... ...?"

Lu Yanting menjelaskan: "investasi atau tidak, kamu pilih, aku akan mendengarkanmu."

Lanxi tentunya tidak akan percaya bahwa hal-hal baik seperti itu akan jatuh begitu saja pada dirinya.

Dia diam sejenak, bertanya: "apa syaratnya?"

Jelas sekali nada pertukaran. Lu Yanting tidak begitu senang mendengar perkataannya itu.

Dia memutar badan Lanxi ke arahnya, mencengkeram rahang bawahnya.

"Kamu mau bertukar syarat denganku?"

... ... Dia marah lagi.

Sejujurnya, terkadang Lanxi bahkan curiga apakah Lu Yanting juga menderita semacam gangguan mental.

Jika tidak, mengapa emosinya begitu tidak stabil?

Hanya kalimat biasa sudah bisa membuatnya marah, cukup ajaib.

Kerja sama ... Lanxi mengembalikan pemikirannya ke hal yang penting.

Karena itu adalah kerja sama, pastinya ada kesepakatan antar kedua belah pihak, jika ada kesepakatan, maka pasti ada syarat.

Lanxi seperti mendapat pencerahan, mendapatkan sebuah metode win-win.

Dia mengangkat tangannya dan merangkul leher Lu Yanting.

Begitu dia berinisiatif, Lu Yanting pun tahu bahwa dia pasti akan mengajukan permintaan di detik berikutnya.

Dua bulanan ini, dia selalu menggunakan trik ini.

Lu Yanting menyipitkan matanya dan melihat senyuman munafik di wajah Lanxi, bibir merapat membentuk garis lurus.

Sangat bagus, dia sudah mempersiapkan diri untuk menyaksikan penampilannya.

"Aku rasa boleh menyetujuinya, tapi ... persetujuan dengan syarat." Lanxi memandangnya dengan kepala miring, "Bagaimana menurutmu, Bos Lu?"

“Panggil apa?” Tatapan Lu Yanting licik.

Jujur saja, Lanxi tidak tahu apa yang membuat Lu Yanting marah.

Namun, untuk menyenangkannya, Lanxi tidak takut jijik, menekan tenggorokan dan mengeluarkan sebutan itu dengan suara yang manja: “Suamiku~”

Meskipun tahu jelas bahwa dia memanggil demikian karena ada permintaan, tetapi setelah mendengar sebutan itu, tenggorokan Lu Yanting menegang secara tak terkendali.

Lu Yanting tiba-tiba memeluk pinggangnya, menundukkan kepala dan dengan lembut menggigit bagian telinganya yang sensitif.

“Katakan pendapatmu, hm?”

Lanxi menahan rasa gatal yang mengandung hasrat, berkata, "Kalau kamu benar-benar ingin menyepakati kontrak tersebut, maka biarkan aku pergi ke Dongjin untuk menjadi direktur, um ..."

Belum selesai bicara, tangan Lu Yanting tiba-tiba melalui ketiaknya dan berhenti di dadanya, mencubitnya.

“Kamu ingin kembali ke Dongjin?”

Lanxi sekadar menjawab ‘ya’, lalu, “Sekarang aku merasa terlalu bosan menjadi sekretarismu, jadi direktur lebih menantang.”

Lu Yanting tersenyum rendah, “Kalau begitu aku naikkan jabatanmu.”

Lanxi: “Tidak usah saja, aku rasa sebaiknya aku pergi menyusahkan mereka dan tidak mengacaukan Zhonghaim.”

Bagaimana mungkin Lu Yanting tidak menyadari bahwa dia sedang mencari alasan.

Namun, dia memberi muka padanya, tidak membuka kedoknya.

Hening beberapa detik, dia terus bertanya: “Menurutmu ayahmu bakal setuju?”

Lanxi menyeringai, mengadu domba secara diam-diam: "Jika mereka tidak setuju, itu berarti mereka tidak cukup tulus untuk bekerja sama dengan Zhonghaim."

Novel Terkait

My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu