Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 44 Kenapa Memukul Orang (1)

“Ehem… ehem…” polisi yang membuka pintu berdehem dengan canggung untuk mencairkan suasana.

Lu Yanting menatap sesaat Lanxi, lalu melihat kearah polisi didepannya, “Boleh bebas jaminan?”

Polisi mengangguk, “Boleh, cukup menandatangani dokumen lalu menyerahkan uang jaminan saja.”

Lu Yanting memberi hormat dengan menunduk, “lalu menggenggam lengan Lanxi, membawanya keluar dari ruang tahanan.

Lanxi mendengar perbincangan Lu Yanting dan polisi, menjilat bibirnya yang kering, berkata pada Lu Yanting, “Ada Sisi juga, jamin dia sekalian.”

Lu Yanting menatapnya sesaat, tidak menanggapi ucapannya.

Zhou Jinyan dan Cheng Yi diluar, begitu melihat Lu Yanting membawa Lanxi keluar, Cheng Yi langsung melirik dengan ekspresi memandang rendah.

Dia benar-benar tidak suka kepada Lanxi, tidak pernah tahu aturan, hanya bisa membuat masalah.

Seperti masalah berkelahi sampai diamankan polisi seperti ini bagaimana mungkin dibandingkan pada Gu Jingwen?

Sungguh tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh Lu Yanting, bisa-bisanya menikahi pembuat masalah seperti ini.

Lu Yanting menyelesaikan proses penjaminan Lanxi dengan cepat, kemudian polisi membukakan borgol ditangannya.

Ketika Lu Yanting bersedia untuk keluar, Lanxi memeluknya dari belakang.

Disekeliling mereka ada tidak sedikit orang, melihat Lanxi yang tiba-tiba seperti ini ia juga terkejut.

Lanxi memeluknya dengan sangat erat, tangannya menempel di perutnya dengan kuat.

“Bos Lu, tolong jaminlah Sisi, dia ditangkap kemari juga karena aku.”

“Hmmh.” Lu Yanting tersenyum dingin.

Selalu saja seperti ini, ia hanya akan bersikap baik pada saat ada yang diinginkan darinya.

Bukan karena tulus, namun hanya untuk mencapai apa yang dia inginkan.

Lu Yanting langsung mendorong tangannya, berbalik kembali ke kantor yang baru saja ia tinggalkan.

Lanxi berdiri seorang diri di tempat asal, mengangkat tangan merapikan rambutnya.

Cheng Yi melihatnya menyerahkan diri namun ditolak seperti itu, tidak tahan untuk tidak menyindirnya, “Sudah seperti ini masih ingin menyodorkan diri, apakah kamu tidak bisa hidup tanpa lelaki?”

“Apa pedulimu.” Suasana hati Lanxi sedang buruk hari ini, dia sungkan pada Lu Yanting karena ada yang ia butuhkan darinya.

Namun Cheng Yi didepannya ini siapa? Meskipun ia jatuh dan compang camping pun tidak mungkin membiarkannya menginjaknya.

“Aku menyodorkan diri padamu?” Lanxi bertanya sambil mengangkat sebelah bibirnya dengan nada menyindir.

“Kau….” Cheng Yi dibuat kesal hingga kehabisan kata-kata.

Setelah diurus oleh Lu Yanting, Jiang Sisi dilepaskan oleh polisi.

Begitu melihat Jiang Sisi, Lanxi langsung menghampiri lalu mengalungkan tangannya di lengannya.

“Sisi kamu tidak apa?” Lanxi merasa sedikit bersalah.

Jika bukan karena dia, Jiang Sisi tidak mungkin sampai dibawa ketempat seperti ini.

“Tidak apa, justru kamu bagaimana.” Jiang Sisi melihat Lanxi, “Kamu tidak apa kan.”

Setelah mereka berdua selesai berbicara, Lu Yanting juga keluar.

Begitu melilhat Lu Yanting, Lanxi langsung menghampiri, mengucapkan terima kasih dengan manisnya.

Menghadapi ucapan terima kasihnya, Lu Yanting hanya membalas dengan senyuman dingin.

***

Keributan sudah berakhir, setelah berpamitan, Lu Yanting membawa Lanxi naik keatas mobil.

Kembali ke Guanting, Lanxi duduk di kursi samping pengemudi, sepanjang jalan sama sekali tidak mengatakan apapun.

Begitu masuk kedalam rumah, saat Lanxi membungkuk melepas sepatu, ditekan oleh Lu Yanting di rak sepatu.

Seketika keseimbangannya tidak terjaga, perutnya menabrak rak sepatu, membuatnya kesakitan sampai menitikkan air mata.

“Beritahu aku, kenapa memukul orang?” Lu Yanting sangat ingin tahu jawaban pertanyaan ini.

Sebelumnya tidak mendapatkan jawaban saat di kantor polisi, sekarang ia lanjut menanyakan.

“Karena aku gila, apakah kamu puas dengan alasan ini?” Lanxi ditanya hingga kesal, tidak sanggup lagi mempertahankan sikap ramahnya tadi.

Sikap Lanxi sukses membuat mata Lu Yanting menyipit, bersamaan satu tangan menggenggam dagunya.

“Aku tidak ingin membahasnya.”Lanxi menyimpan senyumannya, nada bicaranya jauh lebih tegas dari sebelumnya.

Saat ia mengatakan ini, matanya agak menunduk, dibawah bulu matanya yang lebat dan rapat terlihat bayangan redup.

Dirinya sekarang terlihat agak sedih.

Lu Yanting menatapnya sesaat, hatinya melembut.

Melepaskannya kemudian memijat alisnya.

“Kelak aku tidak ingin ada kejadian seperti ini lagi.”

“…” Lanxi tidak mengiyakan.

Setelah sesaat, Lu Yanting berkata lagi, “Besok pergi periksa kedokter.”

“Aku tidak mau.” Lanxi melingkarkan tangannya di lengan Lu Yanting, berkata sambil tersenyum,

“Kelak aku tidak akan sembarangan bertengkar lagi, Bos Lu tenang saja.”

Lu Yanting melihat senyumnya yang begitu genit, ingin sekali mencekiknya.

Selama ini ia belum pernah bertemu wanita yang semunafik ini.

Lu Yanting melihat kearah tangannya, “Lepaskan, naik sana keatas.”

“Kalau begitu, selamat malam Bos Lu.” Lanxi melambaikan tangan sambil tersenyum padanya seolah ucapan Lu Yanting sama sekali tidak melukainya, setelah mengganti sandal ia pun langsung naik ke atas.

Lu Yanting melihat gerakannya saat mengganti sandal, bagian di bawah perutnya sedikit tegang, membuat tenggorokannya terasa kering.

Dia melepaskan dasinya lalu melemparkannya ke samping, berjalan kearah sofa dan duduk.

5 menit kemudian, handphonenya mulai bergetar.

Lu Yanting tersadar, mengangkat handphonenya.

Gu Jingwen yang menelepon.

Lu Yanting menekan tombol jawab dan meletakkan handphonenya di telinga.

“Yanting, apakah besok kamu ada waktu?” terdengar suara lembut Gu Jingwen dari dalam sana.

Mendengar suaranya, Lu Yanting kembali teringat Lanxi.

Dibandingkan dengan Gu Jingwen, Lanxi benar-benar terlihat tidak pengertian.

“Em.” Lu Yanting bertanya, “Ada apa?”

“Aku sudah bilang kepada kepala panti, besok pergi lihat Xiaoxiao, kita pergi kesana sama-sama.”

Mengungkit tentang Xiaoxiao, suara Gu Jingwen terdengar sangat lembut, “Sekarang pasti sudah tumbuh lebih besar.”

Lu Yanting hanya menjawab ‘em’ untuk mengiyakan Gu Jingwen.

Pergi menengok Xiaoxiao bersamanya adalah hal yang dulu pernah djanjikan olehnya, sekarang hanya sekedar menepati janji.

“Kalau begitu besok pagi kita pergi ke panti sosial…” Gu Jingwen menyebutkan waktu dengan hati-hati.

“Em, Aku jemput kamu.” Lu Yanting menyetujui.

Diseberang telepon sana, Gu Jingwen mendengar ucapan Lu Yanting langsung tersenyum.

Dia merasa seperti melihat harapan lagi.

Lu Yanting dan Gu Jingwen mengobrol sesaat lalu mematikan telepon.

Melihat waktu sudah hampir jam 9.

Dia mengambil handphone lalu berjalan ke lantai atas.

Mengganti baju lalu mandi.

Malam ini ia tidak mencari Lanxi karena ia merasa butuh menenangkan diri seorang diri.

Setiap kali ia berbaring disampingnya, tidak mungkin hanya memejamkan mata lalu tidur semudah itu.

Selama 30 tahun hidupnya, sebelum berkenalan dengannya ia sama sekali belum pernah ketagihan pada seks hingga seperti ini.

Selain hari libur bulanannya, hampir setiap hari mereka melakukannya, bahkan setiap kalinya bukan hanya satu kali.

Untuk dirinya, ini bukan pengalaman yang biasa.

Dia sangat mengerti seberapa berbahayanya wanita, terutama tipe seperti Lanxi, begitu terjerumus…. Akan sulit sekali untuk melepaskannya.

****

Hari berikutnya.

Jam 9 pagi Lu Yanting sudah berangkat.

Ia menjemput Gu Jingwen sekitar jam 10, keduanya pergi ke panti sosial bersama.

Meskipun Gu Jingwen baru saja selesai operasi satu minggu, namun pemulihannya sudah cukup baik.

Hari ini ia mengenakan dress putih, dengan dandanan natural, rambut panjangnya tergerai, terlihat fresh dan sangat lembut.

Penampilannya hari ini membuat Lu Yanting teringat masa mereka baru saja berpacaran.

Dandanannya sekarang dan saat itu tidak jauh berbeda, bahkan waktu sama sekali tidak meninggalkan bekas diwajahnya.

Dia masih terlihat sangat muda.

Namun Lu Yanting sudah tidak merasakan debaran seperti dulu.

“Kepala panti bilang, Xiaoxiao sering menatap foto bersama kita diam-diam.”

Di jalan, Gu Jingwen tidak hentinya membicarakan Xiaoxiao.

Tahun ini Xiaoxiao berusia 6 tahun, ia adalah salah satu anak asuh Lu Yanting dan Gu Jingwen, saat mereka baru menerima Xiaoxiao sebagai anak asuh mereka, Xiaoxiao baru berusia 1 tahun.

Saat itu ia baru saja terdeteksi mengalami Syndrome Asperger, juga sering disebut sebagai penyakit autis.

Namun Xiaoxiao adalah seorang anak yang sangat cerdas, Gu Jingwen pernah mengajarinya bermain piano, saat itu ia baru berusia dua tahun, namun ia sudah menunjukkan bakat yang cukup mengejutkan dibidang musik.

Gu jingwen sangat menyukai Xiaoxiao, lalu mereka mulai menerima Xiaoxiao sebagai anak asuh, memberikannya pengobatan, bahkan mengundang guru khusus untuk mengajarinya belajar.

Dua tahun lalu setelah mereka berpisah, Lu Yanting tidak lagi datang untuk menengoknya, namun bantuan untuk Xiaoxiao tidak pernah dihentikan.

Dia bukan orang yang bisa menyukai anak orang lain, namun Xiaoxiao memang berbeda dengan anak lainnya.

Mengingat Xiaoxiao, ekspresinya menjadi jauh lebih lembut.

“Em, tidak ada waktu menengoknya.”

Ucapannya memang benar, pekerjaannya sibuk, ditambah lagi melihat Xiaoxiao hanya akan membuatnya teringat masa lalu, sehingga ia tidak ingin menengoknya.

Saat itu Gu Jingwen menjadi beban yang mengikat hatinya.

Namun sekarang ia sudah berpikir lebih terbuka, sehingga ia bisa menerima untuk pergi menengok Xiaoxiao bersama dengannya.

……

Jam 11 mobil berhenti didepan panti sosial.

Lu Yanting dan Gu Jingwen turun dari mobil dan berjalan masuk bersama. Karena tahu kedatangan mereka, kepala panti sudah mengajak Xiaoxiao ke ruang piano.

Ruang piano di panti ini merupakan milik bersama, namun Xiaoxiao memiliki ruang piano pribadi. Biasanya ia berlatih piano disana.

Begitu kepala panti Xiao melihat mereka, langsung maju untuk menyambut mereka.

”Selamat datang, sejak semalam Xiaoxiao terus menantikan kedatangan kalian.”

Kepala panti Xiao tahun ini berusia 40an, sudah sangat akrab dengan Lu Yanting dan Gu Jingwen, sehingga saat bicara dengan mereka tidak terlalu segan.

“Benarkah?” Gu Jingwen tersenyum, dengan santai ia melingkarkan tangannya di lengan Lu Yanting, “Ayo kita pergi melihat Xiaoxiao.”

Pada saat Gu Jingwen melingkarkan tangan dilengannya, alis Lu Yanting sedikit mengkerut.

Namun mempertimbangkan kepala panti yang berada di depan mereka, ia tidak ingin membuat Gu Jingwen malu sehingga membiarkannya.

Kepala panti Xiao mengajak mereka ke ruang piano, saat mereka masuk, Xiaoxiao sedang berlatih piano.

Suara piano yang merdu dan irama yang dimainkan dengan lancar, terdengar tidak seperti pemainan anak usia 6 tahun.

Xiaoxiao sangat berbakat dibidang musik, membuat orang tidak bisa memandangnya sebelah mata.

Mendengar suara dari depan pintu, ia menghentikan gerakan tangannya.

Dia menengok, wajahnya terlihat sangat terkejut dan senang begitu melihat Lu Yanting dan Gi Jingwen berdiri didepan pintu.

Dia turun dari kursi pianonya berjalan kearah mereka.

Gu Jingwen melepaskan Lu Yanting, berjalan menghampirinya lalu memeluknya.

Dia memuji dengan suara lembut, “Xiaoxiao bermain dengan sangat hebat, beberapa tahun lagi, aku akan membawanya untuk ikut konser.”

Mendengar pujian Gu Jingwen, Xiaoxiao tersenyum.

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu