Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 158 Tidak Pernah Bahagia (1)

Foto ini mengingatkannya: Lanxi dan Zhou Hesi sedang bersama.

Lu Yanting meremas HP-nya, menatap foto itu, dia sama sekali tidak bisa memalingkan tatapannya.

Dia tahu dirinya yang terus menatap foto itu akan semakin marah, tapi dia tidak bisa menahan diri.

Mungkin ini yang dilakukan manusia——tidak bisa menahan diri melakukan hal berbahaya.

Ketika Lanxi memposting foto disertai caption, Lu Yanting bisa merasakan dirinya yang sangat bahagia.

Karena dia biasanya tidak aktif dalam memposting foto di timeline.

Sejak mereka kenal sampai sekarang, postingan foto di timeline-nya tidak lebih dari tiga.

Dia sangat jarang membagi kebahagiaan kehidupan sendiri di media seperti ini.

Hari ini bisa memposting foto, ini cukup membuktikan betapa bahagia dirinya.

Lu Yanting yang semakin berpikir demikian, hatinya semakin pilu.

Apakah ini artinya, ketika Lanxi berada disampingnya tidak pernah bahagia?

Lu Yanting meletakkan Hp-nya disamping, bersandar di sofa dan menengadahkan kepalanya menatap langit-langit.

Lampu-lampu itu sedikit menyilaukan, dia merasa matanya sedikit lelah, kering, dan asam.

………

Lu Yanting menenangkan emosinya, lalu mengambil telepon, menelepon Lu Qingran.

Ada beberapa hal yang harus dia jelaskan kepada Lu Qingran.

Lu Yanting baru saja menelepon, Lu Qingran sudah menjawabnya.

Lu Yanting yang masih belum sempat mengatakan apa-apa, sudah mendengar suara tidak sabar Lu Qingran bertanya: “Sudah ada kabar Cheng Zi?”

Lu Yanting menjawab “Ehn”, setelah menyebutkan masalah ini, suaranya menjadi lebih serius.

Setelah terdiam beberapa saat, dia memberitahu Lu Qingran: “Cheng Zi beberapa hari ini mungkin akan tinggal bersama dengan Fuxing.”

“Kenapa?”tanya Lu Qingran tidak mengerti, “Dia putriku, atas dasar apa tinggal bersama dengannya?”

Kala itu Fu Xing pernah mengatakan anak ini tidak ada hubungannya dengan dia, Lu Qingran terus mengingat kata-kata ini, dan terus memendamnya dalam hati.

Lu Yanting tidak menjelaskan alasannya, dia hanya memberitahu Lu Qingran: “Setelah beberapa waktu ini berlalu, percayalah kepadaku, Fu Xing tidak akan melakukan apa-apa kepada Cheng Zi, dia itu putrinya.”

“Lu Yanting!”Lu Qingran kesal dengan sikap Lu Yanting, “Sebenarnya kamu adikku bukan? Di saat seperti ini kamu berpihak kepada Fu Xing?”

“……”Lu Yanting tidak mengatakan apa-apa.

Namun, dia bisa memahami kekecewaan Lu Qingran.

Tapi ada beberapa masalah yang tidak bisa dijelaskan dengan jelas, dan dia juga tidak berharap Lu Qingran terlibat kedalam masalah ini.

Terlebih, masalah ini bukan dia seorang diri yang bertanggung jawab.

Lu Yanting terdiam beberapa saat, dan berjanji pada Lu Qingran: “Kamu tenang saja, Cheng Zi pasti akan baik-baik saja, aku bisa menghubungi Fu Xing, menyuruhnya mengatur waktu agar kalian ibu dan anak bisa bertemu, tapi Cheng Zi untuk sementara tetap akan ikut bersamanya. Menurutmu bagaimana?”

“……Kenapa dia tiba-tiba menginginkan Cheng Zi?”hal ini membuat Lu Qingran sangat penasaran.

Kala itu dia sering mengatakan tidak ada hubungannya dengan anak itu, terus sekarang menjadi begini, ini terlalu munafik.

“Mungkin sudah menemukan hati nuraninya.”Lu Yanting asal mengarang alasan dengan santai.

Lu Qingran tertawa mendengarnya.

Fu Xing? Menemukan hati nuraninya? Tidak mungkin.

Lu Yanting tiba-tiba berdiri di pihak Fu Xing dan membantunya berbicara itu sudah cukup aneh, meskipun Lu Qingran polos tapi dia tidak bodoh, dia samar-samar bisa merasakan ada alasan lain dibalik ini.

Bagaimanapun, Lu Yanting tentu tidak akan bercanda dengan nyawa Cheng Zi.

Karena dia mengatakan beberapa saat ini Cheng Zi akan tinggal bersama dengan Fu Xing, pasti ada alasan lain.

Dia membuat alasan ini hanya karena tidak ingin memberitahu Lu Qingran alasannya.

Lu Qingran penasaran, tetapi dia tahu sesuatu yang sudah diputuskan tidak dikatakan Lu Yanting pasti tidak bisa menanyakan apapun, jadi dia tidak berencana menanyakan lebih lanjut.

Tapi, dia memiliki persyaratan sendiri: “Jika begitu kamu katakan kepada Fu Xing, aku ingin bertemu dengan Cheng Zi.”

Setelah mendengar Lu Qingran mengatakan kalimat ini, Lu Yanting bertanya kepadanya tanpa sadar: “Ingin bertemu dengan Cheng Zi atau ingin bertemu dengan Fu Xing?”

Lu Qingran:“……”

Terkadang dia benar-benar merasa kesal dengan pemikiran Lu Yanting.

Apa perlu merespons begitu cepat?

Seolah seluruh orang di dunia ini hanya dia seorang yang memiliki otak.

Lu Yanting menunggu sekian lama tapi tidak mendapat jawaban Lu Qingran, lalu dia tersenyum menyeringai tanpa daya.

Lu Qingran ini benar-benar cukup gigih, sebelumnya meskipun dia terus mengatakan akan mencarikan ayah untuk Cheng Zi, tapi itu semua hanya ucapan belaka, sudah sekian lama masih tidak ada gerakan.

Lu Yanting tahu betul hatinya masih mencintai Fu Xing, dia ini benar-benar orang yang keras kepala, setelah menetapkan pilihan seumur hidup juga tidak akan mengubahnya.

Tidak tahu ini termasuk hal baik atau buruk. Meskipun tidak menunggu jawaban dari Lu Qingran, tapi Lu Yanting menyetujuinya: “Aku akan mengaturnya, tiba waktunya kamu bawakan baju ganti dan lain-lain untuk Cheng Zi.”

Lu Qingran: “Apakah ini masih perlu kamu katakan.”

Dia seorang diri menjaga anak begitu lama, tidak ada orang yang mengerti hal ini lebih baik dirinya.

“Ok, itu saja.”setelah semua sudah dikatakan, Lu Yanting bersiap-siap mematikan telepon.

Tepat saat ini, Lu Qingran tiba-tiba bertanya kepadanya: “Oh iya, Lanxi dimana? Akhir-akhir ini kenapa kalian berdua tidak pulang?”

Ketika mendengar Lu Qingran menyebut nama Lanxi, Lu Yanting kembali mengingat dirinya yang barusan melihat foto timeline yang di postingnya.

“Dia pergi liburan.”Lu Yanting menceritakan keadaan Lanxi kepada Lu Qingran.

Lu Qingran: “Oh, untung kamu tidak pergi bersama dengannya.”

Jika tidak, dia tidak tahu harus mencari siapa menyelesaikan masalah seperti ini.

Setelah berbicara beberapa kalimat, akhirnya telepon dimatikan.

**

Dan disisi lain.

Setelah menelepon Lu Yanting, Fu Xing duduk disofa, menatap Cheng Zi yang tertidur di sofa.

Beberapa tahun ini, dia sama sekali tidak pernah bertemu dengan anak ini.

Hanya beberapa kali melihatnya dari foto di HP Lu Yanting.

Ini adalah pertama kalinya mengamatinya dari jarak dekat.

Setelah dihitung-hitung, tahun ini Cheng Zi berusia 6 tahun.

Dia sangat cantik, semua kecantikan yang ada pada Lu Qingran terwarisi ke tubuhnya.

Fu Xing sebenarnya tidak terlalu menyukai anak-anak, ketika dia dan Lu Qingran menginginkan anak, mereka sama sekali tidak pernah membuat rencana khusus.

Keduanya mengikuti arus saja, hanya saja karena sudah hamil, maka harus dilahirkan, terlebih kondisi keuangan mereka cukup memadai.

Hanya saja yang tidak disangka adalah terjadi begitu banyak hal.

Setelah menatap Cheng Zi sebentar, Fu Xing menarik nafas dalam-dalam, bangkit dari sofa, pergi ke jendela menyalakan sebatang rokok.

Fu Xing baru saja menyalakan rokoknya dan mengisap beberapa kali, Cheng Zi terbangun tersedak dari sofa.

Cheng Zi sangat sensitif terhadap asap rokok.

Di keluarga Lu, tidak ada seorangpun yang merokok di dalam ruangan, Cheng Zi tumbuh di lingkungan yang bersih, jadi selama dia mencium asap rokok akan merasa tidak nyaman.

Jadi, Fu Xing yang baru saja menghisap beberapa kali sudah membangunkan Cheng Zi.

Setelah sadar, Cheng Zi bangun dan menggosok matanya, melihat “Pria asing”berdiri di dekat jendela

Cheng Zi memiliki gambaran yang samar tentang seorang ayah, tapi dia sekarang sudah berusia 6 tahun, sudah diusia yang mengerti sesuatu, dia juga tahu dirinya berbeda dengan orang lain.

Meskipun dia jarang mengungkit kata ayah didepan Lu Qingran, tapi “Ayah”yang ada dalam lubuk hatinya sangat menjijikkan.

Dan pria ini pergi ke sekolah untuk menjemputnya di sore hari, lalu memberitahunya dia adalah ayahnya.

Fu Xing tidak menyangka Cheng Zi akan terbangun.

Dia berpikir anak ini sudah tertidur lelap, setelah tertidur pasti harus menunggu keesokan harinya baru bangun.

Setelah melihat Cheng Zi terbangun, Fu Xing memadamkan putung rokok yang ada di tangannya, dan melemparkan puntung rokok itu ke tempat sampah.

Lalu menatap Cheng Zi dan berkata, “Kamu terbangun?”

Cheng Zi tidak menjawab pertanyaannya, malah menatapnya dengan tatapan bermusuhan.

Sepasang mata ini, ibarat ukiran yang di cetak dari Lu Qingran.

Fu Xing tidak pernah dilihat oleh seorang anak kecil dengan tatapan mata seperti itu.

Dia batuk dan sedikit tidak nyaman: “Kamu naik keatas tidur, tidur di sofa tidak nyaman.”

Dia tidak pintar merawat anak, bisa seperti ini sudah termasuk hebat.

Namun, Cheng Zi tidak menghargainya.

Dia berdiri disofa, menengadah menatap Fu Xing yang berada tidak jauh: “Kapan kamu akan membiarkan aku pergi?”

Dia terlihat seperti sedang bernegosiasi dengan penculik.

Ketika deskripsi ini muncul di kepalanya, Fu Xing sendiri merasa lucu.

Dia jalan beberapa langkah mendekati Cheng Zi dan berkata: “Untuk beberapa hari ini kamu tinggal disini, tidak perlu pergi kesekolah, kamu tenang saja, kamu bisa memberitahuku apa saja yang kamu perlukan.”

Setelah mengatakan itu, Fu Xing berhenti dan berkata: “Aku ayahmu, tidak akan melakukan sesuatu yang mencelakaimu, kamu tenang saja.”

Ketika mengatakan “Aku adalah ayahmu”, suara Fu Xing sedikit gemetar.

Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Karakternya sudah ditakdirkan tidak akan gugup menghadapi beberapa masalah.

Tapi dihadapan anak kecil……dia benar-benar tidak berdaya.

Karena dia dapat dengan jelas merasakan Cheng Zi membencinya.

Iya benar, seorang anak berusia enam tahun sedang membencinya.

“Aku tidak memiliki ayah.”kalimat sudah bukan pertama kalinya diucapkan Cheng Zi kepadanya.

Sebelum dia tertidur, dia juga mengatakan begitu.

Ini untuk kedua kalinya.

Setelah Fu Xing mendengarnya dia sedikit sedih, tapi ekspresinya pulih dengan cepat.

Novel Terkait

Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu