Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 67 Suamiku (2)

Setelah 20 menit, Lanxi turun dari lantai atas.

Xiao Xiao yang tadinya duduk dengan baik diatas sofa, setelah malihat Lanxi langsung menunjukkan ekspresi ketakutan.

Lanxi berjalan kehadapan Xiao Xiao lalu berhenti, menundukkan kepala menatapnya, “Kamu sangat takut padaku?”

Xiao Xiao : “……….”

Dia tidak bersuara, hanya mundur dengan teratur perlahan.

Lanxi merasa kesal, selain kejadian dia menumpahkan anggur di gaunnya, dia tidak pernah melakukan yang keterlaluan pada anak ini.

Kenapa setiap kali dia selalu seperti ini? Tidak perlu sampai seperti itu bukan?

“Haiz, coba kamu katakan, dimana salahku?” Lanxi sedikit penasaran.

Xiao Xiao tetap tidak menjawab pertanyaannya, terus mundur hingga hampir jatuh dari atas sofa.

“Sudah, aku tidak tanya lagi, kamu juga jangan bergerak.” Lanxi membalikkan bola matanya, berbalik lalu berjalan ke ruang makan.

Ketika masuk, kebetulan bertemu dengan Lu Yanting yang berjalan keluar.

Lu Yanting : “Mie sudah jadi, makanlah.”

Lanxi : “…………”

Belum sempat merespon, Lu Yanting sudah melewatinya dan berjalan ke ruang tamu.

Uhm, kelihatannya dia sungguh mengingat putrinya ini dengan sangat kuat.

Ada aroma sarapan yang tercium dari arah ruang makan, Lanxi berjalan kedepan mangkuk mie-nya, menundukkan kepala menghirup aroma masakannya.

Uhm, lumayan.

Mie-nya tidak banyak, memenuhi sebuah mangkuk kecil, pas dengan porsinya.

Lanxi belum lama duduk, orang yang masuk berikutnya membatu melihatnya.

Sebaliknya, Lanxi malah tidak mempedulikannya.

Sarapan yang disiapkan Lu Yanting untuk Xioaxiao adalah bubur, roti, juga telur.

Namun Xiao Xiao tidak pilih-pililh makanan, setelah duduk ia makan dengan tenang.

Lu Yanting sangat menjaga Xiao Xiao, dia bisa membantu Xiao Xiao mengupas kulit telur, bisa mengambil tissu untuk membantu Xiao Xiao mengelap mulut.

Bisa dilihat kalau ia sangat menyayangi anak ini.

Lanxi sempat berpikir, lebih baik dia bercerai dengan Lu Yanting saja sekalian, agar Lu Yanting, Gu Jingwen dan Xiao Xiao bisa hidup bahagia sebagai keluarga yang utuh.

Namun, pikiran ini hanya muncul beberapa detik saja sudah langsung ia tepis.

Meskipun ia sudah menduduki jabatannya, tetap saja harus tunggu sampai semua tujuannya tercapai baru bisa dibicarakan lagi.

Uhm, untuk sementara ia hanya bisa mengorbankan pasangan ini dulu.

……

Hari ini Lanxi tidak memiliki rencana apapun, namun setelah dipikir-pikir ia juga tidak ingin dirumah bersama kedua ayah dan anak ini.

Jadi setelah ia selesai makan, Lanxi menghubungi Jiang Sisi.

Telepon diangkat dengan cepat. Setelah tersambung, Lanxi bertanya dengan tidak sabar : “Jiang, hari ini kamu sempat tidak? Kita jalan-jalan yuk.”

“Dia tidak sempat.” Suara seorang pria terdengar dari balik telepon.

Mendengar suara ini Lanxi terkejut, tiba-tiba ia teringat pada pria yang berada di kantor Jiang Sisi.

Siapa namanya?

Oh iya, Mu Baicheng.

Lanxi : “Dimana dia?”

Mu Baicheng : “Masih belum bangun, hari ini dia mau menemaniku pulang kerumah untuk makan bersama orangtuaku.”

Lanxi : “….Oh”

Mu Baicheng : “Jadi begitu dulu?”

Lanxi : “Oh baiklah, maaf menganggu.”

Tanpa menunggu jawaban dari seberang, Lanxi langsung mematikan telepon.

Kurang teman memang susah, ketika ia ingin keluar, hanya bisa teringat dengan Jiang Sisi.

Sekarang Jiang Sisi tidak sempat, ia tidak tahu harus mengajak siapa pergi bersama.

Kelihatannya dia memang ditakdirkan untuk tetap tinggal dirumah.

Setelah menelepon, Lanxi langsung naik ke lantai atas. Kembali kekamar dan berbaring di ranjangnya, Lanxi baru melihat pesan yang dikirim oleh Zhou Hesi.

Zhou Hesi : “Minggu depan aku mau dinas ke Kota Jiang, mau pergi?”

Lanxi : “Ok, aku traktir kamu makan.”

Zhou Hesi : “Em, aku membawakanmu hadiah.”

Lanxi : “Hadiah apa?”

Zhou Hesi : “Rahasia.”

……

Setelah sarapan, Lu Yanting menyuruh Xioaxiao minum obat, lalu menyuruhnya berbaring di sofa untuk istirahat.

Tadinya dia meminta Xiao Xiao untuk istirahat di lantai atas, namun Xioaxiao tidak bersedia.

Lu Yanting tahu dia merasa tidak aman, sehingga membiarkannya.

Sekitar jam 10.30, Lu Yanting menerima telepon dari Gu Jingwen.

Telepon baru tersambung, Gu Jingwen sudah bertanya dengan tidak sabaran : “Yanting, kamu membawa Xiao Xiao kemana?”

Hari ini adalah hari Minggu.

Meskipun Gu Jingwen baru keluar dari rumah sakit, namun ia terus memikirkan Xiao Xiao.

Pagi-pagi sekali ia sudah mengendarai mobil ke panti sosial, lalu mendengar kepala panti bercerita soal kejadian kemarin.

Setelah mengetahui Lu Yanting membawa pergi Xiao Xiao, Gu Jingwen langsung meneleponnya.

“Tenang saja, dia ada disini.” Lu Yanting bertanya padanya, “Kamu ke panti sosial?”

Gu Jingwen : “Em………aku merindukan Xiao Xiao, jadi langsung kemari.”

Lu Yanting : “Dia cacar air, seharusnya kepala panti memberitahumu bukan.”

Gu Jingwen, “Sudah, makanya aku agak mengkhawatirkannya…. Apakah aku boleh kesana untuk menengoknya?”

Lu Yanting tahu Gu Jingwen tulus memperhatikan Xiao Xiao.

Dan Xiao Xiao disini merasa tidak nyaman.

Jika Gu Jingwen bisa datang menemaninya bagus juga.

Tapi, Lanxi………

Mengingat Lanxi, Lu Yanting melihat kearah lantai atas.

Dia terdiam cukup lama, dan Gu Jingwen sudah mengerti jawabannya.

Ketika mengatakannya, ada rasa kecewa dalam ucapannya : “Maaf, salahku yang tidak memikirkan sejauh itu…. Nanti jika Xiao Xiao sudah kembali ke panti sosial baru kutengok saja.”

“Villa Guanting, 9-8-09, datanglah.” Lu Yanting langsung memberitahukan alamatnya.

Gu Jingwen agak terkejut : “………Benarkah aku boleh kesana?”

Lu Yanting : “Em, dia pasti ingin sekali menemuimu.”

Kurang lebih satu jam, akhirnya Gu Jingwen datang juga.

Begitu bel pintu berbunyi, Lu Yanting yang pertama bangun membukakan pintu.

Begitu masuk, Gu jingwen sudah terbiasa mengganti sendal.

Ia membuka sepatu, melihat disamping ada sepatu heel perempuan disana.

Ekspresinya langsung berubah.

Jadi… ini adalah rumah yang ia tinggali setelah menikah dengan Lanxi?

Membayangkan hal ini, hatinya menjadi tidak nyaman.

Lu Yanting mengambil sendal sekali pakai dari dalam lemari dan memberikan padanya, “terbiasalah, dirumah ini hanya ada sepasang sepatu wanita.”

“….Baik.” Gu Jingwen menerima sendal sekali pakai dari Lu Yanting sambil menggertakkan gigi.

Dirumah hanya ada sepasang sepatu wanita, ucapan ini sungguh melukainya.

Dia belum pernah sekalipun menyadari kalau dirinya kini menjadi ‘orang asing’ dalam hidupnya.

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu