Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 39 Kita Suami Istri (2)

Bab 39 Kita Suami Istri (2)

“Aku percaya, kita akan berkerja sama dengan baik.”

Lu Yanting melihatnya seperti ini, api jahat membakar batinnya.

Dia langsung merangkul pinggulnya, dan mengangkatnya dari sofa.

Sentuhan itu membuat kulit kepala Lanxi mati rasa.

Tetapi, demi menyatakan harapannya, dia hanya bisa berkata dengan tersenyum: “wow, Bos Lu sangat luar biasa.”

Nada tergesa-gesa itu terdengar sangat palsu.

Meskipun pria suka dibanggakan oleh wanita, tetapi pujian yang terlalu berlebihan juga sangat menantang harga diri pria.

……

Lu Yanting mempercepat langkahnya, dan memeluk Lanxi ke lantai atas dengan postur tubuh seperti itu.

Setelah naik ke atas, Lanxi merasakan tubuhnya panas karena gesekannya.

Wajahnya tampak merah.

Dia biasanya sangat tidak malu, dan sangat jarang melihatnya merasa malu.

Lu Yanting berjalan ke arah lemari.

Seterusnya, Lu Yanting membuka pintu lemari mengambil piyama dan menyerahkannya kepada Lanxi.

“buka pakaianmu sekarang dan masuk kamar mandi denganku.”

Apakah ingin mandi bersama?

Boleh, dia juga bukan tidak bisa menerimanya.

Lagian mereka sudah pernah melakukan hal itu, sepertinya tidak ada masalah untuk saling melihat badan masing-masing.

Memikirkan hal ini, Lanxi menaruh piyama di atas ranjang, kemudian membuka baju dihadapannya hingga hanya tersisa celana dalam.

Dia menundukkan kepalanya melihat ke bawah, kemudian berjalan menuju lemari untuk mengambil celana dalam yang baru.

Baru saja masuk, Lu Yanting sepertinya tahu apa yang akan dilakukannya, ia langsung menghalanginya.

“Perlukah?” Dia bertanya dengan santai.

“Owh, kalau gitu tidak usah.” Memang tidak memerlukannya.

Pria tampaknya juga tidak berencana untuk memberinya waktu menggantikan celana dalam.

Lanxi melewati lemari, dan berjalan menuju ke arah kamar mandi.

“Tidak ambil baju tidur?” Lanxi tidak membalik kepalanya dan hendak masuk ke kamar mandi.

“Ke kamar mandi yang di luar saja.” Lu Yanting berjalan ke samping ranjang dan membantunya mengambil baju tidur.

Mendengar perkataannya, punggung Lanxi kaku sejenak, tapi dengan cepat ia kembali normal.

Dia merespons ‘owh’, kemudian mengikuti perintahnya, berjalan keluar.

Mungkin kamar mandi Lanxi terlalu kecil hingga tidak bisa memuaskan permainannya.

Lanxi agaknya sudah bisa menebak apa yang akan dihadapinya malam ini.

Setelah dia masuk ke kamar mandi, Lu Yanting tidak langsung mengikutinya dari belakang.

Lanxi sekilas melihat bak mandi besar, kemudian membuka keran air, dan mulai mengisi air ke dalam bak.

Saat Lu Yanting masuk, kebetulan bak sudah terisi penuh.

Mendengar langkah kakinya, Lanxi melihat kebelakang, dia hanya melepaskan jas, kemeja dan celana masih terpakai di tubuhnya.

Owh, dasi juga masih terpakai.

Penampilannya terlihat begitu serius…..sebenarnya tatapannya lebih menakutkan daripada siapapun.

Melihat raut mukanya yang buruk, Lu Yanting mengejek: “kenapa, ketakutan?

“Bukannya tadi kamu sendiri yang bilang akan bekerja sama, Hm?” Tanya dia.

Lanxi menarik napas dalam, “tidak takut, sebaliknya Bos Lu memakai obat kuat, aku hampir menduga kamu tidak bisa melakukan hal itu.”

Dia sengaja menambahkan dua kata “tidak bisa”, setelah selesai berkata, ia juga menunjuk barangnya.

Dia tahu, pria tampaknya tidak bisa menahan hasutan semacam ini.

Biasanya ketika pria mendapatkan kecurigaan seperti ini, mereka pasti akan membuktikan dengan aksi nyata untuk memberi tahu kepada perempuan apakah diri mereka bisa atau tidak.

Awalnya, Lanxi mengira Lu Yanting juga sama dengan mereka.

Namun, dia beda dan tidak marah.

Sebaliknya, dia malah tersenyum dengan senyuman rendah.

Dia mengangkat tangannya dan menunjuk ke sudut atas bak mandi.

“Duduk diatas bak mandi.”

Lanxi tahu apa yang ingin dia lakukan, tetapi demi Jiang Sisi, dia hanya bisa mematuhi perintah Lu Yanting.

Lagipula, dia sendiri yang berkata bahwa dia akan bekerja sama tanpa syarat.

Jadi, bahkan jika malam ini Lu Yanting memainkannya hingga setengah mati, dia hanya bisa menerimanya.

Sesuai perintah Lu Yanting, Lanxi duduk diatas bak mandi.

…………

Penderitaan ini berlangsung selama setengah jam.

Dia tidak bisa membayangkan dirinya terlihat betapa buruk.

Lu Yanting menarik tisu basah dari samping, kemudian mengelap wajah dan leher Lanxi.

Kelakuan ini sangat lembut dibandingkan dengan kelakuannya yang sebelumnya, jadi Lanxi merasa kaget dengan kasih sayang pria sekarang

“Masuk ke dalam bak untuk mandi.” Lu Yanting memerintah Lanxi lagi.

Lanxi mengangguk, dan masuk ke dalam bak mandi.

Kemudian, Lu Yanting melepas celananya dan membuka kemejanya, ia juga ikut masuk ke bak.

……

Lanxi mengira akan terjadi sesuatu di saat mandi, tapi proses mandi berjalan begitu lancar.

Dia mengatakan mandi, ternyata benar hanya mandi!

Ini sepertinya tidak sesuai dengan gayanya.

Kalau dia benar tidak merencanakan untuk melakukan sesuatu, kenapa tidak memperbolehkannya mengambil celana dalam yang baru?

Setelah mandi, Lanxi mengelap badannya dan memakai piyama itu.

Gaun piyama ini mungkin adalah gaun piyama yang berkerah paling rendah di antara semua piyama, tidak tahu apakah Lu Yanting sengaja membiarkan dia berpakaian begitu.

Tapi sangat memungkinkan, lagian Lu Yanting sangat terobsesi dengan dadanya.

Setelah selesai mandi, keduanya kembali ke kamar.

Setelah Lanxi masuk ke kamar, langsung melihat kotak aromaterapi di meja sebelah ranjang.

Dia duduk di sudut ranjang, dan menunjuk kotak aromaterapi itu, “jangan-jangan Bos Lu membeli ini untuk merangsang daya seksual?”

“Untuk mempermudahkan tidur.” Lu Yanting tidak menutupinya, “bukannya kamu insomnia.”

…….jadi kotak itu disediakan khusus untuknya?

Benar-benar kasih sayang yang berlipat ganda.

kamar sudah tercium aroma itu sekarang.

Lanxi sangat suka dengan aroma ini, aroma yang bisa membuat orang tenang.

Namun, dia tidak mengerti, kenapa Lu Yanting mempersiapkan ini untuknya.

Apakah karena takut dia tidak bisa tidur nyenyak, sehingga akan mempengaruhi kualitasnya dalam melakukan hubungan intim?

Kemungkinannya iya, lagi pula dia sepertinya sangat memandang penting barang itu.

Lanxi tiba-tiba teringat, Jiang Sisi pernah mengatakan Lu Yanting tidak tertarik dengan godaan.

Dilihat sekarang, benar-benar tidak bisa percaya dengan rumor luar sana.

Lihatlah dia yang begitu nafsu… …Lanxi duduk di samping ranjang, tidak bergerak, tatapannya tidak lepas dati Lu Yanting

Lu Yanting melihatnya, kemudian mengerutkan alis: “masih tidak mau tidur?

“Bukannya masih belum melakukan itu...” Lanxi semakin mendekati tubuh pria.

Kalau tidak melakukannya, mungkin dia akan sia-sia menanggung remehan di kamar mandi tadi.

Maksud dari perkataan Lu Yanting di tangga tadi, jelas-jelas menyetujuinya karena mereka sudah berhubungan.

“Begitu haus? Apakah tadi itu masih belum memuaskanmu?” Mendengar pertanyaan Lanxi, Lu Yanting dengan anehnya menjadi marah.

Dia langsung berbalik badan, menimpa wanita itu di bawah tubuhnya, tangan merabanya tanpa merasa belas kasihan.

“Bagaimana mungkin barang seperti itu bisa menyaingimu?” Lanxi meraih leher pria dengan tersenyum riang, dia menempelkan tubuhnya pada pria.

Lu Yanting pastinya tahu apa tujuan wanita ini melakukan hal ini.

Kalau tidak memiliki permintaan, wanita ini tidak akan mungkin bersikap begitu ramah.

“Kamu benar-benar tidak tahu emosi.” Kemudian Lu Yanting langsung membuka rok piyamanya.

……

Baru saja bergerak sebentar, handphone disebelah ranjang berdering.

Suara gemetar itu, jelas bukan handphone Lanxi.

“Handphone kamu berdering.” Lanxi mengingatkannya.

Lu Yanting sendiri tidak ada rencana untuk mengangkat.

Tapi dia melirik pandangannya kesamping, melihat nomor yang menghubunginya, dia langsung mundur dan menekan tombol angkat.

“….” Setelah terhubung, Lu Yanting tidak berinsiatif berbicara.

Dia menunggu pihak di belakang telepon bicara, tapi pihak sana terus tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Dia mendengar ada suara dengkuran yang nyeri.

“Jingwen?” Lu Yanting khawatir hingga memanggil namanya.

“Apa yang terjadi denganmu? Mendengar suara Jingwen sepertinya ia sangat nyeri.

“Perutku, sangat sakit, bisakah kamu datang….” Suaranya terputus-putus.

“Baik, tunggu aku.” Lu Yanting sambil berkata dan juga turun dari ranjang.

Dia siap untuk pergi setelah menutup telepon.

Lanxi langsung memegang pergelangan tangannya.

“Masalah paman Jiang—“

“Aku akan mencari orang untuk mengurusnya besok.” Lu Yanting meresponsnya dengan cepat.

“Owh, kalau begitu aku berterima kasih dulu pada Bos Lu.” Setelah mendengar jawabannya, Lanxi langsung melepaskannya.

Dia tidak menanyakan apapun lagi, sepertinya dia tidak tertarik dengan masalah keluarnya Lu Yanting untuk mencari wanita lain.

Lu Yanting berbalik kepalanya melihatnya sejenak, dan bersuara “hmm”.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu