Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 140 Kamu Tergoyah (2)

Mengenai masa depan dia dan Lu Yanting.

Awalnya, dia sangat tegas dengan keputusannya sendiri, dia selalu berkata pada dirinya sendiri, setelah mendapatkan kembali semuanya, dia akan bercerai dengan Lu Yanting.

Tetapi ketika hari yang dinantikan benar-benar datang, dia malah ragu.

Sebelumnya Lanxi tidak pernah mau mengakui bahwa dirinya berhati lembut, sampai sekarang, dia akhirnya dengan tidak berguna mengakui, hatinya lembut.

Tidak salah--lembut hati terhadap Lu Yanting.

Mungkin setiap wanita tidak akan bisa menghindari hal seperti ini.

Sekadar merenungkan, selama ini Lu Yanting benar-benar memperlakukannya dengan sangat baik, baik hingga dia tidak berani memercayai bahwa itu adalah Lu Yanting.

Tidak peduli apa yang dia lakukan, Lu Yanting selalu mentolelirnya.

Dan juga... ...

Lanxi memejamkan mata, teringat apa yang dikatakan Lu Yanting di depan pemakaman Bai Wanyan dan Bai Cheng pada hari Festival Qingming ketika mereka sedang di pemakaman.

Seperti bersumpah.

Dia bilang, kedepannya dia akan menjaga Lanxi dengan baik, menyuruh mereka tenang.

Kemudian, gambaran di dalam otak Lanxi bergeser, Lanxi teringat masalah di acara pernikahan lagi.

Setelah teringat ini, dia mencubit tangannya sendiri dengan kuat, lalu dengan jengkel menjambak rambutnya.

Kontradiksi, sangat kontradiksi, dia sama sekali tidak tahu harus bagaimana.

Dalam tubuhnya seperti terdapat dua kekuatan yang masing-masing menariknya ke dua arah yang berlawanan, hampir merobek tubuhnya menjadi dua bagian.

Pada saat seperti ini, Lanxi tiba-tiba teringat seseorang.

Liao Xuan--

Orang yang bisa menangani situasi semacam ini, mungkin hanya dia.

Lanxi mengeluarkan ponsel, mencari nama Liao Xuan di dalam daftar kontak, kemudian menekan tombol memanggil.

Untungnya sekarang belum terlalu larut, panggilan kepada Liao Xuan dengan cepat terhubung.

Begitu Lanxi menelepon, Liao Xuan pada dasarnya sudah bisa menebak alasannya.

Setelah panggilan terhubung, Liao Xuan mengambil inisiatif untuk bertanya pada Lanxi: "Ada yang terjadi?"

Lanxi tidak menjawab pertanyaan Liao Xuan, malah bertanya balik padanya: "Apakah kamu nyaman untuk bicara sekarang?"

Liao Xuan: "Iya, nyaman, aku sedang sendirian di dalam kantor."

Mendengar Liao Xuan berkata demikian, barulah Lanxi merasa tenang untuk menyampaikan persoalan pribadinya.

"Apakah kamu ingat apa yang pernah kukatakan dulu, setelah aku mendapatkan apa yang kuinginkan, aku akan bercerai dengannya."

Liao Xuan: "iya, aku ingat."

Lanxi: "Sekarang aku sudah mendapatkan semuanya, tapi--"

Kata-kata seterusnya, bagaimanapun tidak bisa keluar dari mulutnya.

Dia sendiri tahu, mengatakan perkataan semacam ini terdengar sangat tidak berguna.

Namun, walau Lanxi tidak mengatakannya, tapi tetap tertebak oleh Liao Xuan.

Dia melanjutkan kata-kata Lanxi, "Tapi kamu tergoyah, kamu tidak tahu apakah kamu harus bercerai dengannya."

Isi hati tertebak oleh Liao Xuan, tangan Lanxi yang menggenggam ponsel mengerat: "Ya."

Liao Xuan: "Bisakah kamu memberi tahu aku alasan kamu tergoyah? Aku mau mendengarnya."

Lanxi: "Akhir-akhir ini dia memperlakukan aku dengan baik, baik hingga aku merasa dia tidak seperti biasanya."

Liao Xuan: "Er, cuman gitu?"

Lanxi: "Saat Festival Qingming, dia menemani aku berziarah ke makam ibu dan kakekku. Aku mengira dia hanya sekadar melakukannya secara simbolis, tapi dia berlutut di depan makam ibuku dan mengatakan bahwa dia akan menjaga aku dengan baik."

Liao Xuan: "Oleh karena itu, jadi kamu tergoyah."

Begitu Liao Xuan berkata demikian, Lanxi memberi senyuman sinis pada dirinya sendiri.

Benar, dia tergoyah begitu saja.

Selesai senyum, dia bertanya pada Liao Xuan: "Apakah aku sekarang terlihat seperti wanita bodoh yang terpesona oleh pria brengsek? Jelas dulu sudah pernah dilukai, pria brengsek hanya sekadar memberikan sedikit rasa manis, aku bahkan sudah berpikir bahwa dia sebenarnya cukup baik."

Liao Xuan menyangkal pemikirannya: "Bukan begitu juga."

Lanxi: "Bukankah begitu."

Liao Xuan: "Aku bukan membelanya, tetapi jika dipandang secara obyektif, kejadian di pernikahan itu memang merupakan sebuah kecelakaan, dia tidak melakukannya dengan benar karena dia tidak membuat pilihan yang tepat. Dia juga sangat menyesal setelah itu, dia juga berusaha semampu mungkin untuk menebus kesalahannya padamu bukan?"

Liao Xuan memang tidak begitu kenal Lu Yanting, tapi melalui interaksi-interaksi sebelumnya, dia masih bisa merasakan bahwa Lu Yanting sangat peduli pada Lanxi.

Setelah mendengarkan kata-kata Liao Xuan, Lanxi dengan cermat mengingat kembali apa yang dilakukan Lu Yanting akhir-akhir ini.

Memang benar, Lu Yanting memang melakukan banyak hal untuk menebus kesalahannya.

Sebenarnya, pada akhir-akhir ini dia sering ribut tidak jelas, tapi Lu Yanting selalu mentolelirnya.

Sebenarnya, tidak semua wanita bisa mendapatkan perlakuan seperti ini, dia seharusnya bersyukur.

Lanxi tidak berbicara untuk waktu yang lama, Liao Xuan bertanya lagi padanya, "Kamu meneleponku, apakah ingin meminta saran dari aku?"

Lanxi menjilat bibirnya yang kering, "Ya."

Liao Xuan: "Maka saran yang aku berikan padamu adalah, jangan terlalu banyak berpikir, ikuti perasaan yang paling tulus di dalam hati kamu. Jika kamu tidak rela, maka janganlah cerai.”

Lanxi: "... ... Oke, aku sudah tahu."

Liao Xuan: "Jangan terlalu membebankan diri sendiri."

Lanxi: "Iya."

Liao Xuan: "Masih ada hal lain yang mau ditanyakan padaku?"

Lanxi: "Tidak ada lagi."

Liao Xuan: "Oke, kalau begitu aku mau teruskan laporanku dulu ya."

Lanxi: "Iya, Bye."

………

Setelah mematikan telepon, Lanxi kembali duduk di sofa, dengan serius merenungkan apa yang dikatakan Liao Xuan.

Lanxi tidak pernah menganggap dirinya adalah orang yang murah hati, kejadian di acara pernikahan masih merupakan batu beban di dalam hatinya.

Namun, setelah pulang dari Bali, sikap Lu Yanting terhadap Gu Jingwen juga terlihat oleh matanya sendiri, Lu Yanting membiarkannya mem-blacklist nomor Gu Jingwen, dan juga memang tidak menghubungi Gu Jingwen lagi.

Ketika bertemu Gu Jingwen di resepsi sebelumnya, saat Gu Jingwen berpura-pura malang, Lu Yanting juga tidak lagi tertipu dan tidak lagi mempedulikannya seperti sebelumnya.

Lanxi merasa, Lu Yanting telah berubah.

Memikirkan kembali tentang apa yang dikatakan Liao Xuan, ikuti suara hati... ...

Memikirkan ini, Lanxi mengangkat tangannya dan menyentuh dada kirinya.

Hatinya... ... Sepertinya tidak rela untuk berpisah?

Meskipun dia selalu berpikir untuk bercerai, tapi dia tidak pernah dengan serius merencanakan hidupnya setelah perceraian.

Cerai, tampaknya hanyalah alasan untuk dirinya sendiri.

Setiap kali, ketika dia ingin melakukan sesuatu dengan Lu Yanting, dia akan menggunakan ini sebagai alasan untuk membohongi dirinya sendiri — lagipula akan segera cerai, lakukan saja.

Kemudian, hubungan mereka semakin intim.

Dia tidak pernah menyangkal bahwa dia mendekati Lu Yanting dengan membawa tujuannya sendiri, hal ini mungkin juga diketahui Lu Yanting.

Awalnya Lanxi berpikir dia bisa sepenuhnya mundur dari hubungan ini, sampai pada kejadian di acara pernikahan, barulah dia mulai sadar.

Hubungan ini bagaikan rawa, tampak tenang di permukaan, tetapi begitu menginjak masuk, kamu tidak akan bisa mengambil langkah sesuai keinginanmu.

Ditelan sedikit demi sedikit, sampai tidak bisa melepaskan diri.

Orang lain berkata bahwa dia menyantet Lu Yanting, sebenarnya ... dia juga telah disantet Lu Yanting.

Lanxi dulu berpikir bahwa dia hanya akan mencintai satu orang dalam hidupnya, yaitu Shen Wenzhi.

Dia mengira dia tidak akan lagi membutuhkan cinta setelah berpisah dengan Shen Wenzhi.

Sayangnya, banyak hal di dunia ini yang tidak dapat diprediksi.

Lanxi duduk di sofa sendirian untuk waktu yang lama, semakin lama dia memikirkannya, semakin dia tidak rela.

Selain Lu Yanting, orang-orang keluarga Lu juga memperlakukannya dengan baik.

Terjadi hal seperti itu di acara pernikahan, Lu Bienian, Xi An dan juga Lu Qingran, semuanya berpihak di sisinya, juga memarahi Lu Yanting untuknya.

Lanxi sendiri tahu bahwa dia memiliki temperamen yang buruk, juga tidak menyenangkan orang yang lebih tua, tidak mudah untuk bertemu dengan orang tua yang begitu menyukainya.

Lanxi bersandar di sofa dengan tangan menutup mata, dia ragu untuk waktu yang lama, akhirnya membatalkan rencana perceraian.

Dia berpikir, memberikan dirinya sendiri satu kesempatan terakhir, juga percaya pada Lu Yanting untuk yang terakhir kalinya.

Percaya dia tidak akan menghubungi Gu Jingwen lagi, percaya dia tidak akan melakukan apa pun yang menyakitinya lagi, percaya dia akan merawatnya dengan baik.

Berpikir sampai sini, Lanxi menarik napas dalam-dalam, menoleh ke arah lantai atas.

Lu Yanting... ... Kamu jangan mengecewakan aku.

Jika masih ada kejadian-kejadian yang sama, dia benar-benar tidak akan memberikan kesempatan lagi.

Setelah ragu-ragu selama lebih dari satu jam, momen ketika keputusan diambil, Lanxi seketika merasa lega.

Dia menyimpan dokumen-dokumen itu ke dalam tas, kemudian naik ke lantai atas untuk mandi, tidur.

Pergi ke perusahaan besok, masih ada pertempuran yang sulit untuk dilawan.

**

Lanxi dan Lu Yanting tidak tidur di satu kamar yang sama pada malam hari, dia tidur jam sembilan malam, sehingga keesokan harinya juga bangun lebih awal, setelah bangun, Lanxi datang ke kamar Lu Yanting.

Ketika dia masuk, Lu Yanting sudah bangun, tetapi masih berbaring di tempat tidur

Pemandangan semacam ini sulit ditemui.

Karena Lu Yanting umumnya tidak rebahan, ia pada dasarnya langsung bangun setelah bangun tidur.

Jika dia masih berbaring di tempat tidur setelah bangun tidur, hanya ada satu alasan--yaitu dia tidak enak badan.

Menyadari hal ini, Lanxi melangkah cepat ke sisi tempat tidur.

Setelah berhenti, dia mengangkat tangannya dan menyentuh dahi Lu Yanting.

Sesuai dugaan, masih sangat panas.

Jelas-jelas sudah memakan obat antipiretik, tetapi tampaknya tidak ada efek.

Lanxi dengan cemas menatapnya: "Atau kita pergi ke rumah sakit saja."

Demam tinggi yang tidak kunjung turun merupakan hal yang berbahaya.

Lu Yanting menggelengkan kepala, duduk dan memeluk pinggang Lanxi, menyandarkan kepalanya di dada Lanxi dan menggosoknya dengan lembut.

Lanxi masih mengenakan piyama, dalamnya kosong, tidak mengenakan apa pun.

Setelah melihat reaksinya ini, Lanxi: "..."

“Aku tidak mau pergi ke rumah sakit.” Suaranya masih terdengar lesu, juga terkandung maksud bermanja-manja pada Lanxi.

"Kalau begitu hari ini kamu tidak usah pergi bekerja, minum sekali lagi obat penurun demam, aku akan pulang melihatmu sore nanti, jika nantinya kamu masih demam, kita langsung ke rumah sakit."

Dia menolak untuk pergi ke rumah sakit sekarang, sehingga Lanxi pun hanya menemukan ide ini.

Lu Yanting menutup mata dan bersandar di dada Lanxi, setelah mendengarkan kata-katanya, dia mengangguk dengan lembut, "Iya."

Lanxi: "... ... Kalau begitu kamu lepaskan aku dulu, aku pergi ganti pakaian."

Lu Yanting: "Aku lapar..."

Lanxi: "Aku pesankan makanan."

Lu Yanting: "... ..."

"Cepat lepaskan." Lanxi sekadar mencubit lengan Lu Yanting.

Setelah itu, Lu Yanting akhirnya melepaskan Lanxi dengan enggan.

Setelah dia lepas, Lanxi berbalik badan dan keluar.

Kembali ke kamar, Lanxi memesan makanan terlebih dahulu, kemudian baru pergi mandi, ganti pakaian, dan make-up.

Ketika dia hampir selesai make-up, makanan sudah tiba.

Lanxi menyusun makanan-makanan itu di meja makan, lalu memanggil Lu Yanting turun untuk makan.

Lu Yanting turun dengan piyama yang membungkus tubuhnya, rambut menempel di dahi, penampilan ini membuatnya terlihat jauh lebih muda dari biasanya.

Lanxi mengangkat tangan dan menunjuk ke arah bubur dan bakpao, "Nah, itu sarapanmu, setelah sarapan, minum obat antipiretik, lalu berbaring di tempat tidur, dengarkah?"

Lu Yanting tidak menanggapinya, menatapnya tanpa bergerak.

Lanxi agak jengkel, "Aku bicara denganmu, dengarkah?"

"Aku tiba-tiba merasa," Lu Yanting berhenti sejenak, berkata dengan diiringi senyuman: "Kamu sangat cocok menjadi ibu..."

Lanxi: "... ..."

Lu Yanting menatap matanya: "Jadi, kapan kita punya anak?"

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu