Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 270 Simpan Pemikiranmu Terhadap Lanxi 2

Zhou Jinyan melihat sekilas jam, berkata, "Ayo kita cari tempat makan di sini."

Cheng Yi: "Ya? Kenapa?" Zhou Jinyan bertanya pada Cheng Yi: "Kamu mau pergi ke tempat Zhou Hesi?"

Cheng Yi: "Kalau kita tidak ke sana, bukankah Kak Lu akan digertak mampus oleh Zhou Hesi dan Jiang Sisi?"

Zhou Jinyan agak menyipitkan mata: "Kamu begitu ingin bertemu Lanxi?"

"Siapa yang mau bertemu dia, bisakah kau jangan menghubungkan segala hal ke dia, aku jelas mengkhawatirkan Kak Lu "

Tentu saja Cheng Yi tidak akan membiarkan Zhou Jinyan salah paham, dia tergesa-gesa memberi penjelasan, siapa tahu, semakin banyak penjelasan, semakin menampakkan adanya maksud merahasiakan.

Pada akhirnya, mereka berdua memutuskan makan di luar.

Ketika mengobrol dengan Liao Xuan tadi malam, Liao Xuan mengatakan bahwa wanita hamil butuh ketenangan, Zhou Jinyan berpikir, begitu banyak orang ke sana tampaknya akan mengganggu Lanxi.

Jadi, begitu dipikir-pikir, jika tidak ada keperluan, lebih baik tidak pergi ke sana.

Sekalian menghalangi Cheng Yi, tidak membiarkan dia ikut beramai-ramai di sana.

Cheng Yi benar-benar orang yang cukup polos, dulunya dia memarahi Lanxi habis-habisan, sekarang dia juga sama sekali tidak menyembunyikan perasaannya terhadap Lanxi.

Jika terus seperti ini, Lu Yanting akan mengetahuinya cepat atau lambat.

**

Tetap Lu Yanting yang menyiapkan makan siang. Pukul sepuluh pagi, Mu Baicheng datang.

Ketika dia masuk, Jiang Sisi kebetulan sedang mendiskusikan masalah gym dengan Zhou Hesi.

Keduanya berbicara tentang push-up, Jiang Sisi mengatakan bahwa dia tidak bisa melakukan gerakan push-up yang tepat, jadi dia meminta Zhou Hesi mengajarinya secara pribadi.

Setelah sekali peragaan, ia mulai membenarkan postur Jiang Sisi.

Begitu Mu Baicheng masuk, langsung terlihat Zhou Hesi menggenggam lengan Jiang Sisi.

Dia awalnya sudah tidak begitu memiliki rasa permusuhan terhadap Zhou Hesi, juga tahu bahwa Zhou Hesi tidak berniat lain terhadap Jiang Sisi, tetapi setelah melihat adegan ini, raut wajah secara tak terhindar berubah.

Mu Baicheng melangkah masuk, menatap Jiang Sisi dari posisi tinggi: "Apa yang kamu lakukan?"

"Apakah mata anda kurang baik?" Jiang Sisi agak terengah-engah, "Aku sedang melakukan push-up!"

"Posturnya tidak tepat, pinggang jangan jatuh ke bawah, kencangkan pinggul, gunakan tenaga lengan."

Hanya melihat sekilas, Mu Baicheng sudah bisa menyebutkan banyak kesalahan.

Jiang Sisi mendengus dingin: "Jangan menggunakan cara pelatihan kamu terhadapku, aku bukan pasukan kamu!"

Berkata sampai sini, dia bangun dari lantai, menepuk-nepuk pakaiannya.

“Sesuai kebugaran fisikmu, jika ingin berolahraga, mulailah dari jogging,” kata Mu Baicheng dengan santai.

Setelah berbicara, dia menoleh ke Zhou Hesi dan bertanya, "Di mana Yanting?"

Zhou Hesi senyum: "Memasak di dapur."

Mu Baicheng sekedar merespons “ya”, lalu berjalan ke arah dapur.

Lanxi mengamati sikap Mu Baicheng terhadap Jiang Sisi, sebenarnya tidak separah yang dikatakan Jiang Sisi.

Dan juga, sepertinya sekarang jauh lebih baik dari dulu.

Setelah Jiang Sisi duduk mendekat, Lanxi menempel ke telinga Jiang Sisi dan berbisik kepadanya, "Orang tua itu cukup baik padamu."

Mendengar Lanxi mengatakan ini, Jiang Sisi menepuk lengannya, "Tidak boleh berbicara untuknya, hm."

Lanxi dibuat tertawa oleh Jiang Sisi. Jiang Sisi: “Apa yang kamu tertawakan?”

Lanxi menjawab, “Itu, tidak pernah melihat kamu bertingkah segitu gadis kecil.”

Lanxi pernah berinteraksi dengan setiap pacar Jiang Sisi.

Bahkan Jiang Sisi menjalani setiap hubungan itu dengan penuh semangat, sebagai sahabat bertahun-tahun, ini adalah pertama kalinya dia melihat ekspresi gadis kecil seperti ini terpasang di wajah Jiang Sisi.

"Bah, jangan menggunakan kata-kata itu untuk menghinaku, aku adalah gadis besar.” Jiang Sisi jelas sangat tidak suka dengan sebutan ini.

Lanxi dibuat tertawa: “Oke, gadis besar.”

………

Di dalam dapur, Lu Yanting sedang mencuci sayuran.

Mu Baicheng dan Lu Yanting sudah saling kenal untuk waktu yang tidak singkat, sebelumnya ketika mereka berdua bertemu, Lu Yanting pada dasarnya selalu memakai jas dan sepatu kulit, jarang melihat sisi rumahan dari dia.

Mu Baicheng menatap Lu Yanting beberapa saat, lalu bertanya padanya: "Perlu bantuan?"

Lu Yanting: “Tidak usah, aku sendiri saja.”

Mu Baicheng: "Kamu tampak mahir."

Lu Yanting tersenyum, "Yah, sudah hampir sebulan, sudah terbiasa."

Mu Baicheng: "Baguslah."

Jeda sejenak, dia bertanya lagi kepada Lu Yanting: "Laki-laki atau perempuan?"

Lu Yanting jawab: "B ultrasound tidak terlihat jenis kelaminnya, tetapi dokter sekilas melihat penampilan dan bilang kemungkinan laki-laki."

Mu Baicheng: "Baguslah."

Nada suaranya agak janggal, Lu Yanting mengamati dengan teliti, sepertinya Mu Baicheng lumayan mendambakan anak.

Oleh karena itu, dia berkata pada Mu Baicheng: “Kamu juga cepatlah.”

Mu Baicheng empat tahun lebih tua dari Lu Yanting, dilihat dari usianya, sudah waktunya memiliki anak.

Membahas masalah anak, raut muka Mu Baicheng tidak terlihat baik.

Melihatnya seperti ini, Lu Yanting menebak: "Jiang Sisi tidak mau?"

Mu Baicheng tidak menjawab, tetapi melihat reaksinya itu, sama dengan menjawab “iya” tanpa mengeluarkan suara.

Lu Yanting berpikir sejenak, iya juga, sifat Jiang Sisi

… … Yang penting dia tidak bisa membayangkan seperti apa jika Jiang Sisi hamil.

Mu Baicheng terdiam beberapa menit, kemudian bertanya pada Lu Yanting: "Bagaimana kamu dan Lanxi bisa dapat?"

Lu Yanting: “Tidak sengaja.”

Mu Baicheng pernah mendengar Jiang Sisi mengatakan bahwa dia dan Lanxi termasuk orang yang tidak terlalu suka pada anak-anak.

Mu Baicheng pernah mencoba untuk tidak menggunakan kontrasepsi, tetapi setiap kali Jiang Sisi selalu akan memakan pil, tidak pernah lupa sekali pun.

Dia yang begitu ceroboh sangat berhati-hati dalam hal ini.

Lu Yanting agaknya bisa menebak apa yang dipusingkan Mu Baicheng.

Dipikir-pikir juga benar, hubungan Lanxi dan Jiang Sisi begitu baik, seharusnya tidak beda jauh dalam hal semacam ini.

Jika bukan karena ketidaksengajaan, agaknya Lanxi juga tidak bakal menginginkan anak.

“Waktu itu dia sedang dalam suasana hati yang buruk, lupa makan pil.” Lu Yanting dengan singkat memberi tahu prosesnya kepada Mu Baicheng.

Setelah mendengarkan, Mu Baicheng dengan tawar melontarkan sebuah kalimat: "Dia tidak akan pernah lupa."

Lu Yanting seketika merasa, perkataan Mu Baicheng terdengar agak menyedihkan.

Namun… … dia juga tidak bisa memberikan saran yang membantu.

………

Setelah makan siang, Mu Baicheng membawa Jiang Sisi pergi.

Jiang Sisi awalnya ingin terus tinggal bersama Lanxi di sini, tapi sikap Mu Baicheng tangguh, Jiang Sisi tidak ingin bertengkar dengannya di sini, jadi pun pulang bersamanya.

Begitu mereka pergi, rumah hanya tersisa Lanxi, Lu Yanting, dan Zhou Hesi bertiga.

Suasana terasa amat canggung.

Biasanya, setelah makan siang, Lanxi akan naik ke lantai atas untuk beristirahat sebentar.

Lu Yanting akan dengan muka tebal mengikutinya, tidur bersama di sampingnya.

Tapi hari ini Zhou Hesi ada di sini, dia sendiri merasa tidak enak untuk melakukan ini.

Bagaimanapun, rumah ini milik Zhou Hesi.

Setelah berpikir sebentar, Lanxi langsung mengusir Lu Yanting: "Kamu pulanglah dulu, waktunya masak baru datang."

Lu Yanting: “… …”

Dia merasa sekarang dirinya benar-benar menjadi pengasuh.

Dan, juga merupakan pengasuh yang dibuang sehabis dimanfaatkan.

Bagaimana mungkin Lu Yanting bisa meninggalkan Lanxi dan Zhou Hesi berdua.

Sebelumnya dia pasti akan mendengarkan Lanxi.

Tapi kali ini, dia benar-benar tidak bisa menurutinya lagi.

“Aku tidak akan pergi, aku tidur bersama kamu.”

Zhou Hesi berdiri di samping, mendengar Lu Yanting mengatakan ini, tangan mengencang tanpa sadar.

“Aku tidak ingin mengulang, kamu pulang dulu sekarang, datang lagi malam nanti saat waktunya untuk masak.”

Kali ini, suara Lanxi terdengar tidak sabar.

“Kamu jangan marah.” Lu Yanting takut janin Lanxi akan terpengaruh jika dia marah, “Aku pergi sekarang juga.”

Setelah menyelesaikan kalimat ini, Lu Yanting langsung mengganti sepatu.

Kurang dari dua menit, dia sudah pergi.

Setelah Lu Yanting pergi, Zhou Hesi berdiri di tempat dan menatap Lanxi.

Ada terlalu banyak emosi kompleks di dalam matanya, begitu kompleks hingga Lanxi tidak punya keberanian untuk mendalaminya.

Meskipun Zhou Hesi telah berulang kali menekankan padanya bahwa semua yang dia lakukan adalah sukarela, tetapi, Lanxi masih saja akan menyalahkan dirinya sendiri tanpa terkendali.

Kebaikan Zhou Hesi padanya, tidak akan mungkin dilupakan.

Sejak datang ke sini kemarin, Zhou Hesi belum memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan Lanxi secara pribadi

Kado yang dia beli di bandara juga belum sempat dikasihkan ke Lanxi.

Sekarang ada kesempatan berinteraksi berduaan dengannya, Zhou Hesi ingin memberikan tas yang dia beli kemarin kepada Lanxi.

Sebenarnya, dia sendiri tidak ingin mengasih barang mewah tapi tidak berarti seperti ini, tetapi setelah memikirkannya, mana ada berarti atau tidaknya hadiah, asalkan penerima menyukainya.

“Ikuti aku ke lantai atas sebentar?”

Setelah hening beberapa saat, Zhou Hesi akhirnya berbicara.

Begitu dia bicara, suasana tidak secanggung awal lagi.

Lanxi menjawab “ya”, hendak naik ke lantai atas.

Zhou Hesi segera menahan pergelangan tangannya, “Jangan buru-buru.”

Tadinya Lanxi mengira Zhou Hesi sedikit marah ketika melihat ekspresinya.

Sekarang tampaknya dirinya yang banyak pikir.

Lanxi dituntun Zhou Hesi datang ke kamar.

Setelah masuk, Zhou Hesi melepaskan Lanxi, mengeluarkan sebuah kotak dari lemari, menyodorkannya pada Lanxi.

“Ha?” Lanxi mengangkat alis, “Kado ulang tahun?”

Zhou Hesi senyum: “Cobalah buka.”

Lanxi tidak segan-menyegan dengannya, langsung membuka kotak, kemudian melihat terdapat tas yang tergeletak di dalam kotak.

Dia agak kaget, tidak sangka Zhou Hesi juga akan membelikannya hadiah yang begitu “mentereng tanpa arti”.

“Tidak suka?” Tanya Zhou Hesi pada Lanxi.

Lanxi menggelengkan kepala, “Tentu bukan, aku sangat suka.”

Zhou Hesi: “Tapi kulihat kamu tidak begitu senang.”

Lanxi: “Agak kaget, aku kira kamu tidak akan memberiku barang semacam ini.”

Zhou Hesi mengelus rambut Lanxi, “Asalkan kamu suka.”

Lanxi tertawa, “Aku seketika merasa aku memiliki selera yang norak.”

Zhou Hesi diam, hanya menatapnya.

Tatapannya agak membara, ditatap seperti ini olehnya, Lanxi dengan tidak alami mengalihkan pandangan ke arah lain.

Pada saat ini juga, Zhou Hesi tiba-tiba bertanya: “Kapan rencanamu pindah ke tempat dia?”

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu