Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 149 Kamu Pikir Kamu Bisa Kabur? (1)

Lu Yanting menatap Lanxi selama beberapa detik, akhirnya ia tidak tahan dan membuka mulut untuk bertanya : “Kamu kenapa?”

Lanxi memang sudah lebih tenang dibandingkan tadi, mungkin karena sudah melihatnya, setelah ada orang disekitarnya, tidak ada lagi suara halusinasi yang terdengar.

Dan kesimpulannya dia selama beberapa waktu ini terlalu lama berada didalam rumah terlalu lama.

Lanxi menarik nafas panjang, dia bisa merasakan nada bicaranya sekarang jauh lebih lembut.

Sehingga ia memanfaatkan kesempatan kali ini untuk meminta apa yang ia inginkan.

“Sisi akan menikah tanggal 7 Mei, aku harus menjadi pendampingnya, jadi aku ingin keluar.”

Ketika ia mengatakan ini nada bicaranya begitu kaku, masih begitu serak, seolah masih belum sadar dari apa yang terjadi barusan.

Permintaan Lanxi yang ini sama sekali tidak keterlaluan.

Mu Baicheng akan mengadakan pesta pernikahan dengan Jiang Sisi, Lu Yanting sudah mengetahuinya sejak awal.

Bagaimana pun hubungannya dengan Mu Baicheng lumayan, dan dia juga masuk dalam daftar tamu yang diundang.

Lanxi sebagai teman baik Jiang Sisi, datang lebih awal untuk membantu juga hal yang sewajarnya.

Lu Yanting teringat pada apa yang Lanxi katakana sebelumnya, ‘aku tidak ingin dirumah’, ia juga sudah bisa mengira-ngira kalau dia mungkin sudah tidak tahan dengan hidup yang seperti ini.

Dia bukan orang yang suka tinggal dirumah dalam jangka waktu yang lama, dan dia tahu itu.

Selama ini, Lu Yanting terus menunggunya membuka mulut sendiri, namun dia terus tidak mengatakan apapun.

Jadi Lu Yanting terus menundanya seperti itu. Sekarang dia sudah mengatakannya, jadi dia akan membiarkannya.

Hanya berpikir demikian saja rasanya seperti orang yang tidak berguna.

Selama ini tidak ada orang yang mampu menggoyahkan emosionalnya, namun dia sudah berhasil.

Lanxi menatap Lu Yanting, setelah menunggu beberapa menit namun tidak mendapat jawaban apapun darinya.

Dia mengira Lu Yanting tidak berencana menyetujuinya, sehingga ia melanjutkan : “Kamu tenang saja, aku tidak akan kabur.”

Dia mengira Lu Yanting mengkhawatirkan ini.

Setelah Lu Yanting mendengar apa yang Lanxi katakan, ia tertawa kecil, dalam tawa itu tidak terdengar emosional apapun, “Menurutmu apakah kamu bisa kabur?”

Nada bicaranya yang begitu arogan, merupakan ciri khasnya.

Dan Lanxi tahu, dia punya kemampuan itu.

“Intinya, aku tidak ingin berada disini sepanjang hari.”

Ia mendengar suara halusinasi, juga merasa emosionalnya begitu tidak stabil, Lanxi sudah pernah sakit, dan dia tahu ini bukan gejala yang baik.

Kalau dibiarkan berkepanjangan seperti ini terus, penyakitnya akan kambuh dengan segera.

“……” Lu Yanting tetap tidak bicara.

Lanxi melihatnya mengetatkan bibir tidak menjawab, merasa agak kecewa.

Tiba-tiba ia merindukan hari-hari dimana dia mengabulkan semua yang ia inginkan seperti dulu.

Sungguh, belakangan ini dia sering berpikir, apakah semua salahnya sampai bisa menjadi seperti ini.

Namun dia tidak bisa menggunakan alasan ini untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Orang yang salah sudah jelas dia, dia yang sudah memutuskan untuk hidup bersamanya sampai selamanya, namun dia juga yang masih terus berhubungan dengan Gu Jingwen.

“Apa yang baru saja kamu katakan?” setelah terdiam sesaat, Lu Yanting langsung mengalihkan pembicaraan.

Setelah menanyakan ini, ia melihat kearah sisi dinding yang dipenuhi pecahan kaca, “Kenapa bisa sampai seperti itu?”

Lanxi, “……..”

Dia harus bagaimana mengatakannya pada Lu Yanting, mengatakan kalau dia mendengar suara halusinasi sampai jadi seperti itu?

Begitu mengingat apa yang dia dengar dari halusinasinya, wajah Lanxi langsung menjadi pucat, tangannya reflex mengepal.

Lu Yanting melihat semua perubahan yang terjadi padanya, membuat hatinya terasa begitu kacau.

Sebenarnya apa yang terjadi pada Lanxi hari ini, dia sudah punya tebakan dan juga perkiraan sendiri.

Hanya tidak ingin percaya saja. Liao Xuan sudah pernah berpesan padanya berkali-kali untuk belajar menjaga emosional Lanxi.

Namun akhirnya, belakangan ini dia melupakannya.

“Besok ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.” Setelah terdiam lama, Lu Yanting memberikan jawaban, “Dan kamu sudah boleh keluar untuk seterusnya.”

Awalnya Lanxi ingin bertanya kenapa dia harus ke rumah sakit untuk diperiksa, namun begitu mendengar apa yang dikatakan berikutnya, dia sama sekali lupa dengan apa yang dikatakan diawal.

Asalkan bisa keluar, maka semua tidak akan jadi masalah….

Bukankah hanya melakukan pemeriksaan saja, periksa ya periksa.

Setelah mengatakan ini, Lu Yanting bisa melihat jelas rasa senang dimata Lanxi.

Dia merasa dirinya sudah lama sekali tidak melihat ekspresi ini darinya.

Terutama setelah ia mengajukan perceraian, ketika mereka berdua berkomunikasi, dia sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun, sama seperti robot yang tidak memiliki emosional.

Setiap kali melihatnya seperti itu, Lu Yanting akan merasakan kegagalan yang sangat kuat.

Namun dia sama sekali tidak bisa melakukan apapun.

Jarang sekali dia seperti ini hari ini, tiba-tiba dia merasa perlu merubah sedikit sikapnya pada Lanxi.

“Besok pagi periksa ke rumah sakit.”setelah terdiam sesaat, Lu Yanting mengatakan ini lagi pada Lanxi.

Setelah mendengarnya Lanxi langsung mengangguk, menunjukkan kalau dia setuju.

Lalu keheningan diruang tamu kembali berlanjut, keduanya tidak ada yang lanjut berbicara.

Kalau ingin Lanxi yang memulai pembicaraan rasanya tidak mungkin, dan Lu Yanting sendiri juga kehabisan topik pembicaraan, tidak tahu harus membicarakan apa dengannya.

Sehingga suasana menjadi semakin dingin dan canggung.

………

Sejak tadi Lanxi sudah merasa perutnya tidak nyaman, hingga ada cairan hangat yang mengalir ia baru sadar kalau libur bulanan ia sudah datang.

Jadwal menstruasi dia biasanya memang tidak tepat, ditambah lagi belakangan ini ia minum obat KB sehingga jadwal menstruasinya menjadi begitu kacau.

Begitu merasakan ini, Lanxi segera berdiri dan bersiap naik ke lantai atas.

Lu Yanting melihat Lanxi yang tiba-tiba bangun, langsung mengkerutkan alis : “Kamu mau melakukan apa?”

Lanxi : “Datang bulan, ganti celana dalam.”

Lu Yanting : “…..”

Jawab Lanxi ini langsung membuatnya terdiam.

Lanxi melihat Lu Yanting tidak bicara, ia langsung naik ke atas.

Lu Yanting duduk di sofa, melihat Lanxi yang pergi, ia mengangkat tangan memijat alisnya.

Setiap kali Lanxi mengalami meanstruasi ia pasti akan mengalami sakit perut yang begitu hebat, dan dia sangat hafal dengan ini.

Dan kelihatannya dia masih belum makan malam.

Setelah Lu Yanting berpikir sejenak, ia memutuskan untuk memasak sesuatu untuk Lanxi.

Ia berjalan ke dapur, membuka lemari es dan mencari bahan makanan, lalu mulai memasak.

**

Setelah Lanxi naik ke lantai atas untuk mengganti pakaian, rasa sakit yang hebat langsung menyerang.

Biasanya dihari pertama dia akan merasakan sakit yang begitu hebat sampai setengah mati, dan rasa sakit ini akan berkurang di hari kedua.

Kali ini datang malam, bisa dipastikan mala mini dia tidak akan bisa tidur semalaman.

Lanxi tengkurap diatas ranjang sesaat, keningnya sudah dibasahi oleh keringat, punggungnya juga sudah basah oleh keringat.

Kelihatannya ia tidak kuat menahannya. Setelah Lanxi menarik nafas dalam, ia membuka laci disamping ranjang, lalu mengambil sebutir obat penahan rasa sakit dan membuka bungkusannya.

Ia menyeret tubuhnya yang lelah turun kebawah, kebetulan bertemu dengan Lu Yanting.

Wajah Lanxi begitu pucat, karena berkeringat, rambutnya sampai basah dan menempel di keningnya, terlihat begitu kesakitan.

Setelah Lu Yanting melihatnya, ia mendekat dan menekan pergelangan tangannya, “Sakit perut?”

Lanxi : “Tidak apa, habis minum obat juga akan sembuh.”

Dirinya yang sekarang tidak akan menunjukkan dirinya yang lemah dihadapan Lu Yanting.

Tidak perlu.

Karena meskipun ia mengatakannya, dia juga tidak akan merasa iba.

Sikap Lanxi yang seperti ini membuat Lu Yanting sangat tidak berdaya. Dia bisa merasakan kalau dia perlahan mulai menjauhinya.

Yang tadinya harus marah, melihat dirinya yang sekarang seperti ini, bagaimana mungkin dia bisa marah?

Yang ia rasakan hanya rasa tidak tega.

Lu Yanting menarik nafas panjang, menahan emosinya, lalu berkata pada Lanxi “Aku sudah membuatkan mie, makan mie dulu baru makan obat.”

Masalah obat penahan sakit, Lu Yanting sengaja bertanya pada Dokter Li.

Awalnya dia merasa obat penahan sakit tidak baik untuk tubuh, namun Dokter Li bilang kalau sudah tidak tertahankan, minum sebulan sekali tidak akan masalah, juga tidak akan membuat ketergantungan.

Mendengar Dokter Li berkata demikian, Lu Yanting baru sedikit lebih lega, sehingga setiap kali Lanxi meminum obat penahan sakit ia sama sekali tidak khawatir.

Lanxi mendengar Lu Yanting mengatakan kalau dia sudah membuatkan mie, ia merasa agak terkejut.

Dia sungguh tidak menyangka disaat seperti ini Lu Yanting bisa memasakkan mie untuknya.

Dan dirinya yang sekarang memang sudah lapar, ketika perut sakit memakan makanan yang hangat bisa meringankan rasa sakitnya.

Namun dia tetap tidak mengerti kenapa Lu Yanting memasakkan mie untuknya.

Apakah karena sedang mengasihaninya?

Lanxi tidak menjawab pertanyaan Lu Yanting, dan Lu Yanting juga tidak punya kesabaran extra untuk menunggu jawabannya.

Sehingga ia langsung membawanya ke dapur.

Begitu masuk ke dalam ruang makan, Lanxi langsung mencium aroma masakan yang harum.

Lu Yanting mleihat Lanxi duduk didepan meja makan, berkata padanya : “Makanlah.”

Setelah Lanxi menjawab ‘oh’ dia tidak lupa mengucapkan terima kasih meskipun wajahnya tetap tercengang, “Terima kasih.”

Lu Yanting : “……”

Tiba-tiba perasaannya menjadi tidak karuan.

Diantara mereka berdua, sejak kapan menjadi begitu asing?

Lanxi mengambil sendok untuk mencicipi kuahnya, kuahnya hangat, setelah meminumnya tubuh terasa jauh lebih hangat, membuat rasa sakit juga menjadi lebih berkurang.

Dia tidak bicara lagi, hanya menunduk memakan mie dihadapannya sampai habis.

Lu Yanting duduk diseberangnya sambil menatapnya, sepanjang itu tidak ada yang bicara diantara mereka.

Setelah makan mie, Lanxi mengambil air dan meminum obatnya.

Lu Yanting merapikan semua peralatan makan dan menyucinya.

Melihat ini semua, Lanxi tiba-tiba kehabisan kata-kata.

Lu Yanting bersedia membuatkannya mie saja sudah membuatnya sangat terkejut.

Sekarang malah menuci piring…. Dunia sudah terbalik.

Apakah karena melihatnya sedang meanstruasi, sehingga ia berbaik hati kali ini?

Namun yang lucu adalah, perbuatan baiknya yang kecil seperti ini malah membuatnya sangat terharu.

Ada sebuah pepatah yang mengatakan, wanita itu merupakan makhlum yang akan melupakan sakit setelah lukanya mongering.

Dan pepatah ini sangat sesuai dengan dirinya sekarang ini.

Dia dan Lu Yanting sudah bertengkar sampai seperti ini, namun dia masih berharap padanya.

Sedikit sikap baiknya saja sudah bisa membuatnya goyah.

Kalau bukan mencari masalah apa namanya.

Lanxi mencubit pahanya sendiri, rasa sakit langsung menjalar dari pahanya, dan rasa sakit ini membuatnya sedikit lebih sadar.

Lalu dia meminum obatnya, dan berjalan keluar ke ruang tamu.

Lu Yanting tidak menahannya.

Setiap kali dia mengalami meanstruasi pasti akan begitu tersiksa oleh rasa sakitnya, dan Lu Yanting tahu itu dengan jelas.

Jadi… malam ini biarkanlah dia beristirahat dengan baik.

………

Efek dari obat penahan sakit tidak cepat, setelah meminumnya Lanxi masih merasakan sakitnya selama satu jam lebih.

Setelah satu jam, rasa sakit itu baru perlahan berkurang.

Dan disaat ini, Lanxi sudah dipenuhi oleh butiran keringat yanga begitu besar, bahkan rambutnya pun sampai basah.

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu