Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 49 Aku Adalah Calon Istrinya (1)

Sekarang Lanxi merasa dirinya yang dulu selalu beranggapan Lu Yanting jarang berhubungan dengan wanita karena ia bisa mengontrol diri sama saja dengan omong kosong.

Bukankah setiap kali dia ingin berhubungan dengannya selalu sangat tiba-tiba, apakah ini bisa dikatakan pintar mengontrol diri?

Setelah selesai berciuman, seluruh lipstik Lanxi menjadi berantakan.

Setelah menciumnya, ekspresi Lu Yanting menjadi lebih lembut.

Lanxi menatapnya sambil mengedipkan matanya, “Apakah Bos Lu sudah selesai mencium? Jika sudah selesai aku ingin memperbaiki make up ku?”

Lu Yanting meliriknya sesaat lalu berkata, “Cepatlah.”

Lanxi tersenyum manis sambil mengangguk kearahnya, setelah mengambil tas make up nya ia langsung melangkah ke toilet.

……

Setelah selesai merapikan make upnya, merapikan rambut juga pakaiannya, Lanxi turun bersama Lu Yanting.

Pesta kali ini diadakan selama dua malam berturut-turut, orang yang diperbolehkan hadir bukanlah orang yang berstatus sosial biasa, bahkan kartu undangannya saja berkilauan bagai emas, terlihat sangat mahal.

Sebelum datang dia sudah merasa kalau Lu Yanting mengajaknya ikut untuk menekannya.

Dia pasti sangat sulit untuk dilayani. Ketika masuk ke ruang acara, orang yang hadir sudah cukup ramai.

Rata-rata yang hadir berdandan cukup formal, seluruh ruangan dipenuhi oleh wanita bergaun pesta dan pria berjas rapi.

Untuk menghindarinya, Lanxi sengaja menjaga jarak dengan Lu Yanting.

Lu Yanting yang melihat gelagatnya yang ingin menghindar, alisnya mengkerut dengan wajah tidak senang.

Baru ingin bertanya padanya, tiba-tiba datang seorang wanita yang berjalan dengan genit mendekat.

“Kak Ting, akhirnya kamu datang juga!” suaranya lemah lembut, terdengar sangat tertarik.

Lanxi yang berdiri disampingnya, memperhatikan dandanannya: gaun malam berwarna biru air pendek, mengenakan sepatu heels tinggi, kedua kaki yang ditonjolkan putih dan proporsional, terlihat sangat cantik dan imut.

Melihat keatas, rambutnya sengaja diangkat semua, detail modelnya sangat sesuai dengan gaunnya, membuatnya terlihat santai namun tetap terlihat aktif.

Wajahnya jangan ditanya lagi.

Dia berbeda tipe dengan Lanxi, Lanxi termasuk yang tipe cantik dan berani.

Sementara dia merupakan tipe yang manis dan ceria juga genit.

Dari tatapannya pada Lu Yanting dia bisa melihat kalau dia sangat tertarik pada Lu Yanting.

Hmft, keliatannya dia memang selalu membuat wanita mendekat padanya, bukankah Lan Zhixin si jalang itu juga tertarik padanya.

“Em.”dibandingkan dengan sambutannya yang hangat, jawaban Lu Yanting terdengar sangat tenang dan dingin.

Huiling memperhatikan Lanxi yang berdiri disamping Lu Yanting, dia langsung menatapnya dengan tatapan memusuhi.

“Kak Ting, dia adalah?”

Sebagai wanita, bagaimana mungkin Lanxi tidak menyadari tatapan memusuhi dari wanita itu.

Kali ini ikut Lu Yanting keluar untuk dinas, dia tidak ingin membuat masalah.

Sebelum Lu Yanting membuka mulut, ia berkata terlebih dahulu, “Hai nona, saya asisten Bos Lu, saya mendampinginya karena urusan pekerjaan.”

Kali ini Lanxi tidak ingin membuat masalah untuk dirinya, apalagi wanita ini terlihat begitu kekanakan, dia malas berebut dengannya.

Toh Lu Yanting sekarang adalah suaminya secara hukum, ia tidak perlu mengkhawatirkan yang tidak-tidak, jika ada wanita lain yang menginginkannya ia bersedia untuk meminjamkannya beberapa hari.

Setelah Lu Yanting yang berdiri disampingnya mendengar penjelasan Lanxi, wajahnya langsung berubah serius.

Ini sudah bukan pertama kalinya ia merasakan ketidak pedulian Lanxi padanya.

Selain dia, wanita mana di dunia ini yang berani memperlakukannya seperti ini?

Jika wanita lain yang menikah dengannya, pasti ingin segera mengumumkan pada seluruh dunia hubungan mereka.

Tetapi dia?

Selain menunjukkan keakraban setelah menikah untuk sesaat, selebihnya ia selalu berusaha menghindar darinya bahkan tidak peduli padanya di depan umum.

“Ah, ternyata asisten kak Ting!” setelah mendengar penjelasannya, tatapan memusuhi Huiling berkurang secara drastis.

Bagaimanapun, Lu Yanting bukan orang yang akan sembarangan memiliki hubungan khusus dengan bawahannya.

Dan Huiling tahu dia selalu menjaga sikap profesionalnya.

“Ternyata begitu, hai, aku Huiling, calon istri kak Ting.”

Setelah Lanxi mendengarnya hampir saja menyembur, ternyata Lu Yanting cukup hebat juga, sebelumnya muncul mantan kekasih, sekarang muncul calon istri?

Namun, sebelumnya dia tidak pernah mendengar kalau dia mempunyai calon istri.

Bahkan Jiang Sisi orang yang segitu lancar gosipnya pun tidak pernah menyinggung masalah ini.

Kelihatannya wanita ini juga bukan tokoh yang begitu penting.

Jika sampai ‘calon istri’nya ini tahu kalau Lu Yanting sudah menikah, apakah ia akan menangis sampai pingsan?

Melihat gayanya yang begitu genit, ketika menangis pasti akan menimbulkan badai tsunami.

“Hai, aku Lanxi.” Lanxi menyapa balik untuk menunjukkan tata kramanya.

Awalnya Lu Yanting ingin meralat ketika mendengar Huiling memperkenalkan diri, namun melihat ekspresi Lanxi, ia tidak jadi mengatakan apapun.

Hehe, mana perlu diralat?

Toh dia juga tidak peduli.

Seharusnya dia sadar sejak awal, wanita ini menikah dengannya bukan karena suka padanya.

Meskipun ia paham semua ini, namun setiap kali melihat gayanya yang cuek, ia tidak bisa menahan emosi dalam diriya.

“Kak Ting, malam ini aku tidak ada teman, maukah kamu menemaniku?” Huiling berkata dengan wajah memelas pada Lu Yanting.

Jika di kondisi biasa, dia tidak mungkin menyetujui.

Dia sama sekali tidak pernah tahu kalau dia bisa begitu kekanakan.

“Kalau begitu… asisten Lanxi sendirian tidak apa kan?” Huiling melihat kearah Lanxi dengan sumringah.

Lanxi membalasnya dengan senyuman, “Tidak masalah, semoga anda dan Bos Lu bermain dengan senang, jika membutuhkan bantuan, silahkan segera menghubungiku ya..”

Wajah Lu Yanting terlihat sangat kesal, api amarah memenuhi hatinya namun tidak bisa melampiaskannya.

Tentu saja Huiling tidak meyadarinya, dia adalah nona besar yang dimanjakan oleh keluarganya, bagaimana mungkin ia membedakan perbedaan ekspresi dari orang lain.

Setelah berbicara dengan Lanxi, Huiling menggandeng tangan Lu Yanting dengan mesra sambil berkata padanya, “Kak Ting, ayo kita main kesana, Anan dan Dongzi sudah tiba”

Lu Yanting hanya menjawab satu kata “Em”, dan tidak lupa untuk melirik Lanxi sesaat.

Melihat Lanxi menyilangkan tangan didepan dada sambil tersenyum, ia dengan kesal merangkul pinggang Huiling.

Gerakan ini membuat Huiling merasa sangat senang.

Disaat bersamaan, tangannya yang merangkul lengan Lu Yanting semakin kencang.

Melihat mereka berdua yang melenggang pergi, Lanxi merasa mereka berdua cukup serasi.

Sebenarnya untuk orang yang bersifat seperti Lu Yanting lebih cocok dengan wanita yang genit seperti Huiling, tidak cocok dengan wanita seperti dia.

Dan Huiling juga mengatakan kalau dirinya adalah calon istrinya tadi, hubungan pernikahan dalam keluarga kaya raya selalu ditentukan oleh orang tua, kelihatannya keluarga Huiling bukanlah keluarga kaya biasa.

Mungkin saja lebih hebat dari pada keluarga Lu.

**

Setelah mereka berdua pergi, Lanxi sendirian mencari tempat yang sepi dan berdiri disana.

Sebenarnya dia tidak berbeda jauh dengan Jiang Sisi, mereka tidak begitu menyukai pesta seperti ini, sebelumnya ia ikut keacara pesta hanya untuk menggaet Lu Yanting saja.

Bersulang sambil bertukar kartu nama sama sekali bukan keahliannya.

Terlebih lagi, ini kota Bei, sebuah tempat yang sama sekali asing untuknya, membuatnya semakin tidak ingin meninggalkan perasaan apapun disini.

Lanxi berjalan ke meja buffet, mengambil segelas anggur merah, lalu berbelok ke lorong.

Dia berjalan sampai keujung lorong lalu berdiri didepan jendela minum sendirian.

Acara pesta diadakan di lantai 20 hotel, diujung lorong adalah jendela yang tinggi mulai dari lantai.

Berdiri didepan jendela melihat lampu yang bersinar menerangi seluruh kota.

Lanxi menggenggam gelasnya menatap ke jalan raya yang ramai dibawah, entah kenapa ada dorongan untuk meloncat turun kebawah.

Seolah setiap kali berada ditempat tinggi seperti sekarang, pikiran seperti itu selalu terbersit dalam pikirannya.

Untuk jendela disini semua tersegel rapat sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk melakukannya.

Segelas anggur merah dengan cepat sudah dihabiskannya, namun ia tetap enggan untuk kembali ke aula pesta.

Lanxi jongkok untuk meletakkan gelasnya dilantai.

Um, ingin merokok. Dia bukan orang yang bisa menganggur, begitu menganggur langsung ingin merokok dan minum.

Namun setelah dipikir dengan seksama, setelah ia menikah dengan Lu Yanting, sepertinya kebiasaan merokoknya sudah tidak separah dulu.

Lanxi cukup ketergantungan pada rokok, jika sedang parah, ia menghabiskan 2 bungkus rokok dalam sehari.

Meskipun rokok khusus wanita tidak terlalu kuat, namun tetap saja bukan benda yang bagus untuk tubuhnya.

Lalu Jiang Sisi memaksanya berhenti merokok, dia benar-benar tidak bisa berhenti, hanya bisa menguranginya saja.

Ketika datang Lanxi tidak melihat peringatan larangan, namun di dalam hotel pasti tidak boleh merokok.

Namun rasa ingin merokoknya sulit untuk dikendalikan, setelah berfikir sejenak, ia mengeluarkan rokok dan korek.

Dia menahan rokok dengan bibirnya, ketika menyalakan api, koreknya kehabisan gas.

Lanxi terlihat kesal, ia mengocok koreknya lalu memantik lagi.

“Didalam hotel tidak boleh merokok.”

Ketika Lanxi sedang berkutat dengan koreknya, entah sejak kapan datang seorang pria.

Cahaya lampu di koridor tidak begitu terang sehingga Lanxi tidak memperhatikannya.

Tiba-tiba terdengar suara membuatnya terkejut, korek api juga tasnya sampai terjatuh karena kaget.

Lipstik, bedak juga obat didalam tasnya semua jatuh berserakan.

Lanxi mengangkat kepala dengan rokok masih di mulutnya.

Eh, lumayan ganteng.

Ketika Lanxi mengangkat kepala, pria itu tercengang.

Tentu saja Lanxi menyadari sikapnya, namun ia tidak mengerti kenapa bisa begitu.

Jangan-jangan dia terpesona oleh wajahnya?

Ketika pikiran ini muncul, Lanxi merasa sangat lucu.

Senyumnya sangat indah, bibir merahnya melengkung indah, terlihat sangat cantik dan mempesona.

Melihat pembawaan pria didepannya ini, bisa dipastikan ia bukanlah orang biasa.

Namun ia terlihat sangat lembut, tidak seperti Lu Yanting yang emosinya tidak stabil dan menentu.

“Ups, tiba-tiba ingin merokok, maaf.” Lanxi berkata sambil menurunkan rokoknya dan menjepitnya dijari.

Pria didepannya tidak menjawabnya, ia membungkuk memungut tasnya dan barang yang tumpah di lantai.

Novel Terkait

Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu