Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 142 Kita Bercerai Saja (1)

Mendengar pertanyaan Lu Yanting, tangisan Gu Jingwen semakin mengeras.

Menurut dia, Lu Yanting bertanya seperti itu sama saja sedang memedulikannya.

Gu Jingwen mengangkat tangannya, dengan kuat mengusap air matanya, kemudian berbicara.

“Beberapa hari ini dirawat di unit perawatan intensif, karena reaksi penolakan tubuh setelah transplantasi masih belum melewati masa bahaya, masih belum bisa melewati masa ini”

Gu Jingwen tidak sanggup bicara sampai akhir, kemudian ia menangis.

Lu Yanting juga tau efek reaksi penolakan itu, mereka sudah membahas hal ini ketika ia bertemu dengan dokter Gu pada saat itu.

Tetapi presentase bisa terjadi tidak termasuk besar, pada saat itu Lu Yanting sama sekali tidak terpikir bisa terjadi hal seperti ini.

Karena dokter juga bilang, bahwa walaupun hal ini bisa terjadi, tetapi presentasenya sangatlah kecil.

Lu Yanting selalu berpikir jika proses operasi berjalan lancar, dan asal organ tersebut jelas, maka seharusnya tidak akan ada yang terjadi.

Dokter Gu juga membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan pasangan donor yang cocok, tidak tersangka bisa terjadi juga hal tersebut.

Hubungan Gu Jingwen dengan orangtuanya sangat dekat, Lu Yanting juga bisa bertoleransi melihat kondisi dokter Gu setelah kejadian ini.

Tidak tau mau berkata apa untuk menghiburnya, Lu Yanting hanya bisa mengatakan satu kalimat bela sungkawa : “Turut berduka cita.”

Sebenarnya kata ini lumayan biasa, kedengarannya seperti satu ucapan duka dari teman biasa yang sangat biasa.

Tetapi, dia dengan Lu Yanting bukanlah teman biasa.

Padahal, sebelumnya mereka begitu menyayangi satu sama lain.

Terpikir masa lalu, Gu Jingwen semakin menderita.

Lagi-lagi ia menjatuhkan diri dalam pelukan Lu Yanting, memeluknya dengan erat, menangis terisak-isak.

“Jika kita tidak berpisah, jika aku tidak keras kepala, tidak akan seperti ini bukan….. Yanting, aku sangat sedih.”

Dia menangis dengan sangat pilu, Lu Yanting juga merasa tidak nyaman mendengar suara tangisannya.

“Zheng Yuan tidak menemanimu?”

Dia memang membutuhkan orang untuk menemaninya sekarang, tetapi orang ini bukanlah dia.

Orang pertama yang terpikir oleh Lu Yanting adalah Zheng Yuan, karena sekarang Zheng Yuan adalah pacarnya, maka terjadi hal seperti ini, bukankah seharusnya ia menemaninya ?

Lu Yanting tidak begitu mengerti, kenapa saat seperti ini, Gu Jingwen tidak mencari Zheng Yuan, justru mencarinya.

Dengan hubungan mereka saat ini, itu sangatlah tidak masuk akal.

Jika sebelumnya, Lu Yanting mungkin akan membiarkan ia memeluknya karena merasa kasian.

Tetapi, sudah ada beberapa pelajaran sebelumnya, jadi Lu Yanting sangat berhati-hati dengan hal ini.

Tidak peduli seberapa sedihnya Gu Jingwen, dia tidak akan membiarkannya memeluknya.

Jadi, lagi-lagi Lu Yanting menyingkirkannya, dan bahkan memundurkan langkahnya.

“Zheng Yuan sebagai pacar, ia seharusnya menemanimu pada saat-saat seperti ini. Jingwen, terjadi hal seperti ini seharusnya kamu mencarinya, bukan mencariku.”

Gu Jingwen benar-benar tidak terpikir, pada saat seperti ini, Lu Yanting masih begitu kejam dengannya.

Apakah sudah tidak tersisa sedikit perasaan?

Ia menatap Lu Yanting sambil menggigit bibirnya, bertanya : “Yanting, Kamu benar mau begitu kejam denganku?”

Pertanyaan ini sudah ingin ditanyakan sejak awal, tetapi logika mengatakan tidak boleh kepadanya, karena ia takut mendengar jawabannya.

Dipikir-pikir sangatlah lucu, benar yang dikatakan Zheng Yuan, dia sedang menipu dirinya sendiri.

Lu Yanting tampak tidak terduga mendengarnya bertanya seperti ini, setelah mendengar pertanyaannya ia terdiam beberapa detik, kemudian berkata : “Seharusnya kamu sudah tau akibatnya, sejak kamu melakukan hal itu di acara pernikahanku.”

Pernikahan…..

Benar, ia mengungkit kejadian ini.

Gu Jingwen tau, karena kejadian ini, Lu Yanting masih merasa sakit hati dengannya.

Tetapi, jika waktu dapat diputar kembali, ia tetap akan melakukan hal yang sama.

**

Lanxi menyelesaikan pekerjaannya hingga kira-kira jam setengah tiga, sambil bekerja ia selalu memikirkan kondisi Lu Yanting.

Lagipula, pagi hari sebelum keluar rumah ia telah bilang, bahwa ia akan menjenguknya siang nanti.

Lagipula ia juga tidak tenang, semalaman temperatur Lu Yanting tidak menurun.

Jadi, setelah menyelesaikan pekerjaannya, Lanxi menyerahkan sisa pekerjaannya kepada Shu Ran.

Ia turun ke lantai bawah, memanggil taxi pulang ke Guan Ting.

Butuh waktu sekitar setengah jam perjalanan dari Dongjin ke Guan Ting.

Hujannya sangat awet dan sepertinya tidak akan berhenti.

Baru jam 3 sore, langit sudah sangat mendung, lebih gelap dari hari malam biasanya.

Supirnya adalah orang yang sangat mudah bergaul, sejak Lanxi menaiki mobilnya, ia terus berbincang dengan Lanxi.

Suasana hati Lanxi lumayan biak, jadi juga berbincang sepatah dua kata dengan supir.

……..

Tidak terasa, mobil berhenti di depan pintu Guan Ting.

Setelah mobil berhenti, Lanxi turun.

Baru saja turun, ia langsung melihat dua bayangan orang yang jauh.

Dia sudah sangat hafal dengan bayangan Lu Yanting.

Selain itu, ada satu bayangan yang membelakanginya, jelas seorang wanita.

Ada satu pepatah berbunyi, jika kamu membenci seseorang, kamu akan mengingat dengan sangat jelas ciri khas dan gaya berpakaiannya.

Jadi, Lanxi langsung mengenali wanita itu dalam tatapan pertama.

He, Gu Jingwen.

Dia lagi.

Keduanya tampak sedang berbicara, tidak memerhatikannya.

Lanxi mengangkat bibirnya, memberi senyuman sinis pada diri sendiri.

Dia tidak bisa menjelaskan bagaimana suasana hatinya saat ini.

Mungkin Tuhan memang suka mempermainkannya seperti ini, dan menggunakan cara yang sama setiap kalinya.

Ketika pernikahan kemarin begini, kali ini sudah memutuskan untuk berbaikan dengannya tetap saja begini.

Sudah bilang orang tidak boleh melompat ke danau yang sama sebanyak dua kali, tetapi dengan bodohnya ia diperlakukan seperti ini oleh orang yang sama sebanyak dua kali.

Berpikir sampai sini, senyuman di wajah Lanxi semakin terlihat.

Ia mengangkat bibirnya, berjalan langkah demi langkah kearah mereka.

“Yanting, maaf, maafkan aku?”

Gu Jingwen masih menangis, setelah beberapa kali disingkirkan oleh Lu Yanting, dia tetap saja memeluknya dengan muka yang tebal.

Kali ini, ketika Gu Jingwen memeluknya, kebetulan Lanxi berjalan kesini.

Tetapi, Lu Yanting masih belum melihatnya.

Menyadari hal ini, Lanxi mulai menertawakan diri sendiri.

Ia tertawa dengan dingin, kemudian bertepuk tangan.

Selain suara tetesan hujan di sekeliling, tidak ada lagi suara lain, jadi, ketika Lanxi bertepuk tangan, Lu Yanting dan Gu Jingwen langsung mendengar.

Lu Yanting melihat keatas, kebetulan berpas-pasan dengan mata Lanxi.

Ada senyuman dikelopak matanya.

Lu Yanting tidak memedulikan hal lainnya, segera menyingkirkan Gu Jingwen.

“Kamu…. Menyerah sajalah.”

Karena pernah saling mencintai, jadi Lu Yanting tidak tega mengucapkan kata yang terlalu kasar terhadapnya, kata ini sudah sangat kejam.

Menurut dia, jika Gu Jingwen masih memiliki harga diri, ia tidak akan berada disini sekarang.

Barusan Lu Yanting mau berjalan mengarah ke Lanxi, Lanxi sudah menghampirinya.

Ia melangkah langkah pertamanya, menggandeng tas ditangannya, mata melirik mereka, kemudian ia tertawa dengan sangat lepas.

“Kenapa tidak masuk kedalam? Tubuh nyonya Gu begitu lemah, bos Lu tidak takut jika ia terkena hujan akan sakit?”

Dia sungguh sedang tertawa, tetapi didalam tertawaannya terkandung sindiran yang sangat mendalam.

Maksud dibalik ini, Lu Yanting dan Gu Jingwen mengerti.

Gu Jingwen jelas tidak akan menjelaskannya, ia sangat berharap Lanxi salah paham dengan mereka berdua.

Lagipula, Lanxi sama sekali tidak peduli dengan Lu Yanting, jika ia peduli, ia mana mungkin bisa tertawa disaat seperti ini?

Lu Yanting tau bahwa Lanxi sedang marah, ia menggerakan bibirnya, baru ingin menjelaskan, perkataannya dipotong oleh Lanxi.

“Maaf, setelah sekian lama menduduki kedudukan sebagai nyonya Lu, sudah saatnya untuk mengembalikannya kepada nona Gu, kita bercerai saja.”

Lanxi mengucapkan kata ini dengan sangat santai, seperti sedang mendiskusikan syarat dengannya.

Lu Yanting mendengar Lanxi mengucapkan kata “cerai”, ekspresi wajahnya mulai memusam.

Tetapi, Gu Jingwen yang berdiri di sebelahnya merasa sangat terkejut.

Lanxi mengungkit perceraian,….. apakah ini berarti, bahwa ia masih ada harapan?

Lanxi tidak memberikan kesempatan berbicara kepada Lu Yanting, setelah selesai berbicara, ia segera memasukan kode pintu kemudian masuk kedalam.

Lu Yanting segera mengikuti Lanxi, tetapi Gu Jingwen menahan tangannya.

“Yanting, aku….”

“Lepaskan, pergi dari sini.”

Lu Yanting tidak dapat mengeluarkan kata yang lebih kasar, tetapi Gu Jingwen mengerti maksudnya, ingin ia segera menghilang dari sini.

Gu Jingwen menggigiti bibirnya, ekspresinya sangat tidak enak dipandang.

Lu Yanting sudah menghempas dan meninggalkannya, masuk kedalam.

Payung di atas kepalanya sudah menghilang, tetesan hujan mulai berjatuhan ke badannya, Gu Jingwen kedinginan sampai berbersin beberapa kali.

Apa yang sedang ia lakukan…..

Gu Jingwen menepuk-nepuk jidatnya, kemudian meninggalkan Guanting.

**

Badan Lu Yanting dan Lanxi basah kuyup.

Tetapi, Lanxi tidak langsung menukar pakaiannya.

Karena baru saja ia menukar alas kakinya, Lu Yanting segera masuk ke dalam.

Pandangan Lanxi sekilas menyapunya, tidak menampakkan niat untuk berkomunikasi dengannya.

Lu Yanting langsung menahan pergelangan tangannya dengan satu tangan, tindakannya sedikit kasar.

“Apa maksud perkataanmu tadi?” Ia menatapinya dengan serius, tatapannya tampak memanas.

Lanxi sama sekali tidak takut dengan tatapannya itu, ia masih bisa tersenyum di wajahnya : “Apakah telinga Bos Lu bermasalah? Aku bilang kita bercerai saja, tidak mengerti?”

Lanxi merasakan, ketika ia mengatakan kata “bercerai”, tenaga Lu Yanting bertambah.

Ia sedikit tidak bisa menahan sakit seperti ini, ia menghela nafas.

Walaupun begitu, Lanxi tetap tidak menunjukkan kelemahannya.

“Sebaiknya kamu menarik kembali kata itu.” Kalimat ini, Lu Yanting mengucapkan dengan menahan emosi.

“Bos Lu tidak pernah mendengar satu pepatah, kata yang sudah diucapkan tidak bisa ditarik kembali.” Lanxi mengangkat bibir merahnya, tetap tersenyum cerah.

Lu Yanting menganggap Lanxi sedang merajuk, saat seperti ini, mungkin ia sedikit mengalah maka ia tidak akan seperti ini lagi.

Oleh karena itu, Lu Yanting menarik nafas, menelan semua emosinya.

Kemudian, mulai menjelaskan kejadian tadi kepadanya : “Tadi ia memelukku, aku menolaknya, seharusnya kamu nampak.”

Haha.

Lagipula, dia selalu ada alasan setiap kalinya.

Dia kira dengan menjelaskan seperti ini semuanya akan membaik?

Kenapa ia tidak menjelaskan, dari mana Gu Jingwen tau bahwa ia tidak bekerja hari ini, dan berdiam di rumah?

Lalu bagaimana mereka berdua bisa terjerat disini?

Setiap kali selalu begini, selalu ala kadarnya saja saat menjelaskan, Lanxi merasa Lu Yanting menganggapnya sebagai seorang bodoh.

Novel Terkait

Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu