Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 216 Aku Bukan Orang Yang Menoleh Ke Masa Lalu (2)

Lu Yanting pernah mencarinya? Untuk apa mencarinya?

begitu memikirkan ini, Lanxi tanpa sadar mengetatkan bibirnya, ekspresi wajahnya juga menjadi begitu buruk.

Belum selesai mengatakannya, Zhou Hesi berhenti sejenak lalu melanjutkan : “Sisi tidak pernah mengatakan dimana keberadaanmu, lalu dia mencari tahu nomor ponselku dan meneleponku…. Tentu saja, hasilnya sama seeperti yang kamu terla, aku juga tidak akan membocorkan keberadaanmu padanya.”

“Lalu dia mulai menghadapai Zhou Group, menggunakan cara ini untuk memaksaku menghadapinya.”

Zhou Hesi berusaha membuat Lanxi tidak terlalu bersalah dengan menceritakan masalah Zhonghai dan Zhou Group secara singkat.

Kalau sampai diceritakan dengan detail, dia pasti akan merasa sangat bersalah.

Siapa yang menyangka, Zhou Hesi baru mengatakan ini, Lanxi mulai bertanya padnaya : “Apakah Zhou Group mengalami kerugian? Kamu..”

“Tidak.” Zhou Hesi tahu apa yang sedang Lanxi khawatirkan, sehingga dia belum selesai bertanya sudah langsung memberi jawaban : “Tenang saja, dia tidak bisa menyentuhku.”

Kekuatan Zhonghai dan Zhou Group seimbang, meskipun benar-benar terjadi sesuatu, akibatnya juga akan buruk untuk kedua belah pihak.” Zhou Hesi menjelaskan dengan singkat pada Lanxi.

Teori ini Lanxi paham.

Setelah mendengar Zhou Hesi mengatakan kalau perusahaannya tidak terpengaruh, ia baru merasa jauh lebih tenang.

Kalau sampai perusahaan Zhou Hesi mengalami sesuatu karenanya, dia pasti akan merasa sangat bersalah.

“Namun akhirnya aku pergi menemuinya.” Zhou Hesi mengingat kembali kejadian hari itu, tanpa sadar tersenyum, “Tanpa sadar aku memukulnya.”

“Jadi… kalian benar-benar berkelahi?” Lanxi sedikit tidak berani mempercayainya.

Dia berusaha membayangkan situasinya, namun terasa begitu aneh.

“Zhou Hesi mengangguk, “Lebih tepatnya, aku yang memukulnya.”

Setelah Lanxi mendengarnya sangat terkejut.

Karena dia memahami Zhou Hesi, Zhou Hesi merupakan orang yang sangat sabar, kecuali dia mengatakan ucapan yang membuatnya sangat marah, kalau tidak dia tidak akan turun tangan untuk memukul orang.

Dengan berpikir demikian, ekspresi wajah Lanxi langsung berubah begitu buruk.

Sebenarnya tidak perlu Zhou Hesi katakanpun, dia juga sudah bisa membayangkan apa yang Lu Yanting katakan.

Ucapan yang merendahkan dirinya, Lanxi tahu jelas kalau Lu Yanting sangat hebat dalam hal ini bukan.

Zhou Hesi melihat perubahan ekspresi Lanxi, mengangkat tangan menepuk bahunya, “Sudahlah, pertahankan suasana hati yang baik, jangan memikirkan hal seperti ini lagi.”

Lanxi mengangguk, “Baiklah.”

Zhou Hesi meneruskan : “Lain kali aku akan bicara dengannya lagi, kalau kamu ingin membawa anakmu kembali ke Kota Jiang, dia harus keluar untuk melindungimu.”

Apa yang dikatakan oleh Zhou Hesi sangat masuk akal.

Kalau Lu Yanting tidak keluar langsung untuk mengatakan hal ini, orang lain akan membicarakan status anaknya, hanya dengan Lu Yanting maju untuk mengakui anak ini sebagai anak kandungnya baru bisa menutup mulut orang lain.

Kalau tidak ingin berduskusi dengan Lu Yanting juga bisa, yaitu dengan membawa anaknya ke kota lain.

Kalau ini, Lanxi tidak mau.

Dia tetap berharap bisa melihat anaknya setiap hari.

“Aku mengerti.” Lanxi berpikir sesaat, “Nanti aku akan meneleponnya.”

Setelah Lanxi memikirkannya, ia merasa membiarkan Zhou Hesi yang bicara dengan Lu Yanting tentang ini kurang pantas, bagaimana pun hubungannya dengan Zhou Hesi hanya teman biasa, tabiat Lu Yanting juga begitu buruk, Zhou Hesi tidak sepantasnya menerima semua perlakuannya.

Kalau sampai terjadi pertikaian diantara mereka, Lu Yanting mulai melawan Zhou Group, maka dia benar-benar menyusahkan orang yang tidak bersalah.

Dia sudah berhutang pada Zhou Hesi terlalu banyak, ada hal yang bisa ia selesaikan sendiri sehingga tidak ingin menyusahkan Zhou Hesi.

**

Tidak sampai 10 menit, Lu Yanting sudah kembali ke penginapan dari pantai.

Setelah duduk, dalam pikirannya penuh dengan bayangan Zhou Hesi dan Lanxi, hatinya begitu kacau.

Lu Yanting mengangkat tangan mengendurkan kerah bajunya, berdiri dan berjalan kearah jendela, berdiri disana selama belasan menit, namun hatinya masih tetap tidak bisa tenang.

Akhirnya dia mengambil sebatang rokok dari meja, menyalakannya, lalu menghirupnya beberapa kali.

Selama ini karena terluka, dia sama sekali tidak menyentuh rokok ataupun alcohol, setelah menghirup beberapa kali untuk melampiaskan, dia terbatuk-batuk sampai dadanya terasa sakit, bahkan matanya ikut memerah.

Meskipun demikian, rasa sesak dalam hatinya tetap tidak berkurang sedikit pun.

Mengingat sikapnya yang begitu asing padanya, nada bicaranya yang dingin, hatinya bagaikan digores oleh belati yang tajam.

Semakin merasa kacau, semakin mudah berpikir sembarangan.

Zhou Hesi datang untuk menemaninya, mereka pasti tinggal bersama.

Ketika itu Zhou Hesi tidak menyentuhnya karena dia masih belum bercerai, sekarang dia sudah bercerai, mereka berdua bebas, setelah pulang mala mini mungkinkah…….

Meskipun Lu Yanting tahu apa yang ia pikirkan terlalu tidak masuk akal , namun bayangan itu tetap muncul dalam pikirannya.

Dia merasa dirinya bagaikan orang yang memiliki gangguan jiwa, panic dan resah.

Ia hidup 30 tahun lebih, namun belum pernah seperti ini sebelumnya.

Drrrttt…. Ponsel diatas meja bergetar.

Begitu Lu Yaning mendengar ini langsung berjalan menghampiri, menundukkan kepala dan melihat, telepon dari Lu Qingran.

Dia mengangkat telepon dan mendekatkannya ke telinga, tidak bersuara. Lu Qingran : “Bagaimana hasil hari ini?”

“…….” Lu Yanting tidak menjawab.

Dia tdak bicara, Lu Qingran merasa ada yang tidak beres, sehingga mencoba bertanya : “Kamu bertemu dengan Lanxi?”

“Sudah.” Akhirnya kali ini Lu Yanting bicara.

Lu Qingran : “Lalu, apa yang kamu katakan padanya?”

Mendengar nada bicara Lu Yanting, Lu Qingran merasa ada yang gawat.

Berdasarkan sifatnya yang angkuh dan penuh gengsi, mungkinkah dia salah bicara ketika bertemu Lanxi?

“Tidak mengatakan apa-apa.”

Lu Yanting berpikir sejenak, apa yang sudah ia katakan pada Lanxi hari ini sama sekali tidak berarti.

Ada banyak yang ingin ia katakan, semuanya ingin ia sampaikan ketika berdua dengannya, namun dia tidak bersedia.

“Apa maksudnya tidak mengatakan apapun?” Lu Qingran menopang keningnya, bertanya dengan khawatir : “Apakah kamu salah bicara lagi?”

“Kamu masih ada urusan lain?” Lu Yanting sedang tidak ingin membahas ini dengan Lu Qingran, “Kalau tidak ada urusan aku matikan dulu.”

Setelah mengatakan ini, tanpa menunggu Lu Qingran membalas, ia langsung mematikan telepon.

Setelah mematikan telepon, ia tetap merasa sangat kesal.

Lu Yanting mematikan rokoknya, mengambil ponsel, lalu berjalan keluar dari penginapan.

Ketika Lu Yanting keluar, langit sudah gelap.

Namun di pantai tetap begitu banyak orang.

Kali ini Lu Yanting mengelilingi pantai, namun tetap tidak melihat Lanxi. Tiba-tiba dia merasa sangat menyesal, kenapa dulu dia harus pergi……

Lu Yanting berjalan meninggalkan pantai, mencari disekeliling sesaat, namun tetap tidak menemukan Lanxi.

Fu Xing sempat mengatakan kalau Lanxi mungkin tinggal di sekitar sini.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu