Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 119 Melihat Apakah Kamu Sudah Mati (4)

“Dia menamparnya.”

Setelah mendengar, ekspresi Lu Yanting berubah : “Lanxi menamparnya?”

“Jadi? Kamu kira sifat Jingwen bisa berbuat seperti itu?” Suara Cheng Yi yang terdengar dari earphone, “Wajah Jingwen ditampar sampai lecet, dia sangat kejam.”

Lu Yanting : “Dimana dia berada sekarang?”

Cheng Yi : “Mana aku tau, tidak bersamamu?”

Lu Yanting : “….”

Tidak, jelas tidak ada.

Dia meneleponnya, mengirimnya pesan, ia tidak merespon.

Lu Yanting tau, kemungkinan terjadi sesuatu padanya sangatlah kecil, dia hanya…..sebatas tidak ingin meresponnya.

Mendengar Lu Yanting berkata seperti itu, kurang lebih Cheng Yi sudah bisa menebak kronologis ceritanya, “Apa mungkin Lanxi masih ngambek dengamu?”

Lu Yanting : “….”

Tidak menjawab, berarti mengiyakan hal ini.

Cheng Yi : “Kak Lu, kamu sungguh menikahi seorang Dewi di rumah.”

Lanxi memang sulit untuk dibujuk, tetapi Lu Yanting tidak suka jika Cheng Yi mengatainya seperti itu, jadi, membela Lanxi secara diam-diam : “Kejadian ini memang salahku.”

“Iya iya iya, aku tidak lagi mengurusi kejadian ini, kelak terjadi apa hubunganmu dengan Lanxi, aku tidak akan berpendapat lagi, kamu mau memanjakannya silakan, tidak berurusan denganku.” Cheng Yi menyerah.

Padahal walaupun ia berpendapat, Lu Yanting juga tidak akan mendengar, walaupun begitu ia juga tidak mau menghabiskan kata-katanya.”

Biarkan mereka ribut, lakukan saja yang ingin dilakukan.

Setelah Lu Yanting mendengar kata-kata Cheng Yi, ia mematikan panggilannya.

Ia mengambil ponselnya, kemudian mengirim lagi pesan kepada Lanxi.

**

Lanxi berjalan sendiri ke café milktea, baru membeli segelas boba mikltea, langsung melihat pesan yang dikirim Lu Yanting.

Lu Yanting : “Kamu mencari Jingwen ke rumah sakit?”

Setelah melihat pesan ini, Lanxi tertawa pelan, langsung menghapus pesan itu, kemudian menyedot dengan kuat bobanya.

Dingin dan manis, enak.

Lanxi seharian berjalan-jalan sendiri di luar, membeli tas baru, baju baru, juga makan banyak makanan enak.

Akhirnya, ia membawa hasil buruannya kembali ke Guanting.

Pada saat pulang langit sudah terlihat sangat gelap, ketika Lanxi membawa barang bawaannya masuk, kebetulan Lu Yanting turun ke lantai bawah.

Ia masih mengenakan baju rumahan yang tadi pagi ia pakai, sepertinya ia tidak keluar rumah seharian.

Melihat tangan Lanxi banyak belanjaan, Lu Yanting bertanya, : “Pergi belanja?”

Lanxi tidak menjawab, menunduk mengganti sandal.

Lu Yanting sedikit kesal, menarik nafas, terus berbicara : “Aku telah persiapkan makan malam, cuci tangan dan siap-siap makan.”

Lanxi menjawab”Oh”, bisa dianggap jawaban.

Sebenarnya ia menyantap sangat banyak makanan sore tadi, tetapi sekarang terasa lapar lagi.

Ketika suasana hati sedang buruk memang seperti ini, ia akan cepat sekali merasa lapar.

Lanxi selesai ganti sandal, mencuci tangan, pergi ke ruang makan bersama Lu Yanting.

Tidak terpikir, makanan malam yang lumayan mewah.

Lanxi duduk, mengambil jus yang disamping dan meminum seteguk.

Lu Yanting bertanya : “Bagaimana rasanya?”

Lanxi : “Em, pas.”

Lu Yanting merasa sedikit bersyukur, bagaimanapun juga, ia sudah mau berbicara dengannya sekarang, ini juga semacam kemajuan, bukan?

Setelah bertanya pertanyaan ini, keduanya mulai menyantap makanan.

Ruang makan sangatlah hening, Lu Yanting ingin mencari topik untuk dibicarakan dengannya.

Hening selama beberapa menit, ia mulai bertanya lagi : “Kamu berjalan sendiri hari ini?”

Lanxi : “Em.”

Lu Yanting : “….”

Berakhir lagi satu topik pembicaraan.

Beberapa menit kemudian terlewat lagi, Lu Yanting mengganti pertanyaan selanjutnya : “Aku mendengar Cheng Yi bilang, kamu menjenguk Jingwen.”

“Iya.” Lanxi mengangguk, ia meminum seteguk jus lagi, berkata berkata sambil tersenyum : “Lalu apakah dia ada menjelaskan padamu, bagaimana aku menampari nona Gu?”

Senyumannya sedikit menyindir.

Lu Yanting menatap, “Kenapa bisa terpikir untuk mencarinya?”

“Menurut Bos Lu aku tidak seharusnya pergi?” Lanxi membalikkan pertanyaannya, “Seharusnya Bos Lu tau bahwa aku adalah orang yang begitu sombong, pernikahan yang begitu megah digantikan dengan aksi bunuh diri dari seorang nona Gu, bukankah hal yang wajar aku pergi menamparinya?”

Lu Yanting : “…..”

Lu Yanting tidak berkata, Lanxi melihat raut wajahnya, juga tidak begitu senang.

Hei, ini sedang mengasihani Gu Jingwen?

Iya juga, tampang Gu Jingwen yang kasihan itu, sangat banyak disukai oleh para lelaki.

Lanxi meletakkan sumpitnya, menyandarkan wajahnya di tangan Lu Yanting.

Lu Yanting tidak mengerti kenapa ia bertingkah seperti ini : “Apa yang kamu lakukan?”

Lanxi : “Jika Bos Lu ingin membalas dendam nona Gu, boleh menampariku 3 kali, aku tidak akan menghindar.”

“Jangan asal pikir, aku tidak bermaksud begitu.” Lu Yanting tidak mengerti kenapa ia berpikir seperti itu, “Hanya bertanya saja.”

“Ou, begitu.” Lanxi tertawa, “Aku mengira Bos Lu sangat tidak sabaran ingin membalas dendam nona Gu, karena Bos Lu begitu peduli dengannya.”

“Lanxi.” Lu Yanting menatap matanya, “Soal pernikahan, kamu masih menyalahkanku, iyakan?”

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu