Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 31 Kamu Masih Tahu malu? (2)

Bab 31 Kamu Masih Tahu malu? (2)

Mereka berdua sudah berteman cukup lama dengan Lu Yanting, meskipun ia tidak termasuk orang yang memiliki pantangan, namun selama ini mereka belum pernah melihatnya melakukan hal seperti ini pada wanita manapun.

“Kak Lu, kamu…..” Zhou Jinyan merasa tidak sanggup melihatnya lagi.

Meskipun kesannya terhadap Lanxi tidak terlalu baik, tapi bagaimanapun ia tetap seorang wanita, Lu Yanting mempersulit seorang wanita seperti ini, sepertinya tidak terlalu baik.

“Bos Lu….” Lanxi mendekatkan diri memohon padanya, “Kumohon, aku benar-benar ingin ke toilet.”

Lu Yanting menyipitkan mata. Bagus sekali, sekarang mulai memohon padanya.

“Pergi.” Lu Yanting langsung mendorongnya turun dari pangkuannya.

Lanxi sempoyongan hingga kakinya keseleo, hampir saja jatuh di lantai.

Rasa sakit yang menusuk pergelangan kakinya sama sekali tidak menghentikannya, terseret-seret berjalan keluar ruangan dengan kondisi yang memalukan.

“Kak Lu, kamu bertengkar dengan Lanxi?” Zhou Jinyan bertanya kepada Lu Yanting,

Lu Yanting tidak menjawab, mengambil sebotol bir diatas meja dan langsung menenggaknya, lalu melonggarkan dasi di lehernya.

Sebuah gerakan yang penuh dengan kegarangan.

“wanita seperti ini sebaiknya segera kau ceraikan, setiap hari melihatnya di rumah apa tidak membuat hati kesal?” Cheng Yi melirik Shen Wenzhi dan bertanya, “Iya kan Wenzhi?”

“Kak Ting, kenapa?”

Shen Wenzhi tidak menjawab pertanyaan Cheng Yi terlebih dahulu, melainkan mengalihkan pandangan kearah Lu Yanting.

“Aku menganggapmu sebagai saudara, kau…”

“Aku rasa aku tidak perlu menjelaskannya padamu.” Lu Yanting memotong perkataan Shen Wenzhi, “Jika menganggapku sebagai saudara, seharusnya kamu tahu satu kalimat, istri saudara tidak boleh dipakai. Dia sekarang adalah milikku.”

Shen Wenzhi menggertakkan gigi, memandang Lu Yanting cukup lama, akhirnya berdiri lalu pergi sambil membanting pintu.

“Yah ampun, wanita itu juga ada main dengan Shen Wenzhi?”

Akhirnya Cheng Yi menyadari apa yang sedang terjadi, pantas saja ekspresi wajah Shen Wenzhi sangat buruk sejak tadi….

“Kak Lu, sebenarnya apa yang terjadi? Katakanlah sesuatu!” Zhou Jinyan juga ikut panik.

“Masalah diantara mereka aku tidak tahu jelas.” Lu Yanting berkata, “Masalah pernikahan kamu seperti yang sudah ku katakan pada kalian.”

“Kalau begitu apakah kamu memikirkan Jingwen?” Cheng Yi merasa kesal mengenai Gu Jingwen, “Apakah kamu tahu demi kamu Jingwen….”

“Aku dan dia sudah berpisah, hal yang sudah berlalu jangan diungkit lagi.” Lu Yanting memotong perkataannya dengan wajah dingin.

    **

Di dalam toilet.

Lanxi membuka keran, mengatur air yang hangat menjadi paling dingin, lalu tanpa henti membasahi wajahnya dengan air.

Hanya dengan begini baru bisa membuatnya kembali tenang; hanya dengan begini baru bisa membuatya tidak merasa sedih.

Gerakan ini berlangsung kurang lebih 10 menit, hingga akhirnya wajah Lanxi menjadi dingin, namun saat bercermin, melihat wajahnya tetap merah.

Dia berdiri di depan cermin, menampar wajahnya satu kali.

Dia agak memandang rendah dirinya yang seperti ini.

Sudah sampai sejauh ini, masih memikirkan kisah cinta yang sudah berlalu, kalau bukan tidak tahu malu lalu apa?

Lanxi menggeser kakinya ingin melangkah, namun rasa sakit yang begitu menusuk dari pergelangan kakinya membuatnya menitikkan airmata.

Dia melepas sepatu hak tingginya, langsung duduk diatas lantai toilet. Baru saja duduk, di depannya tiba-tiba muncul sepasang sepatu kulit.

Lalu pria ini jongkok di depannya. Merasakan aroma nafas yang tidak asing ini, seketika membuatnya menangis.

Detik berikutnya, Shen Wenzhi mengangkat tangannya, menekan pergelangan kakinya perlahan.

Matanya tertuju pada luka dipergelangan kakinya.

Dari mana luka itu berasal, dia lebih jelas dari siapapun.

Shen Wenzhi meyentuh bekas luka itu dengan ujung jarinya dan bertanya dengan suara serak, “Sakit tidak?”

“Menjauhlah dariku.” Lanxi berkata dengan wajah dingin.

“Lanxi, kenapa?” Shen Wenzhi mengangkat tangan memeluknya, suaranya agak tersendat, “Dulu kamu pernah berkata, hanya akan menikah denganku seorang.”

Lanxi mengencangkan rahang.

“Shen Wenzhi, terus mengganggu seperti ini apa ada artinya?” Lanxi mendorongnya dengan kuat, suaranya terdengar tidak nyaman, “Apa kamu tidak lihat? Aku sekarang sudah menikah dengan Lu Yanting, siapa Lu Yanting aku rasa tidak perlu kuperkenalkan padamu bukan? Apa yang aku mau semua bisa diberikan olehnya, kenapa aku masih harus memikirkanmu?”

Shen Wenzhi menatap dalam matanya, berkata dengan yakin, “Ini sama sekali tidak benar.”

“Kamu pikir kamu sangat mengertiku?” Lanxi satu tangan menopang tubuhnya, menahan sakit dari pergelangan kakinya dan berdiri dari lantai.

Karena tidak mengenakan sepatu hak tinggi, setelah berdiri hanya sebahu Shen Wenzhi.

Shen Wenzhi dengan mudah memojokkannya ke wastafel.

Memojokkannya, lalu menundukkan kepala, mencium wajahnya dengan perlahan.

    

Dalam satu gerakan kecil ini, ada rasa dihargai yang sangat dalam.

“Seperti yang kau katakan, aku adalah orang yang paling mengertimu di dunia ini.”

Jari tangan yang di cat kutek merah menggenggam erat pinggiran wastafel.

Lanxi melihat kearah Shen Wenzhi, dalam matanya tersirat penuh dengan ketidaksabaran.

“Ekspresi penuh cinta ini sebaiknya tunjukkanlah pada Tang Manshu, aku rasa dia akan melihatnya dengan senang hati.”

Lanxi baru menyelesaikan ucapannya, ciuman Shen Wenzhi langsung mendarat.

Selama ini dia selalu lembut padanya, belum pernah memaksanya seperti sekarang ini.

    **

Lu Yanting mengobrol sebentar dengan Cheng Yi dan Zhou Jinyan, lalu berjalan kearah toilet.

Emosi yang sudah mulai reda, kembali membara saat melihat Shen Wenzhi memojokkan Lanxi lalu menciumnya.

Lu Yanting berjalan menghampiri, tanpa banyak bicara langsung menarik keluar Lanxi.

Semua terjadi begitu cepat, kaki Lanxi memang sudah keseleo, sekarang terlempar sekali lagi sama saja seperi menabur garam diatas luka.

Lu Yanting menengok melihat Lanxi sesaat, lalu berjalan maju meraup kerah Shen Wenzhi.

Melihat situasi seperti ini, Lanxi terkejut, tanpa memakai alas kaki berjalan menghampiri, menarik lengan Lu Yanting.

“Yanting, ayo kita pulang….”

Dia memanggilnya Yanting dengan nada yang sangat lembut.

Namun di telingga Lu Yanting malah terdengar mengesalkan.

“Jangan sampai kedua kalinya.”

Lu Yanting melepaskan kerah baju Shen Wenzhi, berbalik lalu menarik Lanxi keluar dari toilet.

Lanxi tidak keburu mengenakan sepatunya, di tarik keluar dari Bar Ramai Setiap Hari tanpa mengenakan alas kaki.

Sekujur tubuh Lu Yanting dipenuhi aura kemarahan yang sangat kuat, dia sama sekali tidak berani mengganggunya.

Semua yang terjadi malam ini benar-benar terlalu cepat, awalnya mengira hanya acara makan Bersama teman biasa, siapa sangka Shen Wenzhi juga hadir.

Dan… Dia terlalu gegabah.

Lanxi dilempar Lu Yanting kedalam mobil, lalu tubuhnya menindihnya.

Lu Yanting mencekik lehernya, tenaganya sangat kuat.

“Katakan.” Dia hanya melontarkan satu kata, namun penuh dengan ancaman.

“Aku….” 

Lanxi selalu merasa dia sangat pintar bersilat lidah, tadinya sudah mempersiapkan alasan, namun meliha matanya, ia sama sekali tidak berani mengatakan apapun.

Lu Yanting melihat bibirnya yang membuka dan menutup, teringat kejadian di toilet tadi.

Tidak, ini bukan yang pertama kalinya.

Dia sudah pernah melihat mereka berciuman, sudah 3 kali.

Pertama kali melihat mereka berciuman di koridor Bar Ramai Setiap Hari, mereka berciuman seolah tidak ingin berpisah satu sama lain.

Yang kedua kali di rumah Lan, dia di pojokkan oleh Shen Wenzhi dibatang pohon.

Yang ketiga kalinya adalah malam ini.

Semakin Lu Yanting mengingatnya semakin emosi.

Dia mengambil kotak tissue di sampingnya, mengambil beberapa lembar tissue lalu mengelap bibir Lanxi dengan keras.

Lanxi hanya merasakan bibirnya yang panas dan sakit, dia curiga bibirnya sudah dibuat terluka olehnya…

Disaat bersamaan, dia merasa emosi dengan apa yang diperbuat Lu Yanting padanya.

Namun setelah dipikir-pikir wajar saja, orang sepertinya bertemu hal seperti ini pasti akan mengamuk.

Lipstick dibibirnya sudah habis dihapus olehnya, Lanxi mengira semua sudah berakhir.

Namun, setelah tissue dibuang, jarinya kembali menekan bibirnya.

Ujung jarinya kasar, menekan bibirnya naik dan turun.

Lu Yanting, “Semalam kurang? Hm?”

Lanxi terdiam.

“Kurang kejam, sehingga apa yang kukatakan tidak bisa membuatmu mengingatnya?”

Lanxi yang diam membuatnya semakin marah, apa yang dikatakannya juga semakin kasar dan tidak enak didengar.

“Maaf, lain kali tidak akan kuulangi.” Lanxi tahu dia sedang marah, meminta maaf dan melembutkan perkataannya.

Lu Yanting melepaskannya, mengambil kotak rokok dan korek api, mengambil sebatang rokok, menyalakan lalu menghisap satu hisapan.

Diantara asap yang mengebul, dia menyipitkan mata menginterigasinya, “Ada hubungan apa antara kamu dan Shen Wenzhi?”

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu