Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 149 Kamu Pikir Kamu Bisa Kabur? (2)

Rasa sakit yang kali ini terasa lebih hebat dari sebelumnya, entah karena dia minum obat KB atau bukan.

Lanxi mengambil sebuah bantal dan menutupi perutnya, lalu tertidur dalam posisi meringkuk.

**

Di lantai bawah, Lu Yanting berdiri didepan jendela, jarinya menjepit sebatang rokok, tangannya yang lain memegang ponsel.

Setelah ragu cukup lama, dia baru memutuskan untuk menelfon Liao Xuan.

Kondisi Lanxi hari ini terlalu aneh, Lu Yanting tidak tahu apakah ini yang pertama kali atau bukan.

Kalau bukan yang pertama kalinya, ini akan lebih gawat.

Dia punya riwayat gangguan kejiwaan, Liao Xuan juga pernah berkata, sedikit saja tidak hati-hati, penyakit seperti ini bisa saja kambuh.

Meskipun ketika membicarakan masalah Lanxi tidak berlangsung senang, namun untuk sekarang Lu Yanting tidak berencana untuk mengganti psikolog yang menangani Lanxi.

Dan kalau ingin dikatakan dengan serius, Liao Xuan merupakan seorang dokter yang sangat professional.

Dan setelah ragu sesaat, dia tetap meminta bantuan pada Liao Xuan.

Setelah telfon tersambung, Liao Xuan mengangkat telfon dengan cepat.

Sepertinya Liao Xuan sedang sibuk, suara dibalik telfon juga terdengar begitu gaduh.

Setelah mendengar suaranya, Lu Yanting bertanya, “Mengganggumu kerja tidak?”

“Tidak, ada apa?” sepertinya Liao Xuan sedang berjalan, Lu Yanting mendengar suara langkah, lalu suara pintu tertutup.

Lalu suara gaduh dibalik telfon langsung menghilang.

Mungkin ia sudah kembali ke kantornya.

Lu Yanting berkata pada Liao Xuan : “Kondisinya tidak terlalu baik.”

Lu Yanting tidak mengatakan namanya dengan jelas, namun Liao Xuan bisa menebak siapa orangnya.

Yang bisa mereka bicarakan hanya Lanxi.

Mendengar Lu Yanting berkata demikian, ekspresi Liao Xuan langsung menjadi begitu serius : “Dia kenapa?”

Belakangan ini dia memang tidak ada kontak dengan Lanxi, dan penyebab utamanya karena pekerjaannya terlalu sibuk.

Dan biasanya kalau Lanxi mengalami apapun pasti akan langsung menghubunginya, karena Liao Xuan bukan orang yang suka mengganggu orang lain.

Awalnya dia mengira hubungan Lu Yanting dan Lanxi akan menjadi lebih baik, namun kelihatannya dia berpikir terlalu banyak.

Lu Yanting menelfonnya membuatnya megetahui kalau masalahnya gawat.

Lu Yanting mendeskripsikan kondisi hari ini sepulang sekolah dengan sedetail mungkin pada Liao Xuan, setelah Liao Xuan mendengarnya langsung mengkerutkan alis, ekspresi wajahnya begitu serius.

“Apa yang kamu lakukan padanya?” setelah mendengar apa yang Lu Yanting ceritakan, Liao Xuan hanya ingin menanyakan pertanyaan ini.

Lu Yanting ditanya sampai tidak tahu harus menjawab apa, akhirnya ia berkata : “Tidak melakukan apapun.”

Liao Xuan : “Kalau kamu tidak melakukan apapun, dia tidak akan menjadi seperti ini.”

Lu Yanting : “……… Aku tidak membiarkannya keluar.”

Ternyata, dihadapan Liao Xuan, tidak ada gunanya menyembunyikan.

Jadi, Lu Yanting hanya bisa mengakuinya.

Mendnegar Lu Yanting mengatakan ini, Liao Xuan langsung menggertakkan giginya, “Jadi selama ini kamu terus mengurungnya dirumah?”

Lu Yanting : “…. Benar.”

Liao Xuan : “…….. kamu ingin sebelumnya aku sudah mengatakan berkali-kali padamu, ketika bersama dengannya harus memperhatikan emosionalnya, kondisinya sama sekali tidak sanggup menerima tekanan apapun.”

Tentu saja Lu Yanting ingat ini, dia dibuat canggung oleh ucapan Liao Xuan : “Aku… aku pikir dia sudah sembuh.”

“Memang, kondisinya sebelumnya sudha membaik, bahkan bisa dikatakan sudah sembuh, namun itu tidak berarti kamu bisa memberinya tekanan.” Liao Xuan berkata, “kondisinya yang sekarang seharusnya menghindari kesendirian, sekarang kamu tidak membiarkannya keluar, baginya ini sama dengan siksaan. Setiap hari seorang diri pasti akan membuatnya berpikir sembarangan, begitu ia berpikir sembarangan maka akan mudah muncul masalah…”

“Besok aku bawa dia untuk diperiksa, kamu punya waktu tidak?” Lu Yanting memotong ucapannya.

Sebenarnya tidak perlu Liao Xuan katakana pun, dia sudah merasa kalau ada yang tidak beres.

Hari ini kaki Lanxi hanya tergores oleh pecahan kaca, lain kali entah apa yang akan terluka…….

Apa yang akan terjadi, dia sungguh tidak berani membayangkannya.

“Em, kalau begitu besok kalian datanglah.” Liao Xuan juga mengkhawatirkan kondisi Lanxi.

Setelah menyetujui permintaan Lu Yanting, Liao Xuan berkata lagi pada Lu Yanting : “Kamu benar-benar harus memikirkan dengan baik apa yang kukatakan padamu waktu itu. Kalau tidak bisa memberikannya kehidupan yang ia inginkan, lebih baik kamu lepaskan lebih awal.”

Apa yang dikatakan Liao Xuan ketika itu pada Lu Yanting masih ia ingat, setelah terdiam cukup lama, ia bertanya Liao Xuan : “Kalau begitu apa kehidupan yang ia inginkan?”

Sebelumnya Liao Xuan mengatakan kalau dia sama sekali tidak tahu kehidupan apa yang ia inginkan, dia juga mengatakan kalau Lanxi polos dan sederhana.

Belakangan ini Lu Yanting sering memikirkan apa yang Liao Xuan katakan padanya, namun ia tetap merasa apa yang dikatakan Liao Xuan tidak benar.

“Tunggu sampai kapan kamu meninggalkan rasa sentimentmu padanya, kamu akan tahu apa yang ia inginkan.” Liao Xuan berkata, “Sebelum itu, apapun yang kukatakan padamu tidak akan bisa kamu mengerti. Jadi, untuk sementara kita jangan membicarakan tentang ini.”

Lu yanting : “…….”

Liao Xuan : “Kamu besok bawalah Lanxi datang kemari, ada beberapa anak magang yang harus kuurus, aku kerja dulu.

Setelah mengatakannya, tanpa menunggu jawaban Lu Yanting, Liao Xuan langsung mematikan telfon.

Setelah mematikan telfon, rokok ditangan Lu Yantng yang lainnya sudah habis.

Dia menatap punting rokok yang sudah padam, lalu menghela pelan.

………

Malamnya Lanxi tidak tidur dengan nyenyak, meskipun dia sudah tertidur, namun ia tetap membuat mimpi yang begitu buruk.

Isi mimpinya begitu rumit, ada Lu Yanting, Chen Wenzhi, ada Tang Manshu, juga ada Gu Jingwen.

Didalam mimpinya mereka berjalan berpasangan melaluinya, juga menatapnya dengan wajah penuh cibiran.

Terutama Gu Jingwen.

Dia merangkul lengan Lu Yanting, memamerkan padanya betapa mereka saling mencintai.

Lanxi sudah tidak sanggup mendengarnya lagi, ingin memukulnya, namun ditahan oleh Lu Yanting.

Didalam mimpi, tatapan Lu Yanting padanya begitu dingin bahkan sampai hampir membuatnya membeku.

Dia menatapnya dengan dingin dan mengingatkannya : “Aku tidak akan mengijinkan siapapun menyentuh wanita yang kucintai.”

Wanita yang kucintai.

Lalu pandangannya berpindah, Lanxi berhadapan dengan Gu Jingwen, dan Gu Jingwen mulai menyindirnya lagi.

Meskipupn ini hanya mimpi, namun rasa tidak berdaya itu, perasaan sedih itu sedikitpun tidak berkurang.

Ketika ia terbangun dari mimpinya baru jam 7 kurang, Lanxi mengangkat tangannya menyentuh sudut matanya, ada airmata.

Setelah mengingat kembali apa yang ia lihat dalam mimpi, lalu melihat lagi airmatanya, Lanxi merasa kalau dirinya sangat tidak berguna.

Hanya sebuah mimpi saja…… untuk apa.

Lanxi bangun dari ranjang, berjalan ke kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan air dingin.

Lalu berkaca.

Wajahnya terlihat sangat buruk, selama ini dia tidak keluar rumah dalam jangka waktu yang cukup lama, setiap hari hanya berdiam di rumah, sama sekali tidak terurus.

Dulu dia sangat memperdulikan penampilannya, meskipun hanya dirumah ia juga akan berdandan begitu cantik.

Kenapa sekarang jadi seperti ini…….. Lanxi menatap dirinya yang berada dibalik cermin cukup lama.

Demi seorang pria?

Dia merasa dirinya tidak bisa terus seperti ini.

Dia tidak bisa membiarkan perasaannya merusak hidupnya.

Berpikir sampai disini, Lanxi menarik nafas panjang, lalu membuka pakaiannya, berdiri dibawah pancuran air dan mandi.

Setelah selesai mandi, dia mengganti baju baru, lalu duduk didepan meja rias untuk merias diri.

Pagi hari Lu Yanting juga bangun lebih pagi, ketika bangun ia berencana membangunkan Lanxi, karena hari ini harus ke rumah sakit, sebaiknya berangkat lebih awal.

Dia pikir Lanxi akan bangun kesiangan, namun tidak menyangka, begitu membuka pintu kamar, dia sudah duduk didepan meja rias dan berdandan.

Lu Yanting sudah lama tidak melihat Lanxi yang seperti ini, dia mengenakan setelan jas hitam, rambutnya digerai sampai sebahu.

Setelah masuk kekamar, Lu Yanting bisa melihat wajahnya dari balik cermin.

Dia sedang menggunakan lipstick.

Lipstick merah tua ia oleskan di bibirnya, membuatnya terlihat begitu segar.

Balakangan ini sudah terbiasa melihatnya berpenampilan apa adanya, tiba-tiba melihatnya berdandan, Lu yanting sampai tercengang melihatnya.

Dia tidak bisa mengatakan Lanxi lebih bagus berpenampilan sederhana atau berdandan, namun yang bisa ia pastikan adalah, ketika ia tidak berdandan dan berdandan memberikan kesan yang berbeda.

Ketika ia tidak berdandan usianya terlihat lebih muda, terasa seperti gadis belia yang anggun.

Namun setelah berdandan terlihat jauh berbeda.

Auranya langsung memancar, dipadukan dengan postur tubuhnya, berjalan kemanapun akan menjadi pusat perhatian.

Lanxi juga melihat Lu Yanting dari balik cermin, namun ia tidak menengok.

Setelah menggunakan lipstik, Lanxi mengatup-ngatupkan bibirnya, lalu menggunakan bedak diwajahnya.

Setelahnya, ia berdiri, lalu berbalik untuk berhadapan dengan Lu Yanting.

Disaat ini, Lu Yanting masih mengenakan piyama berwarna abu ditubuhnya.

Melihat Lanxi berbalik kearahnya, Lu Yanting sampai tercengang beberapa menit.

Begitu ia menyadari, ia menutup mulutnya dan berdehem untuk menutupi sikapnya yang salah.

“Nanti ke rumah sakit.”

Lanxi : “Oh, aku sudah siap.”

Lu Yanting : “…. Em, tunggu aku sebentar.”

Lanxi : “Baiklah.”

Kebetulan, sambil menunggu LuYanting dia bisa memesan makanan lewat delivery dan sarapan dulu.

Setelah mengatakannya, Lu Yanting langsung kembali mandi dan ganti baju.

Lanxi berpikir sejenak, lalu memesan dua porsi makanan.

Setelah memesan, dia turun kebawah untuk menunggu pesanannya diantar.

………

Dipagi hari seperti ini service pengiriman sangat bagus, tidak sampai 20 menit makanan sudah diantarkan.

Lanxi baru menerima makanan dari kurir, Lu Yanting sudah turun.

Lu Yanting tidak menyangka Lanxi akan memesan makanan. Dan juga melihat porsinya… sepertinya itu porsi dua orang?

Jadi, dia memesan untuknya juga?

Begitu menyadari ini, Lu Yanting tiba-tiba merasa begitu senang.

Meskipun hanya sebuah gerakan kecil, namun sudah cukup membuatnya senang cukup lama.

Sejak dulu tidak pernah menyadari kalau dia adalah orang yang begitu mudah puas.

Melihat Lu Yanting menatap pesanannya, Lanxi juga tidak menutupinya, ia langsung berkata : “aku memesan delivery, kalau kamu mau makan, makanlah.”

Lu Yanting tidak bicara, hanya menatapnya, tatapannya begitu panas.

Lanxi dipandang olehnya sampai salah tingkah, takut ia salah paham, sehingga menambahkan : “Anggap saja ini tanda terima kasihku karena sudah memasakkan mie untukku semalam.”

Awalnya Lu Yanting sudah merasa senang, namun ketika mendengar kata ‘ucapan terima kasih’ yang keluar dari mulut Lanxi, ekspresinya langsung berubah.

Sejak semalam, dia terus mengucapkan terima kasih padanya.

Apakah diantara mereka sudah seasing ini?

Ingin marah, namun mengingat apa yang Liao Xuan katakana semalam, akhirnya ia menahannya.

Lu Yanting menarik kembnali tatapannya, menarik nafas dalam, lalu berkata dengan datar : “Tidak perlu, aku minum kopi saja.”

Lanxi : “Oh, baiklah.”

Kalau dia tidak bersedia makan, anggap saja dia yang salah kaprah.

Setelah menjawab, Lanxi langsung membawa kantung makanan ke dapur.

Lu Yanting melonggarkan dasinya, ia sungguh tidak berdaya menghadapinya.

Novel Terkait

Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu