Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 65 Aku Sudah Menikah (2)

Setelah mobil diparkirkan, Pengurus panti Xiao membawa Xiao Xiao turun.

Meskipun Xiao Xiao memakai masker, Lu Yanting masih bisa menemukan cacar air di wajahnya.

Lu Yanting melangkah maju dan membawa Xiao Xiao dari tangan Pengurus panti Xiao "Pengurus panti Xiao, anda pulanglah dulu, serahkan Xiao Xiao padaku untuk beberapa hari ini. Sesudah dia sembuh, aku akan mengantarnya pulang.”

Lu Yanting tahu jelas bahwa tidak mudah bagi Pengurus panti Xiao untuk bertanggung jawab secara sendirian atas lebih dari 20 anak yang ada di panti.

Pengurus panti Xiao agak ragu: “Apakah kamu tidak sibuk? Jangan sampai pekerjaanmu terganggu karena ini… …”

Lu Yanting menggelengkan kepala: “Tidak apa-apa, anda jangan khawatir.”

Pengurus panti Xiao: “Baiklah, aku serahkan Xiao Xiao padamu untuk beberapa hari ini, telepon aku kapan saja ketika kamu membutuhkan bantuan.”

Lu Yanting mengangguk: “Baik.”

Sesudah berpamitan dengan Pengurus panti Xiao, Lu Yanting membawa Xiao Xiao naik ke mobil.

Xiao Xiao tampak lesu, ditambah anak ini memang pendiam, jadi tidak banyak berbicara ketika berada di mobil.

……

Sepuluh menit kemudian, Lu Yanting membawa Xiao Xiao datang ke klinik dokter Li.

Klinik dokter Li tidak ada pasien lain, ketika Lu Yanting membawa Xiao Xiao masuk, dokter Li sedang mempelajari sebuah buku lama.

“Yanting?” melihatnya membawa seorang anak berusia sekitar 6 sampai 7 tahun, dokter Li tentunya agak kaget: “Ini… …”

“Xiao Xiao.” Lu Yanting melaporkan nama Xiao Xiao, menyampaikan kondisinya pada dokter Li: “Cacar air, demam, coba kamu periksa dia.”

Dokter Li mengangguk.

Xiao Xiao agak malu untuk bertemu orang asing, walaupun dokter Li kelihatan ramah dan baik, tapi Xiao Xiao tetap menolaknya.

Lu Yanting tahu bahwa anak ini memiliki gangguan mental, dia dengan lembut menepuk pundak anak.

“Tidak apa-apa, aku akan menemani kamu.”

Mendengar kata-kata Lu Yanting, barulah Xiao Xiao merasa tenang.

Setelah mengukur suhu tubuh, dokter Li memberi obat antipiretik untuk Xiao Xiao.

Sesudah memakan obat penurun demam itu, dokter Li pun pergi meresepkan obat untuk Xiao Xiao.

Sampai pada pukul 16.30 di klinik dokter Li, suhu tubuh Xiao Xiao sudah menurun hingga 37 derajat.

Meskipun suhu tubuh tersebut belum termasuk normal, tapi sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

Dokter Li menyiapkan banyak obat untuk Xiao Xiao.

Ada obat tradisional Tiongkok, juga ada obat Barat. Obat tradisional Tiongkok untuk penggunaan luar, sedangkan obat Barat untuk dimakan.

Lu Yanting menuliskan cara penggunaan dan dosisnya, setelah berterima kasih pada dokter Li, dia pun membawa Xiao Xiao meninggalkan klinik.

Kondisi seperti ini, awalnya dia ingin menyerahkan Xiao Xiao kepada Gu Jingwen.

Namun, mengingat bahwa Gu Jingwen juga baru saja keluar dari rumah sakit, dia bahkan harus merawat dirinya sendiri terlebih dahulu.

Tampaknya tidak patut untuk menyuruhnya merawat Xiao Xiao.

Lu Yanting juga khawatir untuk menyerahkan Xiao Xiao kepada orang lain, jadi hanya bisa merawatnya secara pribadi.

**

Setelah keluar dari klinik dokter Li, Lu Yanting membawa Xiao Xiao pulang ke rumah.

Xiao Xiao tampak lesu, tiba di rumah, dia duduk di sofa dan mulai mengantuk.

Melihat kondisi ini, Lu Yanting langsung memeluk dan membawanya ke kamar tamu di lantai satu.

Setelah Xiao Xiao tidur, Lu Yanting mengeluarkan ponsel, melakukan panggilan ke nomor Lu Qingran.

Panggilan tersambungkan, suara Lu Qingran terdengar amat kaget: “Hei, kenapa orang yang super sibuk bisa meneleponku?”

Lu Yanting: “Bagaimana kabar ayah dan ibu akhir-akhir ini?”

Lu Qingran: “Ck, kamu terlalu pura-pura. Kalau kamu benar-benar ingin mengetahui kabar mereka, luangkan waktumu untuk pulang melihat mereka.”

Lu Yanting: “Iya, aku akan pulang lain hari.”

Lu Qingran: “Katakanlah, ada apa kamu meneleponku?”

Lu Yanting: “Ketika Chengzi cacar air, obat apa yang kamu berikan untuknya?

Lu Qingran: “Kamu cacar air? Tidak, aku ingat kamu sudah pernah cacar air saat kamu berusia 4 tahun… …”

Lu Yanting: “… …bukan aku.”

Lu Qingran segera menjadi tertarik: “Jadi siapa?”

Dia teringat rumor yang didengarnya akhir-akhir ini: “jangan-jangan kamu benar balikan dengan Gu Jingwen? Dan dia juga melahirkan seorang anak untukmu?”

Lu Yanting menepuk dahi: “Kak, bisakah daya imajinasimu tidak begitu tinggi.”

Meskipun Lu Qingran lebih tua setahun daripada Lu Yanting, tapi umur sifatnya seperti anak kecil yang belum tumbuh dewasa.

Walaupun Lu Yanting berkata demikian, Lu Qingran tetap tidak percaya: “Lalu kenapa kamu tiba-tiba menanyakan ini padaku?”

Lu Yanting: “anak temanku cacar air, aku menanyakan ini untuknya.”

Lu Qingran tertawa: “Temanmu? Zhou Jinyan atau Cheng Yi? Bukankah mereka berdua masih jomblo?”

“Kak… …” Lu Yanting agak jengkel, “Apakah aku tidak boleh memiliki teman selain mereka?”

“Jadi siapa? Gu Chengdong atau Qu Wei? Mereka yang di Kota Bei memerlukan bantuan kamu?” Lu Qingran tidak ada habisnya, seolah-olah dia tidak akan berhenti jika tidak mendapatkan jawaban.

Lu Yanting ditanya hingga tak berdaya, sehingga hanya bisa jujur: “anak panti asuhan yang pernah aku biayai.”

Lu Qingran sekadar ‘oh’ lalu melanjutkan, “bukankah itu berarti sama dengan anak perempuan kamu dan Gu Jingwen?”

Lu Yanting: “… …”

Lu Qingran: “makan saja yang agak ringan, seperti bubur, sop, atau yang lain.”

Lu Yanting: “Oke, aku sudah tahu.”

Mendengar dia hendak mematikan telepon, Lu Qingran segera menghentikannya: “Jangan matikan dulu! Ada hal yang ingin aku tanyakan.”

Lu Yanting: “Apa?”

Lu Qingran: “beberapa hari yang lalu, ayah Huiling menelepon ayah kita, sesuai dengan yang aku dengar, tampaknya mereka akan menepati perjanjian waktu kecil yaitu membuat kalian berdua mencoba untuk bersama, bagaimana menurutmu?”

“… … tidak tertarik.” Jawaban Lu Yanting sangat lugas.

Lu Qingran: “Oh, kalau begitu kamu lebih waspada, aku lihat sepertinya ayah dan ibu sangat setuju dengan hal ini, mereka merasa sejak kecil kamu selalu memperlakukan Huiling dengan baik, kedua keluarga juga saling mengenal dan juga bisa saling membantu.”

Lu Yanting: “Mereka kebanyakan berpikir, saat kecil aku hanya menganggap Huiling sebagai adik.”

Mengingat masa kecil, Lu Qingran langsung menyindir: “Benar juga, seseorang padahal memiliki kakak, tapi tidak dianggap, setiap hari pergi ke rumah orang lain untuk bermain dengan adik.”

Lu Yanting: “… …”

“Lupakan, kita bahas yang serius.” Lu Qingran tidak terus bercanda dengannya lagi, “Kamu juga sudah tidak muda, sudah seharusnya memikirkan masalah pernikahan, ibu dan ayah selalu membahas hal ini.”

“Iya, tahu.” Jarang bahwa Lu Yanting tidak membantah Lu Qingran, “sudah, aku sibuk dulu.”

……

Selesai bertelepon, Lu Yanting pergi ke dapur.

Pertama-tama dia memasak sepanci bubur, kemudian memotong beberapa sayuran hijau dan meletakkannya di samping, dia ingin membuatkan mie untuk Xiao Xiao ketika Xiao Xiao bangun nanti.

Xiao Xiao bangun tanpa tidur lama, kebanyakan minum air sehingga metabolisme tubuh berlangsung cepat, jadinya lebih sering ke toilet.

Melihat Xiao Xiao keluar dari kamar tamu, Lu Yanting bangkit dan bertanya: “Lapar belum, aku akan masak untukmu.”

“Mau ke toilet… …” Suara Xiao Xiao sangat kecil, tapi Lu Yanting tetap bisa mendengar dengan jelas.

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu