Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 141 Apa Yang Terjadi Pada Guru Gu (2)

Rumah sakit.

Awalnya Gu Jingwen mengira setelah operasi ia bisa lebih tenang.

Namun setelah observasi lanjutan, ditemukan reaksi penolakan bahkan sangat parah.

Beberapa hari ini Gu Jingwen bahkan tidak punya suasana hati untuk bekerja, terus berjaga di rumah sakit sepanjang hari.

Tuan Gu dipindahkan ke ruang isolasi, pihak keluarga hanya bisa menunggu diluar, setelah beberapa hari, kondisi mental Gu Jingwen sudah hampir terpuruk.

Ketika muncul reaksi penolakan, dookter sudah berkata terus terang padanya, meminta mereka untuk mempersiapkan mental, begitu muncul reaksi penolakan, semua tidak akan semudah yang dibayangkan.

Nyawa pasien yang menjadi taruhannya dan itu sudah lazim terjadi.

Begitu mendengar apa yang dikatakan dokter, Gu Jingwen nyaris terpuruk dan putus asa.

Tentu saja kondisi Gu Chengchi juga tidak jauh berbeda.

Dai hanya berada disampipngnya dengan wajah yang begitu berat.

Beberapa hari ini Gu Jingwen terus menangis, syarafnya begitu tegang, wajahnya juga terlihat menua 4 sampai 5 tahun.

Kota Jiang terus turun hujan, cuaca seperti ini sangat sesuai dengan suasana hati Gu Jingwen.

Pagi sudah berganti siang, ketika jam makan siang Gu Chengchi ingin membawa Gu Jingwen untuk makan siang namun Gu Jingwen tidak bersedia.

Ketika kedua kakak beradik itu sedang bersitegang, pintu ruang ICU terbuka, seorang perawat menjalan mendekat.

Selama beberapa hari berada di rumah sakit ini, Gu Jingwen sudah cukup hafal dengan wajah para perawat disana, setiap dia melihat perawat, rasanya ada rasa khawatir yang menggantung di hatinya.

“Bagaimana? Kenapa…….”

“Yang tabah ya. Beliau sudah sudah pergi.” Gu Jingwen belum selesai bertanya, perawat sudah memberikan jawaban, “reaksi penolakannya terlalu parah, in semua juga tidak disangka oleh kami, operasi kali ini sebenarnya sangat sukses, kondisi seperti ini sangat jarang terjadi.”

Ketika mengatakan ini wajah perawat terlihat begitu bersalah, namun kedokteran memang begitu, operasi apapun pasti punya resiko, dan ketika itu mereka sudah pernah membicarakan tentang reaksi penolakan ini.

“…. Apa?” Gu Jingwen mencengkram lengan perawat, “Anda bohong yak an?”

Perawat sangat mengerti apa yang Gu Jingwen rasakan.

Setiap orang yang menerima berita semacam ini tidak ada yang bisa menerimanya, jadi reaksi Gu Jingwen yang seperti ini dia bisa mengertinya.

Perawat mengangkat tangan dan menepuk lengan Gu Jingwen, “Maaf, namun kami sudah berusaha semaksimal mungkin.”

Perawat maupun dokter sudah berusaha sepenuh hati untuk mengobati setiap pasien, namun operasi transplantasi memang sangat sulit untuk dipastikan.

Reaksi penolakan juga bukan sesuatu yang bisa diprediksikan.

“Tidak mungkin, aku tidak percaya!” kondisi emosional Gu Jingwen langsung menjadi tidak terkendali.

Dia melepaskan perawat, lalu berjalan kearah ruang ICU.

“Kak, tenang dulu.” Gu Chengchi segera menariknya dengan cepat.

Ketika mengatakan ini, suara Gu Chengchi terdengar bergetar.

Sebenarnya rasa sedihnya tidak lebih sedikit dari Gu Jingwen, bahkan lebih besar.

Namun dia tahu dengan jelas, disaat seperti ini, dia harus tenang.

Kalau dia seperti Gu Jingwen, maka keluarga ini akan kacau.

“Apanya yang tenang? Kita sudah berusaha begitu lama bukankah untuk kesehatan ayah?” Gu Jingwen menangis sampai bicara pun tersunguk.

“Maaf suster, anda boleh pergi dulu.” Gu Chengchi memeluk Gu Jingwen dan meminta maaf pada perawat.

Perawat menggeleng, menunjukkan kalau dia mengerti.

Bekerja dibidang ini, keadaan seperti ini sudah sering terjadi.

Jujur saja, sikap Gu Jingwen tadi sudah termasuk yang paling sopan.

Setelah perawat pergi, Gu Chengchi berkata lagi, “Kak, kamu tenanglah sedikit.”

Sebenarnya mata Gu Chengchi sudah memerah sejak tadi.

Sebelum ini keluarga mereka selalu sempurna, satu keluarga berempat begitu saling mengasihi.

Sebelum ayahnya melakukan operas, Gu Chengchi sudah memutuskan, setelah dia lulus S2, mereka sekeluarga akan pergi jalan-jalan keluar negri bersama.

Sampai dia sebesar ini belum pernah sekalipun benar-benar berbakti pada orang tuanya.

Dan hari itu selamanya tidak akan datang………….

“Lepaskan aku!” Gu Jingwen langsung mendorong Gu Chengchi.

Kali ini dia memberontak dengan begitu kuat, akhirnya membuatnya terduduk di lantai, terlihat begitu kasihan.

Gu Chengchi melihatnya seperti ini, sungguh merasa tidak tega.

Gu Chengchi mendekat, merencana membantunya berdiri.

“Kak, sekarang semua sudah terjadi, kita harus menghadapi kenyataan.”

“Aku butuh waktu untuk menenangkan diri…”Gu Jingwen bangkit dari lantai, mengangkat tangan mengelap airmatanya, berbalik dan berencana untuk pergi.

Dirinya yang dalam kondisi seperti ini, Gu Chengchi mana mungkin tenang membiarkannya.

Dia menahan Gu Jingwen, “Diluar sedang hujan, jangan sembarangan pergi.”

“Chengchi, kamu tenang saja, aku tidak akan melakukan hal bodoh.” Suara Gu Jingwen sekarang terdengar jauh lebih tenang daripada sebelumnya.

Dia menarik nafas dalam-dalam, lalu menoleh melihat kearah Gu Chengchi, “Aku ingin seorang diri dulu, setelah aku merasa tenang aku akan kembali, bolehkan?”

“Kalau begitu hati-hati.” Mendengar Gu Jingwen berkata dia tidak akan melakukan hal bodoh, Gu Chengchi baru merasa lebih tenang.

Karena dia pernah mencoba bunuh diri di acara pernikahan Lu Yanting, Gu Chengchi sungguh takut hal yang sama akan terjadi dua kali.

“Hm, aku mengerti.” Gu Jingwen mengangguk.

Setelah berpamitan dengan Gu Chengchi, ia berjalan kearah lift.

Hujan diluar semakin lama semakin deras, setelah keluar dari gedung penyakit dalam, Gu Jingwen bisa merasakan hujan yang begitu lebat.

Dia seperti tidak mempermasalahkannya, langsung berjalan keluar dari rumah sakit begitu saja di tengah hujan.

Tidak sedikit orang disekeliling yang memperhatikannya, namun ia sama sekali tidak memperhatikan pandangan orang lain.

Pergi kemana?

Sebenarnya dia juga tidak tahu mau kemana.

Dia hanya ingin segera pergi dari rumah sakit, lari dari tempat yang membuatnya merasa tertekan.

Karena dia tidak ingin menghadapi kenyataan. Gu Jingwen berdiri didepan rumah sakit selama 5 menit, lalu menghentikan sebuah taksi.

Supir taksi melihatnya basah kehujanan, menyodorkan selembar tisu dengan ramah.

Gu Jingwen menerimanya dan berkata, “Terima kasih.”

Supir menunggu sesaat namun tidak mendengarnya mengatakan tujuannya, akhirnya bertanya, “Nona, kita mau kemana?”

Pergi kemana……..

Gerakan tangan Gu Jingwen terhenti, tiba-tiba dikepalanya muncul sebuah tempat.

Ia menggerakkan bibirnya dan berkata, “Pergi ke Guan Ting.”

“Baik.” Supir menjawab lalu menjalankan mobil.

Gu Jingwen merasa dirinya sangat menyedihkan, entah kenapa bisa tiba-tiba terpikirkan tempat itu.

Meskipun ia tahu Lu Yanting tidak mungkin ada.

Disaat seperti ini…. Seharusnya dia sedang bekerja di kantor mungkin?

Setelah dia menelfon Lu Yanting di malam tahun baru, Lu Yanting langsung memblacklist nomornya.

Ini sudah ia ketahui sejak awal. Ketika itu ia merasa sedih cukup lama, akhirnya ia baru memutuskan untuk bersama dengan Zheng Yuan.

Dia berpikir, mungkin Lu Yanting menghindarinya sampai seperti itu karena takut ia bisa mempengaruhi hubungannya dengan Lanxi.

Kalau membuat Lu Yanting merasa dia sudah punya pacar, mereka pasti bisa berhubungan dengan baik………

Terutama ketika sedang berada dalam keadaan sulit seperti sekarang, yang pertama klai ia pikirkan adalah Lu Yanting.

Lu Yanting dan Lanxi tinggal di Guan Ting, Gu Jingwen tahu semuanya.

Guan Ting merupakan proyek yang sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu, ketika pertama kali diresmikan, dia sudah bersama dengan Lu Yanting.

Ketika itu dirinya sangat menyukai nama Guan Ting ini, setelah melihat desain rumah contoh dia juga bilang dia suka.

Ketika itu Lu Yanting sungguh memanjakannya, begitu dia bilang suka, dia langsung membeli rumah disini.

Ketika itu dia juga mengatakan, ini merupakan rumah yang akan mereka tinggali setelah menikah nanti.

Tapi akhirnya?

Dia malah membawa Lanxi tinggal disini.

Hingga sekarang Gu Jingwen masih ingat dengan jelas alamat villa ini.

Dulu dia mengira dia bisa menjalani seluruh sisa hidupnya dengannya disini.

………

Mobil berhenti di depan villa, setelah Gu Jingwen membayar ongkos taksi, langsung turun dari mobil.

Hujan diluar tetap turun dengan deras, pakaiannya yang sudah mulai mongering kembali basah, rambutnya juga basah kuyup sampai menempel di dahinya.

Gu Jingwen berdiri didepan pagar, mengangkat kepalanya melihat kearah villa itu.

Semakin dilihat hatinya semakin sakit.

Airmata jatuh tidak tertahankan, bercampur dengan air hujan yang mengguyur, mengalir sampai ke bibirnya.

**

Lu Yanting sudah lama tidak sakit, setelah beristirahat sepanjang pagi, demamnya sudah turun, semangatnya juga menjadi lebih baik.

Jam 2 siang, dia bangun untuk membuat semangkuk mie, setelah makan siang, ia datang ke ruang tamu.

Berhenti di depan jendela ruang tamu, ia terbiasa melihat kearah luar, namun malah melihat seseorang yang ia kenal.

Gu Jingwen?

Kenapa dia bisa ada disini?

Hujan diluar begitu deras, dari balik jendela saja bisa melihat butir air hujan dengan sangat jelas, dan tubuh Gu Jingwen sudah basah tersiram air hujan.

Lu Yanting mengkerutkan alis, dia mengenakan jaket, mengambil payung dan mengganti sepatu lalu berjalan keluar.

Ketika Lu Yanting keluar, Gu Jingwen sedang berdiri dan bengong disana.

Dia sama sekali tidak menyangka pintu itu akan terbuka, bahkan yang keluar juga Lu Yanting.

Ketika ia melihat Lu Yanting keluar dan muncul dihadapannya, Gu Jingwen tidak kuat menahan dirinya lagi, ia langsung berlari dan memeluknya begitu erat.

Menerima pelukan yan tiba-tiba seperti ini membuat Lu Yanting kebingungan.

Setelah ia tercengang satu detik baru sadar apa yang terjadi, ia mundur satu langkah, lalu menurunkan tangannya disaat yang bersamaan.

“Kenapa kamu bisa ada disini?”Lu Yanting bertanya pada Gu Jingwen.

Meskipun nada bicaranya tidak terdengar kejam, namun terdengar nada mengintrogasi dalam pertanyaannya.

Begitu dengar sudah bia diketahui kalau dia tidak begitu suka ia muncul dihadapannya.

Begitu mendengar nada bicara Lu Yanting yang seperti ini, airmata Gu Jingwen sekali lagi mengalir.

Mungkin semua orang memiliki kelebihan ini, begitu bertemu dengan orang yang disukai akan langsung menjadi begitu rapuh.

Gu Jingwen juga sama. Apalagi, ia baru mengalami hal itu tadi.

“Yanting, ayahku sudah tidak ada…..” Gu Jingwen berkata dengan terisak pada Lu Yanting.

Tadinya Lu Yanting sudah merasa tidak sabar, namun setelah mendengar apa yang Gu Jingwen katakan barusan, dia langsung tercengang.

Semua operasi dan juga rawat inap ayahnya dia yang membantunya mengurus semuanya.

Meskipun berikutnya dia sudah tidak berhubungan dengan Gu Jingwen, namun pihak rumah sakit juga kepala rumah sakit tetap memperhatikan dengan khusus.

Lu Yanting tahu hubungan Gu Jingwen dan orangtuanya sangat dekat, mengalami hal seperti ini dia pasti tidak akan kuat.

Dan sikap orang tua Gu Jingwen padanya juga sangat baik.

Lu Yanting bukan orang yang tidak tahu berterima kasih.

Lu Yanting menelan ludah, suaranya terdengar berat, “Guru Gu, apa yang terjadi padanya?”

Novel Terkait

Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu