Antara Dendam Dan Cinta - Bab 118 Sudah Cukup Berpura-puranya

Mengalami beberapa kali saling berebut, karakter masing-masing juga semuanya saling mengerti.

“Tuan Herman adalah orang yang cerdas, banyak orang yang bekerjasama dengannya paham sekali karakternya, di depannya mereka tidak ingin berpura-pura pintar, apalagi membicarakan Nyonya besar dengan bibi kedua, pasti selalu bercekcok tidak ada habisnya.”

Celine melihat Suzy, “lalu kamu?”

“Aku kenapa?”

“Kamu dan Zhiyi saling menyukai,” jika hanya satu orang yang suka, sosok pendengar di sampingnya sudah bisa menduga kejadian selanjutnya, “lalu kenapa kamu menikah dengan Tuan Herman.”

Suzy tersenyum lembut, dia melipat lengan bajunya, termenung dengan berkata: “Manusia, bukan hanya memiliki cinta.”

Celine ingin bertanya, lalu karena apa kamu menikah dengan Tuan Herman.

Namun tidak berani menanyakannya.

Dia dan Suzy juga tidak menyangka keduanya memiliki persamaan rahasia hati.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam, Celine harus pergi ke dapur membantu masak, lalu pergi duluan, Suzy malas bergerak lalu berbaring di bangku panjang itu, Karin dari sisi lain berjalan mendekatinya, kesal sambil mengomel, “Nona, untuk apa kamu mendekati Cherry.”

Suzy tersenyum, “LIhat saja, selanjutnya bisa memanfaatkan dia lebih banyak lagi.”

“Dia juga hanya seorang pembantu, bisa bermanfaat untuk apa!”

“Tidak,” mata Suzy membulat, memapah berdiri dari baringannya, “Dia nantinya bukan hanya seorang pembantu.”

Pembantu hanya batu loncatan dia.

Persis seperti dia.

Dia pasti memiliki tujuan tersendiri untuk masuk ke tengah-tengah keluarga besar Glen, tidak mungkin murni hanya untuk bekerja.

………………….

Celine kembali ke dapur dan membantu Ibu Laura memasak, Paman Lin masuk lalu berkata: “Tambah 1 porsi, Tuan Jeffry akan datang.”

Ibu Laura heran, “Tuan Jeffry? Tuan muda dari keluarga besar Jeffry?”

“Betul.”

Ibu Laura mengerti, lalu membalikkan badan lanjut memasak, hanya masih mengomel, “Kenapa datang saat sarapan pagi, sangat membuat orang tidak bisa menduganya.”

Celine juga merasa seperti ada yang aneh.

Anggap saja datang berkunjung, juga harus sarapan pagi, sarapan belum siap dimakan tapi sudah datang, apa itu bukan namanya merebut makanan?”

Jeffry masuk, memeluk Arthur, “Arthur, panggil paman.”

“Paman!”

“Sangat pintar!” Jeffry membawakan satu kotak mainan untuk Arthur, “Semakin tumbuh besar, masih tetap patuh.”

Perubahan anak ini sungguh membuat orang menyukainya.

Jeffry teringat saat dia dulu datang kesini, anak ini tidak mau bicara, jangankan memanggil kata paman, panggilan Ayah dan Mama pun tidak dia lakukan.

Chatrine tersenyum, “Tuan Jeffry, anda sangat sungkan, sampai membawakan mainan kesini, sudah memanggil bibi dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.”

“Tidak usah, aku tidak makan disini.” ucap Jeffry, “Kemarin bersama Glen semalaman membuat keributan di Night Palace, aku datang kesini membawa seseorang untuk mengganti rugi.”

Wajah Chatrine terlihat kesal.

Dia di rumah ditinggalkan sendiri, suaminya malah pergi ke Night Palace bersenang-senang, semalaman tidak pulang.

Meskipun perkataan Jeffry tidak ada penjelasan, tetapi Chatrine merasa sangat terpukul.

Saat mereka berdua masih berbincang, masuklah Glen dari luar rumah.

Glen menahan Jeffry, “Makan dulu baru pergi.”

“Tidak deh, kamu panggil orangnya keluar lah.”

Glen menyuruh Paman Lin, “Panggil Cherry kemari.”

Chatrine heran, sekarang memanggil pembantu itu untuk apa?

Apa mungkin Glen tahu perbincangannya dengan Celine kemarin?

Tetapi biarlah masalah ini diketahuinya, juga tidak apa-apa, dia adalah seorang Nyonya muda, menanyakan sesuatu kepada pembantunya adalah hal yang wajar.

Berpikir sampai disini, didalam hatinya mulai agak lega.

Celine saat dipanggil juga merasa sangat aneh.

Dia melihat tiga orang di ruang tamu, melangkah mendekati mereka, sampai di belakang Glen, menundukkan kepala sambil berkata: “Tuan.”

Glen melirikkan matanya.

Celine melihat matanya merah karena kurang tidur.

“Kemasi barang kamu, ikut Jeffry pergi.” ucap Glen jelas dan lembut.

Celine: “………..”

Dia sulit mempercayainya, menatap ke arah wajah Glen lalu menatap wajah Jeffry.

Jeffry mengangkat bahu, “Tidak usah berkemas, di rumahku semuanya ada, yuk jalan.”

Tatapan Celine kosong, “Aku…..”

“Pergi kemanapun bukannya sama saja jadi pembantu?”

Dia menatap Glen, “Tuan, kamu mau menyerahkan aku kepada orang lain?”

Glen mendengar kalimat itu langsung mengerutkan alis, “Kamu masih tanya aku?”

Wajah Celine pucat.

Chatrine sekarang mengerti, dia dengan senang hati menjawab: “Kamu hanya seorang pembantu, Tuan menyuruhmu pergi ya kamu pergi, kamu disini masih memaksa menanyakannya, aku rasa kamu tidak sadar diri kamu itu siapa!”

Celine tiba-tiba tersenyum, “Iya aku tahu.”

Dia melihat Jeffry, “Tuan Jeffry, saya mengganti baju dulu lalu pergi bersama anda.”

Celine kembali ke kamar.

Dia juga tidak punya barang apapun yang ingin dibawa, lalu sesuka hati mengemasi beberapa baju, lalu menyiapkan jaket yang akan dia pakai, dan memasukkannya kedalam tas.

Orang yang berada didalam kamar mendengar Celine akan pergi, satu per satu mendekati dia, ada yang bilang tidak tega, ada yang bilang semoga bisa lebih baik, lalu Chyntia memeluknya.

“Kak Cherry, kamu dengan Tuan Jeffry harus berhati-hati!”

“Ha? Celine tidak mengerti apa maksudnya.

“Tuan Jeffry…..sedikit aneh.” ucap Chyntia dengan cepat, saat menyadari di sekelilingnya tidak ada orang, lalu membisikkan ke telinga Celine, “Sisi lain dari dia, sedikit playboy, dia suka menyakiti perempuan, aku punya kenalan dekat seorang kakak beradik, semalam dibayar seratus juta, disiksa olehnya, lalu dirawat di rumah sakit selama dua minggu.”

Celine: “…………………….”

Dia berjalan pergi dengan rasa curiga dan suasana hatinya gelisah, melihat mata Jeffry dengan penuh kecurigaan.

“Aku sudah siap, Tuan Jeffry.”

Jeffry melambaikan tangan, “Yuk jalan,” Dia menguap sambil berkata, “Cepat kembali masih bisa menambah perasaan.”

Celine perlahan-lahan mengedipkan mata, melihat ke belakang ada Glen sedang duduk di sofa.

Glen sedang berbincang dengan Chatrine, menengadahkan kepalanya, melihat Celine pergi.

Tatapan mata Celine ada kehangatan, ada cinta, juga ada rasa kesal.

Glen ingin mengatakan sesuatu namun tiba-tiba tertahan.

Hatinya tiba-tiba ada rasa yang dulu pernah dia rasakan.

Seperti perasaan yang dulu dia rasakan bersama Felicia.

……………………………

Celine menggendong tasnya, wajahnya tanpa ekspresi apapun langsung mengikuti Jeffry naik ke mobil.

Jeffry duduk di seberangnya, menatapnya.

Celine tahu karakter Jeffry seperti apa, langsung merasa ketakutan, “Jeffry, Tuan Jeffry, kenapa anda melihatku seperti itu?”

Jeffry tertawa, “Sudah cukup berpura-puranya, di depanku kamu tidak perlu berpura-pura.”

Novel Terkait

Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu