Antara Dendam Dan Cinta - Bab 63 Melepas Celana

Celine sekarang menyadari bahwa ia tidak tahu pasti seberapa banyak pasang mata yang mengawasinya. Ia juga tidak berani untuk mengulur-ulur waktu lagi.

“Baiklah, Egy,” ujar Celine sambil menatap wajah kecil Egy, “Sekarang kamu pergi bermain dulu, ya.”

Egy menggenggam ujung baju Celine dengan tidak rela, “Tapi bibi, apakah kita masih harus pura-pura tidak kenal?”

“Iya.”

Egy pun cemberut. “...Baiklah.”

Celine memeluk Egy, “Ini semua karena bibi yang jahat... Bibi...”

Menggunakan tangannya yang kecil dan putih, Egy mencubit pipi Celine sambil berkata, “Bibi, bibi harus lebih banyak tertawa... Egy tahu...”

Ketika Egy akhirnya melihat senyum Celine, ia pun berkata: “Bibi, kalau begitu aku pergi bermain dulu, ya.”

Celine memandangi punggung Egy yang berlari keluar. Jelas-jelas matanya sudah digenangi air mata, tapi anak itu masih berusaha menghiburnya.

Selama ini, belum pernah Celine begitu membenci kelemahannya. Kalau bisa, ia lebih memilih agar Egy tidak berpikiran begitu bijak seperti ini. Egy pantas untuk mendapatkan orangtua yang lebih bertanggung jawab.

Tapi, tentu saja tidak bisa.

Celine menghapus air mata dari sudut matanya. Ia menunggu hingga air matanya sudah benar-benar kering dan matanya sudah tidak begitu merah baru pergi keluar.

Ibu Laura bilang bahwa masih ada waktu setengah jam sebelum mereka harus kembali.

Celine berdiri di depan pintu dan memperhatikan sekumpulan anak-anak yang sedang bermain bersama.

Dalam kumpulan ini, Egy terlihat lebih kecil dan lemah dibanding anak-anak yang lain. Ketika ia sedang sibuk berlari kesana-kemari, seorang anak bertubuh tinggi dan besar menabrak bahunya sehingga Egy terjatuh.

Hati Celine langsung mencelos.

Ia tidak bisa menahan dirinya sendiri dan mengambil dua langkah besar untuk menghampiri Egy. Seorang wanita lain mendahuluinya dan menarik Egy keluar dari kumpulan anak-anak yang sedang berlari itu dan membawanya menepi.

Celine berlari menghampiri mereka.

Yang menolong Egy ternyata adalah seorang pelayan wanita yang secara tidak sengaja terkena lemparan buku Celine tadi.

Siku dan lutut Egy terluka dan mengeluarkan sedikit darah.

“Guru Wang, anak ini baru saja terjatuh. Tolong carikan dokter untuk memeriksanya.”

“Mari, ikut saya.”

Guru Wang menarik tangan Egy, “Apakah kamu bisa berjalan?”

Egy menjawab: “Iya!”

Ibu Laura dan Pengurus rumah Lin juga akhirnya sudah selesai merapihkan barang-barang, “Cherry, Nadia, ayo kita pergi.”

Celine mengucapkan sepatah kata “Baik”.

Ia kemudian pergi ke luar bersama Ibu Laura.

Ketika berada di pojok pintu gerbang panti asuhan, langkah Celine terhenti.

Ia melirik ke belakang dan melihat Egy sudah kembali bersama gurunya, berjalan dengan begitu perlahan.

Egy tidak menoleh.

Tapi Celine melihat Egy beberapa kali menoleh ke kanan dan ke kiri, dan beberapa kali pula Celine ingin membalikkan tubuhnya dan berjalan menghampiri Egy. Dengan berat hati, Celine pun memaksa dirinya untuk berjalan pergi.

Egy adalah putrinya, bagaimana mungkin ia tidak mengenali isi hati putrinya sendiri?

Egy juga tidak ingin Celine pergi, tapi Celine sudah memberitahunya satu kalimat itu—“Berpura-pura tetap tidak kenal”.

Karena harus bersikap seolah-olah tidak kenal, bagaimana mungkin Egy bisa tetap menghabiskan waktu dengan orang asing?

“Ayo naik mobil, Cherry. Kamu dan Nadia duduk di belakang.”

Celine memaksa pandangannya beralih dari Egy, kemudian masuk ke dalam mobil.

Di dalam mobil, Ibu Laura pun memperkenalkan Celine: “Celine, ini adalah Nadia Zhao. Sebelumnya aku tidak sempat memberitahumu karena kamu sedang kembali ke rumah.”

Nadia adalah pelayan yang begitu sigap membantu Egy tadi.

Celine mengangguk singkat, pandangannya terhadap Nadia membaik.

Tapi Nadia tidak mengacuhkannya dan memilih untuk menatap ke luar jendela mobil, diam seribu bahasa.

Tapi Celine tidak peduli.

Kini hanya ada Egy di dalam benaknya dan minatnya sudah menurun sejak keluar dari panti asuhan.

Ketika akhirnya sampai di rumah keluarga Glen, Celine hanya ingin segera beristirahat karena ia merasa kurang enak badan. Tapi tiba-tiba, seseorang menghampirinya.

“Tuan Muda meminta anda untuk menemuinya di ruang membaca.”

Celine tidak menjawab apapun dan menaiki anak tangga.

Tapi kali ini, tidak hanya ada satu orang saja di dalam ruang membaca itu.

Selain Glen, ada Arthur dan Liena Guan.

Ketika Celine melihat mereka, ia memutuskan untuk berdiri di samping pintu dan tidak menyapa mereka.

Suasana di antara ketiga orang ini terlihat begitu menyenangkan, membuat sebuah pikiran terbersit di benak Celine. Apabila Chatrine melihat situasi ini, raut wajahnya pasti akan menjadi begitu masam.

Glen memiringkan kepalanya dan memperhatikan Liena Guan yang dengan sepenuh hati sedang mengajari Arthur, sedangkan Liena Guan juga mencuri-curi pandang terhadap Glen.

Arthur menggambar sebuah matahari besar di atas selembar kertas dan memperlihatkannya pada Liena Guan. Liena Guan membubuhkan sebuah stampel berbentuk bunga berwarna merah di kertas itu dan berkata, “Sangat bagus. Coba tunjukkan pada ayah.”

Arthur menunjukkan kertas itu pada Glen seperti memperlihatkan sebuah harta karun.

Melihat alis Arthur, Celine kembali teringat pada Egy.

Arthur dan Egy sama-sama seumuran, tapi Arthur bisa tinggal di dalam rumah yang hangat. Sedangkan Egy harus tinggal terpisah dari Celine dan ia bahkan tidak bisa menelepon putri kecilnya.

Pikiran itu terlintas di benak Celine saat melihat pemandangan di hadapannya. Ia juga melihat senyum yang terulas di wajah tampan Glen dan merasa bahwa senyum itu terlihat canggung.

Glen mengusap kepala kecil Arthur dan berkata, “Ayah akan keluar dulu sebentar. Kamu tetap di sini dan belajar dengan guru Guan, ya.”

Arthur langsung mengangguk-angguk.

Liena Guan menatap Glen yang beranjak pergi, sebersit kesedihan terpancar dari matanya.

Liena Guan bangkit berdiri untuk mengantarkan Glen keluar, namun Glen mengibaskan tangannya, “Nona Guan tidak perlu bersikap terlalu sopan seperti itu.”

Celine pun berjalan menghampiri Glen dan mendorong pria itu untuk berjalan keluar.

“Kembali ke kamar.”

Begitu kembali ke kamar tidur, Celine membantu Glen berbaring di atas kasur. Ia baru saja akan memijat Glen ketika pria itu menyelanya.

“Tuangkan ini di tanganmu.”

Celine menatap sebotol minyak pijat yang diberikan Glen padanya.

Ketika tutup botol itu dibuka, harum obat-obatan cina dengan segera menyeruak.

Celine menatap Glen dengan bingung, “Tapi, bagaimana caranya menggunakan ini untuk memijat?”

Tatapan Glen berubah menjadi dingin, “Kamu baru saja keluar sebentar dan otakmu sudah menjadi adonan?”

“Tapi celanamu masih...”

Kalimat Celine terputus di tengah jalan dan tiba-tiba pandangannya merendah.

Tentu saja ia tidak bisa memijat Glen menggunakan minyak obat tanpa menurunkan celananya terlebih dahulu.

Ketika Glen menatap ekspresi Celine, ia menyadari bahwa gadis itu akhirnya mengerti maksudnya. Sepasang tangan Celine sudah terletak di sisi tubuhnya dan Glen berkata, “Kalau begitu mulai saja. Suhu pendingin ruangan juga sudah diatur.”

“Baiklah.”

Tangan Celine yang menekan botol minyak itu sedikit bergetar.

“Kamu tidak bisa membuka ikat pinggangku?” tanya Glen sambil menatap Celine.

Celine menggelengkan kepalanya segera, “Tidak.”

Hari ini, Glen berpakaian dengan sangat baik. Tubuh bagian atasnya dibalut oleh kemeja putih, sedangkan bagian bawahnya dibalut oleh celana panjang berwarna hitam. Kemeja putih itu diikat oleh seutas ikat pinggang, membuatnya terlihat keren.

Tangan Celine bergetar saat berusaha untuk membuka ikat pinggang Glen.

Claak!, suara ikat pinggang Glen sudah terbuka.

Suara itu bergaung memenuhi penjuru ruangan yang hening.

Celine menutup kedua matanya, ia belum pernah melihat tubuh Glen sebelumnya. Bahkan ketika Glen dirawat di rumah sakit, Celine juga tidak melihat tubuhnya karena saat itu Glen sedang lumpuh.

Dengan satu sentakan kuat, Celine menarik turun celana Glen dan melihat sepasang kaki Glen yang ramping dan kekar.

Novel Terkait

Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu