Antara Dendam Dan Cinta - Bab 139 Menyebutnya Memuakkan

“Hari ini aku akan tinggal di tempatmu, ayo jalan. Kalian juga masing-masing pulang saja, masalahnya kan sudah dibicarakan dengan jelas.” Saat Herman lewat di samping Fera, ia menghentikan langkahnya sejenak, “Fera, sifatmu yang seperti ini harus diubah. Kalau setelah bersemedi di kuil selama setahun masih belum berubah, sebaiknya lanjutkan saja semedimu.”

Wajah Fera dalam sekejap langsung menjadi pucat pasi.

Leon sepertinya tidak mempedulikan apa yang terjadi di sekitarnya. Ia menarik tangannya, mengambil sehelai handuk basah, dan mengelap minyak bunga Safflower yang ada di telapak tangannya. Ia lalu berkata tanpa ekspresi: “Besok datang lagi kepadaku. Setiap hari harus dipijat dua kali. Terkilirmu ini parah sekali, paling tidak harus dirawat selama satu minggu.”

Celine menganggukkan kepalanya.

Celine bertopang pada dinding untuk bangkit berdiri. Ia menggerakkan pergelangan kakinya sedikit dan merasa sudah merasa lebih baik.

Kemampuan Leon benar-benar hebat.

“Terima kasih, Dokter Leon.”

Dokter Leon mengangkat tangannya dan mengelus pelan kepala Celine, “Tidak perlu ada terima kasih diantara kita.”

Celine terdiam.

Dokter Leon mengelus kepalanya?

Bukankah pria itu baru saja mengatakan sepatah kata untuk memutuskan hubungan mereka ketika di depan vila? Apakah ini berarti Leon sudah mau berbaikan dengannya?

“Glen, apakah kau sudah mau pulang?”

Ucapan Melly membuat pikiran Celine kembali fokus.

Pandangan Celine pun berpapasan dengan tatapan dingin yang menusuk tulang dari sepasang mata Glen. Glen kemudian membuang tatapannya dan berbicara beberapa patah kata dengan Melly. Pria itu lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar.

“Tuan muda.”

Celine bergegas mengejar, tapi Fera menahannya di depan pintu.

“Bibi kedua, ada masalah apa?”

Amarah Fera kembali meledak tatkala melihat pandangan tidak berdosa Celine.

Awalnya, Fera sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin. Dengan cara ini, Celine dapat dimanfaatkan untuk menekan semangat juang Melly. Ternyata hasilnya malah lebih baik. Ia mendapatkan perlindungan dari Herman, dan walaupun ia meremehkan Suzy murahan itu, ternyata wanita ia bisa merebut Herman dari Melly.

“Apa kamu tidak tahu alasan aku mencarimu?!” Fera berujar dengan penuh kebencian, “Tutup rapat mulutmu itu! kalau sampai kau berani bicara satu huruf saja aku akan langsung membunuhmu!”

Celine pun tertawa.

“Bibi kedua, dengan apa kau mengancamku?”

Pertanyaan itu membuat Fera tercenung, “Apa?”

“Sekarang sudah tidak ada rahasiaku lagi di tanganmu. Kalau pun ada, kau hanya akan menyeret Dokter Leon ke dalam masalah jika kau mengatakannya. Aku rasa hanya orang yang tidak punya otak yang akan melakukan hal seperti ini, dan kau tidak mungkin melakukannya,” Ujung bibir Celine menyunggingkan seulas senyum, “Tapi tidak denganku. Aku menggenggam banyak sekali rahasia yang kau sembunyikan, rahasia-rahasia yang kau sangat takut untuk diketahui orang lain. Sepertinya ini cukup bagiku untuk mengancammu.”

“Kamu...” Fera sudah terbakar amarah, “Dasar brengsek! Berani-beraninya kau mengancamku!”

“Saat ini, aku tidak bermaksud untuk mengancammu,” ujar Celine, “Bibi kedua, bagaimana kalau kita membuat perjanjian untuk sementara waktu?”

Saat ini, Fera benar-benar ingin menghabisi Celine, kemudian meminum habis darahnya dan memakan dagingnya hingga tidak bersisa. Fera pun menggertakkan giginya, “Katakan!”

Celine berujar dengan dengan pelan dan santai: “Kamu tidak mengancamku, maka aku pun tidak akan mengancammu. Bagaimana kalau kita anggap saja tidak ada hubungan diantara kita berdua?”

Fera tidak mengucapkan apapun.

Celine lalu melanjutkan: ”Kalau tidak, kita berdua tidak akan dapat apa-apa. Saat waktunya tiba nanti, bukankah hal ini justru akan menguntungkan bibi ketiga?”

Begitu mendengar nama Suzy, segenap dada Fera disesaki oleh api yang membara.

“Baiklah! Tapi aku ada satu syarat,” Fera menyipitkan matanya, “Kau tidak boleh berbicara sembarangan di depan Leon.”

Celine menaikkan alisnya, “Baik.”

Celine lalu beranjak pergi dari bangunan utama, tapi ia tidak menemukan Glen di sepanjang jalan.

Apakah jangan-jangan Glen sudah pulang?

Kalau begitu hari ini tidak ada cara untuk memuaskan rasa candunya terhadap Glen.

Celine sedang berjalan dengan pelan dan timpang ketika tiba-tiba sesosok bayangan keluar dari rimbunan semak-semak di sampingnya.

“AH!”

Celine sangat terkejut dan berteriak kencang. Tapi mulutnya dibekap oleh orang lain dan ia langsung ditekan di sebuah batang pinus besar, punggungnya tersekap.

“Tuan muda?”

Walaupun lampu penerangan sangat remang, tapi Celine bisa mencium aroma khas Glen yang sudah ia kenal baik.

Glen dikelilingi oleh segerumul bayangan hitam pengawal, kedua bola matanya bersinar merah menyala.

Dagu Celine didongakkan dengan kasar oleh pria itu, “Aku tidak menyangka kau masih memiliki kemampuan seperti ini. Di sini kau bergantung padaku, sedangkan di sana kau langsung berlari ke arah Leon kekasih gelapmu dan bermabuk cinta?”

Celine benar-benar termangu.

Kekasih gelap?

Mabuk cinta?

Sejak kapan kata-kata ini mewarnai hubungannya dan Leon?

Satu-satunya tindakan Leon yang melanggar batas adalah dengan menciumnya di klub malam. Tapi itupun sudah disadarkan oleh Glen dengan cara memukul Leon.

Sorot mata Celine yang begitu jernih dan polos langsung membuat gelora marah Glen terpicu dalam waktu singkat.

Glen menekan dagu Celine dengan kasar dan mendekatkan wajahnya. Ia lalu menggertakkan giginya dan berujar: “Kau benar-benar tidak tahu malu! Kalau sudah memilihku, seharusnya kau baik-baik saja mengikutiku. Aku, Glen, tidak akan memperlakukanmu dengan buruk. Hubungamu dengan Leon sekarang... Benar-benar membuatku muak!”

Celine didorong dengan kasar oleh Glen, pergelangan kakinya yang sakit membuat Celine tidak bisa berdiri dengan tegap. Celine hanya menatap Glen dari belakang.

Sedikit sorot kosong terpercik dari mata wanita itu.

Muak...

Ini bukan pertama kalinya ia mendengar kata ini dari mulut Glen.

Celine teringat kejadian tiga tahun lalu, saat Felicia melompat dari gedung dan meninggal. Semua kesalahan pun dibebankan kepadanya. Glen melempar dirinya ke tanah layaknya membuang sehelai kain bekas gembel dan mengatakan bahwa ia membuatnya merasa muak.

Ternyata, semuanya masih tetap sama dan tidak ada yang berubah. Tidak peduli nasib diputar bagaimana pun juga, tidak peduli kapanpun itu, tidak peduli ia mengubah namanya bahkan mengubah jati dirinya.

Glen berjalan maju dua langkah. Celine tidak memohon padanya, bahkan tidak membuka mulut untuk memanggilnya.

Glen pun dengan mudahnya tidak mempedulikan Celine lagi dan langsung kembali ke vila.

Di dalam ruang tamu, Nyonya muda Chatrine yang terlihat sangat gelisah dengan segera menyambut Glen begitu melihat pria itu sudah pulang, “Glen, bagaimana? Bagaimana dengan Cherry?”

Ia melihat ke belakang tubuh Glen dan tidak melihat ada orang lain yang mengikuti pria itu.

“Sudah mati!”

Glen hanya mengucapkankan dua patah kata, lalu melangkah besar-besar menaiki anak tangga.

Nyonya muda Chatrine pun terpaku. Sudah mati?

Kalau pelayan wanita itu benar-benar mati, maka segala masalah yang akan terjadi di kemudian hari pun akan hilang!

Ia dengan segera ingin berjalan keluar, namun Seno menahannya.

“Nyonya muda, identitas anda tidak boleh diketahui.”

Nyonya muda Chatrine merasa perkataan Seno masuk akal, “Kalau begitu kamu pergilah. Cari tahu yang jelas.”

“Baik.”

Seno menemukan Celine di bawah pohon pinus.

Celine sedang memeluk lututnya dan duduk termenung di atas tanah. Ia melihat telapak tangannya sendiri yang terdapat jejak darah karena tertusuk buah pinus di tanah, sedangkan sinar matanya kosong.

Novel Terkait

Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu