Antara Dendam Dan Cinta - Bab 183 Diambang Kematian

Dinginnya air sungai merasuk kedalam tulang.

Celine dibuang kedalam sungai, ombak sungai menelan tubuhnya yang kurus masuk terbawa ombak.

Dia sudah bersiap dari dulu.

Saat tenggelam didalam air, dia mengambil napas dalam-dalam, lalu berhenti bernapas!

Beratnya bobot karung berisi batu besar itu membuatnya semakin tenggelam ke dasar, terjangan ombak sungai itu seperti membuat otak Celine kacau.

Saat mengembalikan pandangan, dia buru-buru menggunakan pisau kecil yang disembunyikan di telapak tangannya untuk memotong tali yang mengikat tubuhnya.

Pisau ini dia pungut saat dia berada di pembuangan sampah dan saat itu Calvin tidak sedang memperhatikannya.

Pisau itu sangat tajam hingga membuat telapak tangannya tergores, tetapi dia justru tidak merasakan rasa sakit sedikit pun.

Harapan selamat saat itu sudah sampai titik puncak.

Celine membuka ikatan tangannya dan menggunakan pisau itu untuk memotong tali yang tersambung dengan karung yang berisi batu itu, lalu dia berenang keluar.

Saat itu, saat Chatrine menanyakan dia bisa berenang atau tidak, dia menjawab: tidak bisa.

Dia sedang mewakilinya dirinya sendiri untuk menyimpan jalan keluar.

Sesuai dugaannya, Chatrine ternyata memilih jalan seperti ini.

Celine berenang menuju hulu sungai.

Orang suruhan Chatrine pasti sedang mencarinya di hilir sungai, jadi dia hanya bisa berenang ke hilir sungai untuk menghindari mereka.

Pada waktu musim dingin akhir, dinginnya air sungai seperti dinginnya es batu, hingga membuat seluruh tubuhnya menggigil kedinginan.

Arus air sungai begitu deras, dinginnya menusuk tulang, Celine sudah tidak sanggup menahannya lagi.

Kakinya sedikit kram, kepalanya keluar dari dalam sungai untuk mengambil napas.

Di tengah kegelapan malam, dia melihat di pinggir sungai ada orang yang sedang berjalan.

Cepat ikuti segera, Celine mendengar suara: “Dia disana!”

Pikiran Celine langsung kacau.

Apa mungkin Chatrine menyadarinya?

Tidak mungkin!

Dia bagaimana mungkin bisa menyadarinya secepat ini, dia sudah memikirkan rencana ini dari awal hingga akhir, tidak mungkin akan terbongkar, kecuali ada…….

Seno!

Apa mungkin itu Seno………..

Dia tidak berani berpikir.

Dia hanya sekuat tenaga berenang, tetapi kakinya yang kram pada akhirnya membuatnya terbawa arus sungai, tangannya berayun di permukaan sungai, dan akhirnya tenggelam.

Bloom, bloom (suara orang terjun ke sungai)

2x suara orang terjun ke sungai, ada 2 orang yang sudah terjun kedalam sungai, mereka perlahan berenang ke dasar sungai untuk menarik badan Celine yang tenggelam lalu mereka berenang kembali ke tepi sungai.

“Cherry? Cherry!”

Seno memukul wajah Celine yang pucat.

Celine justru seperti tidak bernapas, matanya menutup dengan erat, bulu matanya yang panjang menutupi kelopak matanya.

Dia sudah meninggal?

Apakah dia datang terlambat?

Bagaimana mungkin!

Dia memiliki daya tahan tubuh yang kuat, tidak mungkin meninggal, dan tidak mungkin bisa meninggal!

“Ketua, kasih napas buatan!”

Anak muda yang bertubuh pendek di belakangnya mengingatkannya.

Barulah Seno teringat akan hal itu, dia menekan dada Celine, menekannya sebanyak 3x, lalu membuka mulut Celine dan memberinya napas buatan.

Bibir Seno menyentuh bibir Celine yang lembut dan berwarna pink kemerahan itu, bibirnya lembab dan lembut.

Pikirannya tiba-tiba terhentak seketika.

Dia demi dirinya sendiri melakukan tindakan itu tiba-tiba pikiran baharinya semakin meningkat dan dia merasa malu!

Saat itu adalah saat yang sangat genting untuk menyelamatkannya, dia kenapa masih punya pikiran yang ambigu seperti itu!

Dia menahan napas, berkali-kali menekannya dan melakukan napas buatan……

“Wuft….”

Celine memuntahkan air dari dalam mulutnya.

Dia samar-samar membuka matanya.

Saat melihat sinar lampu dari kejauhan, Celine melihat sosok pria di depannya dengan samar, tiba-tiba membuka mulutnya yang pucat pasi.

“Kak Seno…..”

Seluruh tubuh Seno juga basah kuyup, rambutnya yang pendek menempel pada dahinya, matanya terlihat panik, dia buru-buru menganggukkan kepala, “Ini aku! kamu baik-baik saja kan?”

“Baguslah……”

Celine tersenyum, tenggelam dalam kegelapan.

Baguslah.

Seno tidak menipu dia.

Dia masih berpihak padanya.

……………..

Menunggu Celine siuman, sudah 1 hari lebih.

Dia membuka mata, dia menatap langit-langit, seketika lupa hari.

Dia perlahan-lahan sadar, ingatan dalam otaknya yang kemasukan air pun perlahan-lahan kembali, dia menutup mata.

Dia harus diselamatkan.

Celine menggunakan tangannya untuk bangun dari kasur, dia membuka selimut bersiap untuk turun dari kasur.

Tetapi badannya terasa seperti memikul beban yang sangat berat hingga kakinya yang baru saja menginjak lantai tiba-tiba sempoyongan dan tergeletak di lantai.

Pintunya terbuka dari luar, terdengar suara yang begitu dingin.

“Ha, kamu kenapa turun dari kasur?!”

Anak muda itu memapah Celine untuk bangkit.

Celine melihatnya dengan saksama, wajahnya sangat tampan, diantara alis dan matanya sepertinya ada beberapa bagian yang mirip dengan Seno, perbedaannya adalah anak muda ini terlihat lebih berkarisma, dia tidak seperti Seno yang begitu kolot.

“Kamu masih perlu beristirahat, apa kamu bangun karena ingin minum? aku akan ambilkan air untukmu.”

Anak muda itu memapah Celine hingga kembali berbaring di kasur dan menutupkan selimut untuknya, lalu dia langsung mengambil air di meja, Celine masih terus mengamatinya sampai dia menengok ke arah Celine, dia menggaruk rambutnya, barulah tersadarkan, “Aku lupa memperkenalkan diri, namaku Sam, Seno adalah kakakku.”

“Kakak kandung?”

Celine berkata dengan suara yang serak dan mendesis.

“Iya, satu ibu dan ayah.” senyumannya sangat menarik, “Kamu minum air dulu saja.”

Celine sekarang mengerti.

Tidak heran jika alis dan mata anak muda ini terlihat sedikit mirip dengan Seno.

Dia meminum 2x tegukan air untuk melegakan tenggorokannya, barulah dia merasa kalau suaranya tidak begitu serak dan tidak enak didengar.

“Lalu kakakmu kemana?”

“Keluarga Glen sedang kacau, dia masih perlu melapor ke Nona Muda,” ucap Sam sambil melihat Celine yang seperti sedang curiga, “Ini rumahku.”

Celine menganggukkan kepala, “Terimakasih.”

Pikirannya masih terasa sedikit berat, dia tetap memaksakan diri untuk bertanya pada Sam mengenai masalah yang terjadi seharian ini.

Sam saat berbicara suaranya sangat merdu dan berirama seperti sedang mendongeng.

Novel Terkait

Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu