Antara Dendam Dan Cinta - Bab 174 Malam Terakhir

Seno tahu jika itu Celine.

Tetapi didalam lubuk hatinya, dia tidak membongkar kejadian itu, dan dia tidak ingin mengatakannya pada orang lain.

Hingga sampai hari ini, Celine memberitahu dia kenyataan yang sebenarnya melalui mulutnya sendiri.

Saat pukul 11.30 malam, Seno sudah berada di luar dan membubarkan semua penjaga, menyuruh mereka pergi ke belakang rumah untuk berjaga, hanya dia seorang diri yang menjaga bagian depan rumah, dan jalan satu-satunya orang keluar dari dalam rumah hanya dari depan rumah.

Didalam hatinya ada secercah harapan.

Mungkin Celine hanya sedang memikirkan hal yang aneh saja, jika memang benar terjadi juga tidak mungkin tidak keluar.

Hingga pukul 12.10 malam, tiba-tiba ada sosok hitam kurus kecil berlari keluar dari dalam rumah.

Celine bertatap muka dengan Seno, topi hitam berbulu di kepalanya, wajahnya yang putih seperti salju memancarkan sinar.

“Kak Seno, aku mohon padamu.”

Dia menundukkan badan menandakan rasa terima kasihnya kepada Seno, lalu dia berlari ke arah gedung utama.

Seno berdiri sendirian beberapa puluh menit di tengah angin malam, suhu tubuhnya sudah menggigil kedinginan terkena angin malam yang dingin.

Dia pikir Celine hanya bercanda, atau saat itu pikiran Celine sedang kacau, sehingga dia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang seperti ini.

Tetapi barusan dia melihat mata Celine mengeluarkan cahaya, cahaya itu sangat terang dan membuat orang tersentuh seperti cahaya lampu yang mampu menerangi jalan dalam kegelapan malam.

Dia baru tahu kalau Celine sangat bersungguh-sungguh melakukannya.

Meskipun dia tidak tahu sebenarnya Celine sedang melakukan rencana apa, tetapi dia tahu jika dia harus membantunya.

Tidak peduli dia melakukan apa.

Seno hanya berpikir seperti itu, dia naik ke lantai 2, berjalan sampai depan pintu kamar Chatrine, lalu mengetuk pintu, “Nyonya Muda, apakah anda sudah beristirahat?”

Chatrine berjalan sambil mengenakan jubah baju tidur, “Ada apa?”

Seno dengan jelas berkata: “Rencana anda untuk memancing penjahat itu keluar, sekarang berhasil terkuak.”

……………………………

Celine berlari melewati jalan gedung utama.

Kamar Glen masih belum pindah, bahkan balkonnya pun masih belum dikunci, sepertinya dia sudah menunggu kedatangan Celine.

Celine memanjat balkon, lalu membuka pintu.

Baru saja masuk kedalam kamar, tiba-tiba ada sosok hitam menekan tubuhnya ke dinding.

Hufft…….

Celine tidak sempat mengambil napas, dia merasakan kehangatan telapak tangan yang sedang memegang jaketnya, memegang dadanya dan menyentuhnya dengan lembut.

“Dasar bodoh, ini sudah berapa hari? kamu membuatku rindu setengah mati.”

Glen memegang bahu Celine dan memeluknya di atas kasur, tubuhnya yang kekar menekan tubuh Celine, membuka kaki Celine, lalu tangannya mengambil kondom yang ada di bagian atas kasur.

Tatapan Celine silau melihat cahaya warna kondom itu bersinar di cahaya malam.

Dia langsung menyentuh leher Glen, kakinya mendekap pinggang dan tubuh Glen yang kekar, lalu dengan sengaja mengelus bagian yang lembut itu.

Saat itu juga lelaki itu kehilangan kendali, kondom yang baru dia sobek setengah itu jatuh ke bawah kasur.

Dia menggigit telinga Celine, “Sayang, kamu sudah basah.”

Wajah Celine memerah, dia menggerakkan pinggangnya yang ramping masuk kedalam celah kaki Glen.

Pria itu menindihi tubuhnya, Celine mendekap leher lelaki itu, kedua matanya memandang lampu tidur klasik yang berada di samping ranjang.

Saat dia merasakan kehangatan yang mengalir dalam tubuhnya, dia menutup mata, pojok matanya meneteskan air mata.

Saat Glen ingin memeluknya untuk mandi bersama, Celine justru menolak sambil memegang dadanya.

Dia bersikap manja memeluk bahu Glen, “Tidak, tunggu sebentar, aku sangat lelah.”

Glen mengelus wajah Celine, “Dulu siapa yang bilang kalau didekat itu sangat tidak enak, sekarang malah tidak mau lepas.”

“Huufftt………”

Celine bergumam kesakitan.

“Kenapa? apanya yang sakit?”

Glen merasa ada yang tidak beres.

Glen menyalakan lampu, matanya melihat setengah wajah Celine memar merah, raut wajahnya seketika berubah sinis, “Ini kenapa? siapa yang menamparmu? Chatrine yang menamparmu?”

Celine menggelengkan kepala, lalu dia menutupi wajahnya dengan tangannya sendiri, “Bukan, ini tidak ada hubungannya dengan Nyonya Muda.”

Tangannya tidak begitu ketat menutupi wajahnya, Glen melihat tangan Celine yang memar merah.

Dia langsung menyentuh tangan Celine, “Lalu ini kenapa lagi? kamu bagaimana melakukannya?”

Celine menundukkan kepala, “Ini karena waktu aku bekerja tidak berhati-hati menabrak dinding.”

“Kamu tidak mau mengatakannya dengan jujur kepadaku? apa kamu sebodoh itu sampai menabrak dinding dengan tangan?” Glen mengelus tangan Celine, “Luka ini terlihat bekas diinjak orang, kasih tahu aku, siapa yang melakukannya?”

Celine memalingkan kepalanya, lalu menarik tangannya dari genggaman Glen, dia menundukkan kepala sambil berkata: “Tuan, anda jangan menanyakannya lagi.”

Glen mengedipkan mata.

Wanita yang berada di sisinya ini yang barusan diciumnya telah dirusak kecantikannya, ini adalah pertama kalinya dia merasakan hal yang gila karena wanita, tetapi sekarang malah……….

Dia langsung mendekap Celine kedalam pelukannya.

“Aku bisa memberikanmu sebuah status, kamu nantinya akan terhormat berdiri di sampingku.”

Celine menempel ke dada Glen, mendengar detak jantung Glen yang terus berdetak, tangannya mengelus kulit Glen, “Kalau begitu nanti saat aku ingin bertemu denganmu, aku tidak perlu memanjat jendela kan?”

“Tidak perlu, kamu kapanpun bisa menemuiku.”

Mata dan wajah Celine layu.

Lalu berakhir sampai disini.

Celine bersikeras tidak akan mengatakannya, dia hanya bisa mengatakan kedudukan orang itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan Chatrine, dan sulit untuk melawannya.

Biarpun dia tidak mengatakannya, Glen juga pasti akan menyelidikinya.

Dia tidak tahu perbuatannya hari ini bisa membuat Glen demi dia sampai melakukan hal apa.

Jika masalahnya mendesak, dia hanya bisa bertahan sampai langkah ini.

Bulu matanya yang lentik seperti kipas itu menempel di depan dada Glen, membuat alat vital si pria itu bergerak ke arah bawah perut, lalu pria itu menindihi tubuh Celine, dan mereka melakukan hubungan intim sekali lagi.

Glen merasa malam ini Celine sedikit berbeda.

Malam ini dia seperti sangat suka menempel pada tubuhnya dan memeluknya sangat erat, dia merasa nyaman dan ketagihan berada di sisi Glen, kelakuannya itu membuat Glen sangat menikmatinya.

Keduanya tidak tidur semalaman.

Hingga sampai pukul 4 pagi lebih, Celine yang hanya mandi asal basah langsung keluar dari kamar mandi, dia menundukkan kepala, “Tuan, kalau begitu aku pergi dulu.”

Novel Terkait

Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu