Antara Dendam Dan Cinta - Bab 83 Memberikan Kejutan Untukmu

Celine tidak ada maksud jahat, justru menghadapinya dengan senyuman.

Laura telah pulih dari bayangan Tiara dibawa keluar oleh orang dari rumah sakit jiwa, ia menaruh senyuman yang besar di wajahnya, bahkan ia bisa membicarakannya bersama Cynthia.

Selain Nadia Zhao yang bersikap dingin terhadap orang-orang, seperti wajah Cynthia, Nadia Zhao menganggap lawan bicaranya tidak ada.

Laura berkata: “kamu jangan pergi menjilat orang lagi, dia memang seperti itu orangnya, terhadap siapa pun selalu bersikap dingin.”

Celine justru tidak merasa seperti itu.

Dia teringat saat di panti asuhan, Egy terjatuh saat melempar kantong pasir, Nadia Zhao berlari mengangkat anak yang jatuh itu.

Bahkan beberapa hari yang lalu, dua hari yang lalu saat dirinya panas tinggi, tetapi masih sadar, di sampingnya selain ada dokter Leon, juga masih ada Nadia Zhao.

Terlebih lagi saat dia sudah sadar, dia dapat melihat senyuman dari wajah Nadia Zhao.

Dengan begitu, Celine dapat menjalani dua hari itu dengan tenang, Glen tidak memintanya untuk melayani dia, dia juga tidak pergi mencari Leon lagi.

Berada di dalam kondisi stabil seperti ini sungguh nyaman.

Terkadang jika masih ada waktu luang dia masih bisa memikirkan Egy.

Tetapi, satu panggilan merusak suasananya.

Celine menerima panggilan masuk dari Peter.

Dia melihat layar HP-nya, seperti dari mimpi indah dan dipindahkan ke neraka, seketika matanya yang jernih juga berubah.

Dia mengangkat teleponnya.

“Pengacara Peter.”

“Nona Celine, bagaimana kabarmu belakangan ini?”

Celine tersenyum, “Pengacara Peter bukankah kamu sudah tahu, untuk apa bertanya? Aku yakin kamu pasti sudah mengetahui apa yang terjadi padaku di sini.”

“Nona Celine, aku tahu kamu sudah banyak menderita, jadi aku akan memberikan kejutan untukmu.

Ucapan Peter ini entah bisa dipercaya atau tidak, kata ”kejutan” ini tidak membuat perasaan Celine bahagia.

“Aku tidak perlu, tolong beritahu tuan, aku…”

“Nona Celine,” Peter masih dengan suaranya yang tenang, “aku hanya sebagai penengah, aku bisa menyampaikan apa yang kamu mau, tetapi apakah kamu sudah berpikir, kamu benar-benar ingin aku menyampaikannya?”

Ucapan Peter seperti menyiram air es ke kepalanya.

Ini adalah peringatan Peter kepadanya.

Apa yang dapat diucapkan, dan apa yang tidak seharusnya diucapkan.

Pada akhirnya, Celine berkata: “Baiklah, bisakah beritahu aku waktu kejutannya? Agar aku bisa bersiap.”

“jika mengetahui waktu, apakah masih bisa disebut kejutan?” tawa Peter, “kamu hanya perlu percaya, ini adalah kejutan, bukan ancaman, itu sudah cukup.”

Telepon ini, membuat hati Celine khawatir sepanjang hari, hanya saat Glen memanggilnya ke atas.

“Tuan muda.”

Celine sampai di ruang membaca, Glen duduk di belakang mejanya yang besar, Misha berdiri di sebelahnya.

Glen melihatnya, “sepertinya kondisimu sudah mendingan?”

“berkat bantuan tuan muda.”

Glen menghela napas, “aku lihat dari mukamu, sama sekali tidak ada tanda berterima kasih.”

Celine menundukkan kepalanya, “tidak berani.”

Glen melihat muka Celine yang sangat patuh, otaknya terpikirkan gadis yang berdiri dengan tegap di depan kuburan.

Jelas – jelas mempunyai wajah yang mirip, tetapi kepribadian justru berbeda sangat jauh.

Glen mengedipkan matanya, “Karena kamu sangat patuh kepadaku, apa yang aku perintah, akan kamu lakukan?”

Celine menganggukkan kepalanya: “Tuan muda adalah tuanku.”

Setelah Glen mendengar kalimatnya, hatinya merasa tergerak.

Dia tertawa dingin, menunjuk kea rah jendela, “jikalau aku memintamu lompat dari sini?”

“Maka aku juga akan lompat.”

“benarkah?” muka Glen seperti siap menonton pertunjukan, mengangkat gelas yang ada di meja, dengan suara ringan, “kalau begitu lompatlah.”

Misha yang ada di sebelahnya sangat terkejut.

Sikap Glen yang selalu stabil, tetapi sekarang….

Setiap dia kehilangan akal sehatnya, pasti karena pembantu ini.

Dia mau tidak mau melihat pembantu ini dari atas ke bawah, tubuhnya yang kecil, mukanya yang bersih, sepasang matanya yang hitam.

Tidak ada yang terlihat aneh, mana mungkin dia mempunyai kemampuan untuk menarik perhatian Glen?

Saat seperti ini, Celine melakukan satu gerakan yang membuat semua orang terkejut.

Dia memutar badannya dan menghadap ke arah jendela.

Jendela di ruang membaca sangat besar, ia mendorongnya, angin dari luar berhembus ke dalam, seketika membuat suhu di ruangan ikut menurun.

Celine memegang pinggiran jendela, mengangkat salah satu kakinya.

Mata Glen terlihat depresi, dia memutar roda kursi rodanya menuju kesana, memegang pundak Celine, “kamu benar – benar ingin mati?”

“Tidak ingin.” Celine terduduk di pinggiran jendela, dengan juju ria menggelengkan kepalanya.

“Jika begitu kamu masih mau lompat ?!”

Glen merasa denyut nadinya berdetak kencang.

“Tuan muda yang meminta aku melompat.” Celine menjelaskannya dengan tenang, “aku sudah bilang akan mendengar kata tuan muda, tidak mungkin aku berkata di depan, lalu membohongi diriku sendiri kan?”

Dia tersenyum, “lagipula ini adalah lantai dua, di bawah banyak rerumputan, jikalau aku lompat juga tidak akan mati, saat aku memanjat pohon di desa, melompat dari pohon setinggi 7-8meter saja tidak apa - apa”

Glen terdiam melihatnya.

Matanya terlalu jernih, membuatnya tidak dapat melihat hal lain.

“Kamu turun dulu.”

Glen menahan pergelangan tangan Celine, lalu mundur kearah belakang,

Celine memegang pinggiran jendela, ingin turun dari jendela, matanya melirik ke arah laki – laki yang berjarak 1 meter darinya, kakinya terpleset menginjak pinggiran jendela.

Muka Glen menciut, segera ia berdiri dari kursi rodanya, dan dengan segera ia menarik tangan Celine, dengan keras terjatuh ke atas kursi roda.

Celine terkejut seakan rohnya melayang, bicara seakan kehabian napas,”terima. Terima kasih tuan muda…”

Misha segera datang menghampiri, “Tuan muda, kamu… lututmu sudah sembuh?!”

Glen selama ini sedang berpura – pura, jika dilihat, selain Celine, bahkan Misha saja tidak tahu.

“Iya, sudah sembuh.”

Glen menopang Celine ke sebelah.

Celine mengangkat karpet yang ada di lantai, menutupi lutut Glen dengan karpet, berdiam dan berdiri di sebelahnya.

Glen melihatnya sekilas, lalu melihat ke arah Misha.

“Masalah kaki ku yang sudah sembuh jangan beritahu nyonya dan tuan besar dahulu.”

Misha menjawabnya setuju.

Glen memutar kursi rodanya ke arah meja, berkata kepada Misha: “Minggu depan adalah acara ulang tahun tuan besar, kamu pergi membantu, liat apakah yang dapat dilakukan untuk membantu pengurus rumah Lin.”

“Baik.”

“Ajaklah Cherry bersamamu,” Glen melihat ke arah Cherry, “kamu ikut sekretaris Misha, bantulah dia, apakah kamu mengerti?”

Celine segera maju ke depan, “Baik.”

Glen terlihat kelelahan, memijat dahinya, “kalian keluarlah.”

Celine mengikuti Misha dari arah belakang, Misha menutup pintu ruang belajar, dengan tatapan matanya yang tajam menatap Celine.

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu