Antara Dendam Dan Cinta - Bab 186 Setiap Orang Memiliki Niat Jahat Dalam Hati

Awalnya Fera bisa saja menduduki jabatan ini, dan memiliki banyak pertikaian dengan Melly.

Seperti dia yang memenangkan pertikaian ini.

Sedangkan yang kalah, mereka sama seperti pelayan yang mati, tidak tahu kemana abunya berserakan.

Raut Melly tidak berubah, ia masih tertawa dan berkata, “terima kasih atas pujiannya.”

“Ah, aku hanya mengatakan yang sebenarnya, tidak heran itu adalah menantu dan mertua.” Fera menahan suaranya dan tertawa, “warna hijau itu berawal dari warna biru, dan tetap biru lah yang lebih unggul.”

…………

Ditengah Keluarga Glen yang menyembunyikan sebilah pisau, jauh dari kota ini, di sebuah apartment lainnya, tiga orang sedang duduk melingkar di sebuah meja makan.

Diatas meja terhidang enam lauk makanan dan satu sup, disisi lainnya, terdapat sebuah botol arak putih, dan di dalam gelas arak ada cairan arak bening didalamnya.

Celine berinisiatif mengambil gelas arak tersebut, “Kakak Seno, Sam, aku disini untuk berterimakasih pada kalian, hanya perlu aku hidup sehari, aku akan selalu mengingat kebaikan kalian padaku!”

Ia mengangkat gelas dan langsung meminumnya dalam satu tegukan.

Seno dan Sam juga mengangat gelas dan menghabiskan arak mereka dalam satu tegukan.

“Cherry, apa yang kamu rencanakan selanjutnya?” tanya Sam sambil memasukkan satu sendok nasi kedalam mulutnya.

Seno menganggukkan kepala dan berkata, “kamu tidak lagi ingin tinggal di Kota Cease, aku memiliki seorang teman di Kota B yang membuka perusahaan bidang hukum, kebetulan ia juga sedang mencari orang, aku bisa meneleponnya, dan kamu bisa bekerja disana.”

Celine meletakkan gelasnya, tatapan matanya tiba-tiba tertunduk kebawah meja makan, sesaat setelah itu, ia langsung mengangkat kepalanya dengan tenang dan berkata, “aku ingin kembali.”

Setelah mengatakan ini, dua orang lainnya hanya diam dan mengunyah makanannya.

Seolah tidak mendengar dengan jelas, Seno mencodongkan tubuhnya kedepan dan bertanya, “Apa?”

Celine menghela napas dalam-dalam, “aku bilang, aku ingin kembali, kembali ke Keluarga Glen.”

Setelah menyebut keluar kalimat tersebut, wajah Seno seketika berubah.

Ia pun berkata, “tidak ada orang yang tahu apa yang terjadi disini, aku dan Sam tidak akan bilang apa-apa, kamu bisa keluar dengan tenang, kalaupun……”

Celine memotong kalimatnya, “aku bukannya takut kalian akan bilang pada orang-orang. Kalian adalah orang baik, aku tahu, aku hanya…… aku hanya ingin kembali.”

Sam tidak tahu pasti kejadian apa yang telah terjadi pada Celine, setelah melihat raut wajah kakaknya, ia langsung berkata, “aku akan pergi ke dapur dan melihat apakah supnya sudah selesai.”

Kemudian ia menyelinap pergi dan meninggalkan ruang untuk mereka berdua berbicara.

Seno menatap Celine, “kamu sudah keluar, kenapa kamu ingin kembali lagi?”

Kenapa?

Sebenarnya, jika Celine berada di posisi Seno dan mendengar kalimatnya sendiri, ia juga pasti tidak mengerti.

Kenapa dia ingin kembali?

Sebuah rencana yang licik untuk menghadapi situasi yang tengah terjadi. “Cherry” yang dulu telah mati, ia bisa sepenuhnya meninggalkan penjara tersebut yaitu Keluarga Glen, dan pergi mencari kehidupannya yang baru.

“aku tidak bisa……”

Celine menundukkan kepalanya, tangannya meremas gelas arak yang dipegangnya. Ia menyipitkan matanya.

“kenapa tidak bisa?”

Celine diam untuk waktu yang cukup lama. Tiba-tiba ia tertawa dan mendongakkan kepalanya, “Kakak Seno, apakah kamu tahu, terkadang…… alasan kita hidup bukanlah karna diri kita sendiri.”

Misalnya anak perempuannya.

Anak yang sangat dini sudah mengerti segalanya, mengerti akan masalah akan membuatnya terasa menyakitkan.

“lalu, karna siapa kamu hidup?” Seno berkata, “apakah kamu benar-benar menyukai Glen?”

Mendengar Seno bertanya akan hal ini, ia tahu Seno telah salah paham dengannya.

Seno meletakkan sumpitnya, “seharusnya kamu tahu, seseorang seperti Glen, kamu tidak mungkin, katakanlah kamu telah menikah dengannya, kamu hanya akan merasa sengsara, Keluarga Glen tidaklah setenang yang kamu lihat. setiap orang memiliki niat jahat dalam hatinya.”

Bagaimana mungkin Celine tidak mengetahuinya?

Sebenarnya ia juga tidak sepenuhnya bersih.

Ia jugalah salah satu orang yang ingin memanfaatkan Seno.

“Kakak Seno, sebenarnya…… aku tidakklah sebersih yang kamu lihat, aku juga memiliki tujuan tertentu.”

Celine mempercayai Seno.

Seno telah mengambil keputusan beresiko ini untuk menyelamatkannya, Celine juga tidak menyembunyikan hal tersebut darinya.

“kamu tiba-tiba ingin kembali, kalau begitu kenapa kamu keluar?” tanya Seno tidak mengerti.

“karna……”

Celine kambali terdiam, ia meneguk arak yang ada dalam gelasnya, sepasang matanya yang jernih bagaikan cairan arak yang bening, “aku keluar, agar aku bisa kembali dengan lebih baik.”

Ia tahu benar sebesar apa resiko yang telah diambilnya.

Namun, semakin besar resikonya, semakin besar pula yang bisa ia dapatkan.

Resiko itu sebanding dengan perolehan yang didapat.

Celine tidak puas menjadi kekasih Glen yang tidak bisa dilihat oleh orang lainnya. Ia ingin menikah dengan Glen secara wajar, ia ingin menjadi istri keduanya Glen. Menggunakan darahnya sendiri untuk menyelamatkan anaknya.

Celine meletakkan gelasnya dan berdiri, kedua matanya yang jernih menatap Seno, dan membungkuk dalam.

“Kakak Seno, kamu selalu membantuku, aku sangat berterima kasih, kalau ada kehidupan selanjutnya, aku pun tidak bisa membayar habis kebaikanmu. Jika aku tetap disini, aku takut akan semakin merepotkanmu, aku akan pergi malam ini.”

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, ia berbalik dan kembali kedalam kamar.

Seno menatap punggung Celine yang berjalan tegap, langkah kaki yang tegas, tanpa sedikitpun rasa ragu.

Sam yang sedaritadi berada di dapur pun keluar dengan semangkuk sup. Ia berjalan mendekati meja makan dan meletakkannya diatas meja. Ia mengerjapkan matanya dan berkata, “Kak, apakah kamu benar-benar membiarkan Celine pergi?”

Beberapa hari ini, Sam sangat menyukai Celine, berbicara dengannya terasa menyenangkan, seperti hujan dimusim semi, apalagi saat ia membuatkan hidangan yang enak, seolah perut Sam telah terikat sebelum ia menggunakan otaknya.

Setelah Celine sampai dikamar, ia ingin segera berkemas, tapi, ia menyadari tidak ada barang yang perlu dikemas.

Hanya ada sebuah hp yang telah dimasukkan kartu sim yang diberikan Seno pada Celine untuk berjaga-jaga.

Ia memutari kamarnya, dan akhirnya kembali berjalan keluar.

“Kakak Seno, aku akan mengembalikan hp ini padamu nantinya.” Celine berdiri di depan pintu, lampu-lampu diatas menyinari wajahnya, “jika suatu saat kembali bertemu dengan Keluarga Glen, aku…..”

Celine tidak tahu bagaimana mengatakannya.

Seno keluar dan memotong kalimat Celine, “tetaplah disini.”

Celine terdiam.

Seno menatap matanya dan tersenyum samar, “kalaupun suatu saat nanti kamu bertemu kembali dengan Keluarga Glen, aku akan tetap berada disisimu.”

Jika dikatakan kepada siapa Celine paling merasa bersalah,

Seno lah orangnya.

Seno terhadap Celine, tidaklah seperti Dokter Leon yang memiliki tujuan, juga tidak seperti Calvin yang menuntut balas budi, apalagi seperti Peter Zhou yang dibalik status majikan merasa paling berkuasa atas segalanya.

Seno sangatlah tulus pada Celine.

Malam itu, Celine mengatakan rencananya pada Seno.

Seno pun berkata, “apakah kamu benar-benar berniat melakukan hal ini?”

Celine menganggukkan kepalanya, “ketika kamu sudah menembakkan panah, tidak ada cara untuk mendapatkannya kembali.”

Ia benar-benar tidak bisa menolehkan kepalanya lagi.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu