Antara Dendam Dan Cinta - Bab 37 Memanfaatkan Dan Dimanfaatkan

Celine menatap Laura, “Istri kedua?”

Ketika Laura melihat bahwa Celine memang benar-benar tidak tahu, ia pun berujar dengan congkak: “Kamu tidak tahu, ya? Nyonya Besar paling membenci istri kedua, tapi sekarang kamu justru begitu dekat dengan keponakannya. Kalau Nyonya Besar sampai tahu mengenai hal ini, bahkan sepertinya Nyonya Muda tidak akan mampu untuk melindungimu lagi!”

Tidak ada perubahan sedikit pun pada raut wajah Celine, “Lalu, apa hubungannya denganku?”

“Kamu ini benar-benar cari mati ya!” Sejak awal, Laura melihat tidak ada raut terkejut di wajah Celine, seolah-olah wanita itu sudah menduganya. Laura mengernyitkan dahinya, “Kalau begitu, aku tidak akan tahu tentang apapun yang kamu lakukan! Kamu urus masalahmu sendiri!”

Celine menunggu hingga Laura sudah pergi jauh, kemudian mengambil satu pot tanaman hias lalu pergi menemui Dokter Leon.

Saat itu ketika ia sampai di bangunan utama, Marline pernah memberitahunya mengenai istri kedua dan ketiga, namun Celine tidak menaruh perhatian.

Target utamanya adalah Glen, ia tidak memiliki hubungan dengan orang lain maupun hal-hal lainnya.

Celine mengetuk pintu, namun tidak ada yang membukakannya.

Apakah Dokter Leon sedang pergi?

Celine mengernyitkan alisnya dan sambil memeluk pot tanaman hiasnya, ia pun memberanikan diri untuk melangkah masuk. Celine mendengar ada suara dari teras, dan suara itu terdengar seperti sedang berbicara di telepon.

Sebenarnya Celine tidak ingin menguping ketika langkahnya terhenti saat mendengar sebuah kalimat.

Suara Dokter Leon pun terdengar: “Ia adalah seorang pelayan yang berada di sisi Glen... Apakah ia memiliki pengaruh? Iya, sedikit. Tempo hari saat aku pergi ke vila Glen pada tengah malam ternyata untuk memeriksa tangan perempuan yang patah itu.”

Celine menggigit bibirnya.

Kedua tangannya dengan erat menggenggam pinggiran pot keramik itu.

Kalau ia masih tidak bisa mengetahui siapa pelayan wanita yang memiliki pengaruh terhadap Glen dari ucapan Dokter Leon, berarti ia benar-benar bodoh.

Ia selalu mengira bahwa dalam situasi seperti ini, seorang manusia pasti akan memiliki sedikit ketulusan.

Semangkuk mie hangat yang diberikan Dokter Leon padanya waktu itu, saat ia berada di titik terlemah dan terapuh dalam hidupnya, memberikannya secercah harapan. Celine merasa pria yang terlihat sangat lembut dan berwibawa itu sangat bisa diandalkan.

Ucapan Laura tadi kembali membayang di dalam otaknya.

Keponakan dari istri kedua.

Ternyata ia hanya dimanfaatkan saja.

Celine merapatkan giginya, membalikkan tubuhnya, dan meletakkan pot bunga itu di pinggir rak bunga. Ia lalu berjalan menuju pintu.

“Kamu masih memeriksa Glen? Kamu adalah keponakan keluarga kami, bukan dokter keluarga mereka!”

Dengan nada datar Dokter Leon pun menjawab, “Aku hanya seorang pengganti.”

“Seperti itu juga tidak boleh! Kamu itu keponakanku, statusmu di kediaman keluarga Glen itu sederajat dengan Glen!” sahut wanita di ujung telepon sana, “Coba kamu perhatikan lagi apakah pelayan wanita itu bisa kita manfaatkan...”

Dokter Leon pun menyela pembicaraan di telepon, “Bibi, aku tau bibi sudah cukup lama bermeditasi di kuil. Apakah bibi bisa memberiku sedikit waktu? Sudahlah, bibi tidak perlu menyelidikinya lagi, pelayan perempuan itu hanya berpengaruh sedikit saja, tidak banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan dengan memanfaatkannya.”

Dokter Leon pun memutuskan sambungan telepon dan memijit alisnya.

Ia sama sekali tidak mengerti bagaimana bibinya bisa menyelidiki kedekatan hubungannya dengan Celine, dan secara khusus meneleponnya untuk bergerak cepat mengambil kesempatan ini.

Tapi dalam kondisi seperti ini, tidak ada sesuatu yang bisa dilakukan dengan terburu-buru.

Dokter Leon membuka pintu teras dan matanya langsung tertuju pada sebuah pot tanaman hias yang diletakkan di dekat jendela.

Sebuah pot cemara kecil.

Cemara itu terlihat sangat segar dengan tetesan embun pagi diatas daunnya. Sinar matahari yang menembus jendela kaca menambah kecantikan tanaman itu, membuatnya terlihat berkilau dan memantulkan warna yang indah.

Pasti tadi Celine datang.

Dokter Leon mencari sosok Celine di ruangannya, namun tidak terlihat jejak kehadiran Celine.

Tiba-tiba sebuah dugaan terbersit di pikiran Dokter Leon. Apakah barusan… Celine mendengar percakapannya ditelepon?

……………

Celine telah terpaku diam di pinggir sungai untuk waktu yang lama.

Sekembalinya ke vila, Celine segera membasuh mukanya dengan air dingin di kamar mandi.

Dan melihat pantulan dirinya di cermin.

Celine melihat pantulan dirinya di cermin yang menunjukkan rasa terluka.

Memangnya apa yang membuatnya terluka?

Ia telah dimanfaatkan Dokter Leon, tapi ia tidak pernah memanfaatkan pria itu.

Katakan saja ia memang dimanfaatkan, lalu mengapa ia harus bersedih?

Setelah membasuh wajahnya, otak Celine akhirnya bisa berpikir jernih. Ia pun melangkah keluar dari kamar mandi dan ternyata seseorang sudah menunggunya di luar.

Seno berdiri diambang pintu, “Nyonya Muda mencarimu.”

Celine mengelap wajahnya dan bersama Seno berjalan pergi.

Chatrine sedang duduk di ruang tamu. Ia mengangkat kepalanya ketika Celine datang dan berkata, “Beberapa hari ini, kau pergi bermalas-malasan kemana? Kenapa kalau pergi ke luar begitu lama?”

Hati Celine terasa tertohok begitu dalam.

Jika Chatrine bertanya seperti ini, ia pasti sudah mendapatkan informasi tentangnya.

Celine menundukkan kepalanya dan dengan suara bersalah menjawab: “Saya pergi ke tempat Dokter Leon.”

“Oh?” Chatrine menatap Celine, “Sejak kapan kau begitu dekat dengan Dokter Leon?”

“Saya... saya merasa lengan saya tidak nyaman karena tulang saya patah dan dipasang gipsum, jadi saya sering pergi kesana…”

Chatrine tentu saja dengan mudah menyadari omong kosong yang dikatakan oleh pelayan wanitanya yang satu ini.

“Sering pergi? Jadi Dokter Leon mau memeriksa lenganmu? Apakah kau tahu, di luar sana Dokter Leon sangat dipandang orang?” Chatrine terdiam sejenak lalu melanjutkan, “Apakah kamu menyukainya?”

Celine tidak mempercayai apa yang baru saja ia dengar. Ia menggelengkan kepalanya dengan panik, “Tidak, saya tidak menyukainya, Nyonya Muda Chatrine…”

“Kalau suka ya suka saja, kenapa harus mengelaknya?” cibir Chatrine, “Ia hanyalah seorang dokter keluarga, sedangkan kamu adalah pelayanku. Pantas-pantas saja, bukan?”

Celine terpaku diam, ia tidak berani bergerak sedikit pun. Sepertinya ia sudah mulai gemetar.

“Ya ampun, kenapa kamu gemetaran seperti ini?” ujar Chatrine melanjutkan, “Apakah aku memukulmu? Atau membuatmu menangis? Berdiri yang benar! Jangan gemetar seperti ini! Mataku jadi pusing melihatnya!”

Celine pun tidak berani gemetar lagi.

Chatrine menyesap kopi yang berada di sampingnya, “Kelebihan Dokter Leon juga hanya pendidikannya saja yang sedikit lebih tinggi, bukan sesuatu yang terlalu hebat. Menurutku ada baiknya juga bagi kesehatanmu dengan sering-sering pergi ke tempatnya, hitung-hitung olahraga. ”

Celine terhenyak, “Nyo... Nyonya Muda…”

“Kenapa terkejut? Apakah menurutmu sebagai seorang nyonya muda aku tidak berpikiran terbuka? Katakan saja pelayanku menyukai seseorang, lalu apakah aku harus mencampuri kebebasannya dalam mencintai seseorang?” Chatrine menolehkan dagunya dan menatap Seno yang berdiri di sampingnya, “Seno, apakah aku orang yang seperti itu?”

Seno menjawab: “Tentu saja bukan.”

Celine juga dengan panik menggelengkan kepalanya, “Bukan, maksud saya bukan seperti itu…”

“Bukan begini maksudnya tapi kau malah pergi ke tempatnya. Sudahlah, tidak perlu berubah, jika kau suka pergi ketempatnya, pergilah, ini adalah hak istimewa yang kuberikan padamu. Tidak ada seorang pun yang berani bilang bahwa kamu pergi bermalas-malasan.”

Keraguan masih membayangi Celine, “Be... Benarkah?”

Tentu saja benar. Seno ada di sini, Ibu Laura juga di sini, merekalah saksinya.”

Ibu Laura yang sedang membawa camilan di nampan pun berjalan mendekat. Ia segera membungkuk hormat begitu mendengar namanya dipanggil.

Chatrine mengambil sepotong kue berwarna hijau jamrud dengan jemarinya dan memasukkannya ke dalam mulutnya, “Cherry, sekarang kamu bisa tenang kan?”

Celine dengan terbata menjawab: “ I... Iya...”

Ibu Laura dan Celine pun beranjak pergi, sedangkan Chatrine dan Seno masih berada di ruang tamu.

Chatrine tertawa dingin, “Benar-benar orang kampung.”

Seno pun bertanya: “Nyonya Muda, apakah anda benar-benar berencana untuk membiarkan pelayan wanita itu tetap bergaul dengan Dokter Leon?”

“Bergaul?” Chatrine tertawa dingin, “Ia menyukai Dokter Leon, tapi apakah Dokter Leon melihatnya hanya sebagai seorang pelayan? Mungkin dokter itu hanya melihatnya sebagai seseorang dari kediaman Tuan Muda… Tapi, Dokter Leon pasti tidak menyangka akan perangkap yang menunggu di depannya, bagaimana seorang pelayan tidak mungkin lepas dari genggaman tanganku.”

Seno mengernyitkan dahinya, “Saya rasa wanita ini tidak akan semudah itu.”

“Bagaimana kamu bisa tahu?”

Seno menggelengkan kepalanya, “Hanya perasaan saya saja.”

Hanya sebuah intuisi yang berkata.

Pelayan wanita ini terlihat sangat polos, sangat lemah, dan terlihat sangat kampungan. Tidak ada kejanggalan yang terlihat sedikit pun.

Chatrine menunjuk lorong yang menuju daerah para pelayan dan berkata pada Seno, “Ikuti mereka, amati dan dengarkan dengan seksama apa yang mereka bicarakan.”

Celine mengikuti Ibu Laura kembali ke kamar.

Ibu Laura menarik lengan Celine, “Cherry! Sejak kapan kamu dan Dokter Leon bersama?!”

Celine menundukkan kepala, “Beliau hanya membantu memeriksa lenganku yang patah…”

“Omong kosong!” ujar Ibu Laura dengan panik dan tidak percaya, “Kamu seharusnya sadar akan statusmu. Semua orang yang dapat keluar-masuk pintu rumah ini adalah orang-orang yang berjabatan tinggi, orang-orang penting, orang-orang nomor satu. Bagaimana mungkin mereka akan memandang orang rendahan seperti kita?”

“Ibu Laura, aku tidak...”

Perkataan Laura pun terhenti di ujung lidahnya.

Pengalamannya selama tiga tahun di penjara membuatnya sangat takut. Ia takut sedikit saja kesalahan yang ia perbuat dapat membuatnya terjerumus dalam kegelapan.

Misalnya… Saat-saat seperti ini.

Novel Terkait

Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu