Antara Dendam Dan Cinta - Bab 5 Dia Hamil

Celine pingsan.

Ketika tersadar, dia sudah berada di klinik penjara.

Dokter memberitahunya: "Kamu hamil, usianya sudah 3 bulan."

Aa.... apa?

Dia hamil?

Dirinya hamil!

Celine awalnya merasa sudah kehilangan harapan, tapi tiba-tiba datang secercah harapan.

Tangannya memegang perutnya yang rata, begitu ajaib.

Di sini, di dalam perutnya sudah ada kehidupan kecil.

Di kehidupannya yang gelap, bayi ini membawa harapan baru untuknya.

"Dia..."

"Sudah 3 bulan dan ada indikasi terancam aborsi."

Begitu dokter bicara sampai situ, Celine langsung menghela napas. Dia mengandung di penjara, besar kemungkinan... Lagipula, tubuh gadis ini sangat lemah, dokter baru saja melihat setengah tubuh wanita itu dilumuri oleh darah, sangat mengerikan.

"Jaga dirimu baik-baik. Bisa atau tidaknya melahirkan anak itu... tergantung takdir."

…………

3 tahun kemudian.

Musim hujan telah tiba, dimana-mana terasa panas yang lembab.

Memakai seragam, sipir yang membawa tongkat polisi di pinggangnya mengambil kunci, membuka jeruji besi lalu membungkuk ke pria yang memakai setelan jas yang berada di belakangnya.

"Silahkan anda masuk."

Peter melangkah masuk, dia mengangkat kepalanya mengamati koridor gelap penjara yang sempit. Hanya ada lampu bohlam di langit-langit yang menerangi.

"Tuan Peter, sebenarnya aku menyuruh orang untuk membawa anda keluar. Tapi kenapa anda tetap ingin masuk?

"Kamu di depan pimpin jalannya."

Sesampainya di depan penjara, Peter memberhentikan sipir saat ingin membuka sel tahanan.

Dari atas jendela, Peter melihat kondisi di dalam.

Penjara di dalam sangat penuh, berkumpul 7 sampai 8 orang wanita.

Di tembok sebelah barat, meringkuk seorang wanita.

Wajah wanita itu mengecil, mungkin karena dalam waktu yang lama tidak terkena cahaya matahari. Warna kulitnya berwarna kuning pucat, bibirnya kering dan pucat. Hanya kedua mata besarnya yang terlihat di setengah wajahnya, tengah menatap kosong tembok di depannya.

Wanita itu adalah Celine.

“2783!Kemari!”

Wanita yang sedang duduk di tengah memanggil Celine dengan kasar.

Celine tidak bergerak, bahkan matanya tidak mengarah ke sumber suara.

Wanita yang bersandar di dekatnya dengan keras menendang kaki Celine,  "Kamu dipanggil, apa kamu tuli?"

Celine jatuh terguling ke tanah.

Celine bertumpu pada tembok, perlahan-lahan berdiri. Kaki kecilnya bergetar, kepalanya pusing bukan kepalang.

Celine berjalan ke depan tahanan wanita tersebut. Mengambil sebuah handuk, membantu perempuan tertua di sana mencuci kedua kaki wanita itu, setelah itu membawa baskom itu dan berbalik pergi.

Tahanan wanita itu tiba-tiba menendang lutut Celine.

Kedua kakinya tiba-tiba jatuh berlutut ke tanah. Baskom yang  berada di tangannya jatuh ke lantai, air kotor terciprat ke tubuhnya. Celine jatuh ke tanah dalam keadaan memalukan. Dahinya membentur ranjang, pandangannya menggelap lalu dia pingsan.

Saat Celine tersadar dari pingsannya, dia sudah berada di ruangan yang terang. Di sampingnya ada sebuah infus, cairan di dalam selang infus setetes demi setetes mengalir masuk ke pembuluh darahnya.

“Kamu sudah sadar.”

Dari sebuah cahaya, keluarlah seorang pria berjas.

"Kamu demam tinggi, 41,8° celcius. Terlambat sedikit, mungkin kamu sudah tidak ada."

Seorang suster bertubuh mungil yang memakai seragam suster berwarna putih menghampirinya. Dengan cekatan membantu mengukur suhu tubuhnya, "Demamnya sudah turun."

Pria itu mengangguk.

Suster mungil itu mengambil bakinya pergi ke luar ruangan, lalu menutup pintu.

“Siapa kamu?Ini dimana?”

Celine membuka mulutnya, suaranya sangat parau. Jika hanya mendengar suaranya, orang-orang mungkin akan berpikir kalau itu adalah suara serak wanita paruh baya.

"Aku Peter, seorang pengacara. Ini adalah rumah sakit. Aku yang akan membantumu mengurus prosedur untuk keluar dari penjara. Aku sudah memberikan dokumen pengurangan hukuman, kamu bisa keluar dari penjara."

Awalnya Peter kira Celine akan senang.

Tapi saat itu, di mata besar Celine tidak terlihat pun sedikit cahaya, gelap dan suram. Mungkin sama seperti lubang hitam, nampak menyusut, tak terlihat ujungnya.

“Kamu tidak senang?”

"Apa syaratnya?”

Peter linglung sebentar, lalu langsung tertawa.

"Sesuai perkiraan, nona Celine sungguh pintar. Hanya saja, ada orang yang meminta pertolonganku. Beliau telah mengeluarkan 200 milyar untuk menjamin kalau anda keluar lebih cepat dari penjara. Dengan satu syarat... anda kembali ke sisi Glen."

Celine seperti mendengar lelucon yang sangat lucu, dia pun tertawa.

Pita suaranya yang rusak, mirip seperti kertas amplas yang terkoyak. Suara gelak tawa di udara mengeluarkan suara yang memekakkan telinga. Napasnya masuk ke batang tenggorokan, Celine terbatuk-batuk.

Celine berpegangan pada kepala kasur, seluruh wajahnya memerah karena terbatuk-batuk, "Maksud baik tuan akan sia-sia."

"Kamu dimasukkan ke penjara dengan tidak adil. Selama berada di penjara di siksa, di lecehkan semuanya adalah suruhan pria itu, Glen. Dia ingin kamu pergi selamanya, mati di dalam penjara. Apakah kamu pikir dengan kamu berada di penjara selama 5 tahun, kamu dapat dengan tenang keluar dari penjara? Dia sama sekali tidak berencana mengeluarkanmu dari penjara. Dia ingin kamu tetap di sini, selamanya berada di dalam sini. Hidup tidak bisa, meminta mati pun tidak bisa."

Bertahan hidup tidak bisa, meminta mati pun juga tidak bisa....

Bibir Celine bergetar hebat. Jemarinya yang penuh luka diremasnya kencang. Pembuluh darah di punggung tangannya membengkak, aliran darahnya mulai mengalir berbalik ke selang infus.

Peter diam sejenak, lalu bicara: "Dia memperlakukanmu seperti ini, apakah kamu hanya akan pasrah menerima perlakuannya? Awalnya dirimu sudah diterima oleh universitas yang sangat bagus, tapi semuanya sudah hancur. Sekarang kamu keluar dari penjara, tidak ada orang yang bersedia menggunakan seorang mantan pembunuh dan membawa nama buruk. Seumur hidupmu kamu tidak punya cara untuk membersihkan namamu, tidak punya cara untuk mengangkat kepalamu, apakah... kamu tidak dendam?"

“Dendam.... kenapa?”

dari awal hidup wanita ini sudah dalam keadaan buruk.

Wanita ini pernah menahan perlakuan yang kejam kepada dirinya, dari awal hati wanita ini sedikitpun sudah tidak ada lagi harapan.

"Dendam" Peter memegang tangan Celine, lalu membuka kepalan tangan Celine dengan semangat, akibatnya jemari kuku Peter yang lembut meninggalkan garis berbentuk bulan sabit di telapak tangan Celine, "Ayo balas dendam."

Jari Celine bergerak sedikit.

"Biarkan dia berhutang padamu. Dia menjahatimu, menyakitimu, kembalikan semua rasa itu padanya."

Celine termenung sambil menatap langit-langit.

Tatapannya kosong, bibirnya digigit dengan kencang.

Dari sakunya Peter mengeluarkan selembar foto, meletakkannya di atas kepala ranjang Celine.

Di foto itu terdapat seorang anak gadis dengan senyum cantik dan wajah cerahnya. Rambutnya dikepang dua seperti tanduk domba, cahaya matahari menyinari tubuh anak gadis itu.

Celine memiringkan kepalanya untuk melihat, sekali lihat tubuhnya langsung bergetar.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu