Antara Dendam Dan Cinta - Bab 19 Menginjaknya

Glen menatapnya dengan tatapan sepasang mata yang dingin, seperti sedang menatap orang lain.

Celine sudah ketakutan karena hampir terjatuh dari tangga tadi.

Dia berjongkok di pagar, "Terima kasih, terima kasih, Tuan."

Glen tersenyum dan berkata, "ingin diberi pelukan?"

Seluruh tubuh Celine kebingungan, dia dengan cepat menggelengkan kepalanya dan mundur, hanya tangan Glen yang memegang erat pergelangan tangannya, itu seperti besi solder yang sakitnya tidak bisa ditahan karena digenggam dengan sangat erat.

"Bukan, aku, aku tidak."

"Kamu sengaja bersandar di dekatku tadi malam, dan hari ini juga seperti ini, ketika melihatku, kamu berpura-pura terjatuh dari tangga dan ingin menarik perhatianku?"

Glen menyipitkan matanya dan menggenggamnya dengan keras..

"Hanya karena wajahmu yang terlihat mirip dengannya? Apakah kamu pikir aku bisa terobsesi denganmu? Wajahmu hanya akan membuatku muntah dan menjijikkan."

Celine menggelengkan kepalanya, "Tuan, apa yang tuan katakan...."

"Glen, ada telepon."

Suara Chatrine terdengar di tangga.

Glen sepertinya terkejut dan tersadar.

Apa yang dia katakan tadi?

Celine masih bersandar di pegangan tangga, karena rasa takut yang hebat itu, badannya menjadi bergemetar, kata-kata yang dikatakan pun tidak baik.

Glen menjawabnya lalu melepaskan pergelangan tangan Celine dan menaiki tangga.

Chatrine ada di tangga, dengan rok panjang berenda merah muda, dan tangannya yang sedang menyerahkan telepon ke Glen. "Ini teleponmu."

Glen mengambil teleponnya, melihat layarnya, lalu mengangkat teleponnya.

Celine membungkukkan badannya untuk mengambil kain basah yang jatuh ke lantai.

Ketika tangannya baru saja mengambil kain itu, ada sebuah sepatu yang menginjak kain tersebut.

Dia tidak berani bergerak, Chatrine kemudian menginjak jarinya.

"Siapa yang memberimu keberanian untuk merayu tuan muda?"

Celine masih menahan ekspresi wajah yang biasa, dan langsung menggelengkan kepalanya: "Aku tidak ... aku ..."

"Tidak? Apakah kamu pikir aku buta? Kamu bicara dengan siapa lagi kalau bukan dia?" Chatrine hanya melihat Glen yang memegeng di pergelangan tangannya, dan hatinya merasa sangat marah.

Bahkan jika kamu terlihat cantik, berusaha untuk melihat dari atas bajumu, berharap Glen bisa melihat ke payudaramu.

Orang kampungan yang tidak tahu sopan santun ini ternyata berani berpikir untuk memakan daging angsa.

Bagian dalam wanita ini benar-benar busuk!

Chatrine melihat ke arah Celine dan tiba-tiba teringat pada kejadian tadi malam.

"Tadi malam, itu kamu! Lagi-lagi itu kamu, kamu benar-benar melanggar aturan pada tuan muda!"

Celine langsung membungkuk, "Tidak, nyonya muda, kamu sudah salah paham, aku tidak pernah, aku sama sekali tidak pernah ...."

"Bukankah ini kamu berbicara dengan ragu-ragu, kenapa sekarang sudah tidak ragu-ragu!"

Chatrine mengangkat kakinya, dan tangan kiri Celine sudah diinjak sampai berwarna merah dan biru, dan sudah tidak merasakan apa-apa.

Celine jongkok, hanya terus mengulangi: "Aku tidak tahu, nyonya muda, aku benar-benar tidak ..."

Chatrine membenci Celine.

Dia mendengar suara Glen yang sedang berbicara sudah mengecil, dan sepertinya dia sudah selesai bertelepon.

Dia langsung menendengan kaki Celine. "Cepat pergi!"

Chatrine melihat bagian belakang Celine yang berjalan pergi, dan dia merasa lega karena merasa lega, dia pun dengan cepat mengubah raut wajahnya yang tersenyum dan memutar balik kepalanya.

"Kapan kamu sudah mengangkat telepon?"

Glen melirik ke lantai bawah, melihat bagian belakang tubuh pelayan itu, dan menghela nafas, "Lain kali jangan ada yang memanggil pelayan kasar itu lagi untuk melayani."

Chatrine mendengarkan perkataan Glen yang tadi, hatinya pun menjadi senang, "Baik,aku akan mendengar kata-katamu."

Dia memegang pinggang Chatrine dan mencium dahinya, "Jangan marah dengan pelayan ini lagi, tidak ada gunanya, apakah kamu tidak percaya diri atau masih meragukanku?"

Chatrine terbengong.

Apakah Glen sedang mengakui tentang perasaannya?

Hatinya langsung seperti diisi dengan marshmallow, perasaan yang lembut dan manis.

Dia mengeluh di dada Glen, "Aku ... aku hanya merasa sedikit cemburu, kita sudah menikah selama tiga bulan, kamu masih tidak bisa ..."

Mendengar kata-kata itu, alis mata Glen pun menurun.

Pria yang mana yang bisa menunjukkan rasa kebahagiaannya ketika dia mendengar seorang wanita mempertanyakan tentang kemampuan seksualitasnya.

Chatrine juga menyadari bahwa perkataanya salah, dan dia pun langsung berkata, "Juga aku yang tidak bagus, bisakah kita coba lagi malam ini? aku sudah membeli beberapa alat, kamu akan menyukainya ..."

Glen mengangguk, "Baik, perusahaan sedang ada masalah, aku harus pergi."

Dia keluar dari dengan mengendarai mobilnya dan dengan matanya dingin.

Dia tahu bahwa Chatrine sangat keras terhadap pelayan, tetapi dia selalu menutup sebelah mata dan pergi.

Kali ini, dia juga tahu bahwa kata-kata yang dia katakan ke Chatrine adalah untuk menyelamatkan pelayan itu..

Tapi mengapa?

Kenapa dia tiba-tiba merasa kasihan terhadap pelayan Celine ini?

Dia memegang kemudinya dengan erat dan menginjak gasnya.

Dering telepon berbunyi.

Glen mengambil ponsel dan melirik layar teleponnya lalu menggunakan headset Bluetooth.

"Apakah orangnya sudah ditemukan?"

"Tidak, adalah ..."

"Aku belum memberitahumu, bahwa aku tidak bisa menemukan siapa pun. Aku akan membuang seragammu itu ke laut dan memberi makan hiu."

Suara Glen menjadi lembut, tak lama, itu memberi perasaan yang dingin.

Orang tersebut bergemetar, "Aku, aku sudah tahu."

............

Rumah Glen.

Ibu Laura melihat tangan merah dan bengkak Celine yang diinjak, lalu menghela nafas.

"Setelah ini, kamu jangan pergi ke hadapan nyonya muda lagi, dalam dua hari ini, sudah ada berapa banyak luka yang ada padamu."

Celine tersenyum, "Aku baik-baik saja."

"Kamu masih bisa tertawa, gadis kecil," Ibu Laura merasa gelisah, "Kamu tunggu, aku keluar mencari seseoran untuk mengambil beberapa larutan ungu dan alkohol. Aku merasa sepertiny aku harus menggunakan obat merah, atau tanganmu akan infeksi besok! "

Ketika Ibu Laura mencari orang, Yunita masuk.

"Aku mempunyainya di sini."

Dia membawa ramuan ungu dan semprotan memar.

"Terakhir kali ketika pergelangan kakiku luka, aku belum menggunakannya sampai habis dan ini untukmu."

Ibu Laura mengambilnya untuk pengobatan Celine.

Dia berbisik, "Yunita, nyonya muda tidak melakukan apa-apa terhadapmu?"

Ekspresi Yunita terlihat buruk dan bergemetar, "Aku ..... tidak tahu."

Dia teringat bahwa dia berada di lantai dua pagi ini, ketika Chatrine melihat kucingnya yang sekarat, dia merasa ingin membunuhnya, dia merasa dingin di punggungnya seperti adanya duri dingin di belakangnya.

Ibu Laura membantu Celine mengoleskan obatnya, sambil menggelengkan kepalanya, "Sekarang aku hanya menantikan kucing itu akan baik-baik saja."

Celine terluka, jadi Ibu Laura membiarkannya beristirahat di kamar, Yunita juga berada di kamar.

Yunita terbengong, dan duduk di sana, matanya hanya tertuju pada bintik-bintik hitam yang ada di dinding.

Celine tiba-tiba bertanya: "Apakah kucing itu sangat disayang?"

"Ah? Iya," Yunita tersadar kembali. "Itu adalah kucing yang telah dibesarkan oleh nyonya muda selama tiga tahun."

"Apakah itu selalu dijaga olehmu?"

"Aku baru saja datang tiga bulan yang lalu," mata Yunita memerah. "Kucing itu sebenarnya pemarah dan suka menggigit orang-orang."

"Apakah cedera di tanganmu karena digigit?" Celine menunjuk ke jejak yang ada di belakang tangan Yunita.

Yunita mengangguk.

"Pada awalnya, ketika saya mendekatinya, itu memanggil, lalu mengigit orang, aku sudah disuntik vaksin rabies beberapa kali berturut-turut. sampai bulan kedua dan menjadi sedikit lebih baik , kemudian aku juga mendengar Ibu Laura mengatakan bahwa kucing itu sering mencakar orang, dan pernah ada leher pelayan yang berdarah karena dicakar kucing. "

Celine pun termenung.

Yunita mulai berbisik: "Aku tidak tahu bagaimana itu bisa diracuni, mungkin ada seseorang yang tidak terbiasa dengan kucing itu yang diperlakukan sangat baik, lalu membunuhnya ... tetapi itu bukan aku, aku memberikannya makanan kucingnya yang berkaleng impor yang dibeli oleh nyonya muda , dan masih disegel ... "

Bunyi bel.

Pintu didorong dan terbuka.

Celine dan Yunita terkejut.

Ada seorang pengawal yang mengatakan: "Yunita, nyonya muda menyuruhmu untuk keluar."

Yunita mengikuti perintah orang ini.

Celine juga mengikutinnya.

Pada saat itu, Chatrine sedang duduk tadi sofa yang lembut di ruang tengah, diselimuti selimut yang berbulu domba tersebut, menggendong seekor kucing putih di atasnya, kucing persia yang diambil oleh Dr. Zhang kemarin.

Tidak bergerak, bahkan tidak bisa melihat pergerakkan pernapasannya.

Apakah itu ...

Perkumpulan pelayan yang ada disekitannya pun berspekulasi, apakah kucing ini benar-benar mati?

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu