Antara Dendam Dan Cinta - Bab 144 Terlalu Angkuh

"Buka dan lihat apakah kamu menyukainya atau tidak?"

Celine membuka ponselnya.

Ponsel itu berwarna mawar emas, sangat cocok untuk anak perempuan, teksturnya sangat bagus.

Namun, Ini adalah pertama kalinya Celine menggunakan smartphone semacam ini, ia tidak terlalu bisa menggunakannya.

Glen melewati bahunya, jari-jari rampingnya menekan di layar ponsel, dan dia mengajarinya menggunakan ponsel.

Suaranya sangat lambat, dalam suaranya yang jernih agak sedikit membawa magnetik. Angin panas yang ditiupkannya membuat telinga Celine memerah.

“Apakah kamu sudah bisa?” Dia bertanya dengan lembut di telinga Celine.

Celine menyusutkan tubuhnya ke samping dan berkata "Sudah bisa."

Glen tidak senang lagi, "Mengapa kamu bersembunyi? Apakah kamu tidak mendengarkan kata-kataku?"

Celine mendengus, "Tidak."

Suaranya agak sedikit membawa suara tersedu.

Glen mengerutkan keningnya, memegangi dagu Celine dan membuatnya mengangkat kepalanya. Dia melihat air mata yang mengalir dari kedua matanya.

Glen mendengus, "Aku tidak mengatakan apa-apa. Kok kamu menangis? Manja sekali."

Celine menghapus air matanya, "Tuan muda anda ..."

"Ada apa denganku?" Glen mengangkat alisnya.

Celine menyeringai, "Tuan muda, anda terlalu angkuh."

Glen suka melihat penampilan Celine yang seperti anak kucing ini, lalu dia tiba-tiba tertawa dan memeluknya, dia tertawa sampai dadanya bergetar.

"Baiklah, aku memang begitu angkuh," Glen mencium bibir lembut Celine "Apakah kamu suka?"

Celine dipeluk oleh Glen, dan dia hanya mengangguk dengan malu-malu. Dia memasukan kepalanya kedalam pelukannya.

Di tempat yang tidak bisa dilihat oleh Glen, mata Celine sangat dingin. Dingin sampai hampir tidak ada sedikitpun kehangatan.

Angkuh?

Dia paling membenci keangkuhan yang tak berotak!

Jika bukan karena sifatnya yang arogan dan rasa percaya dirinya yang begitu besar, Bagaimana bisa dia yang tidak bersalah, disiksa serta di penjara selama hampir tiga tahun!

Hal ini, dia tidak akan pernah memaafkannya!

Ada suara ketukan di pintu.

"Pak Presdir."

Itu adalah Misha.

Misha jelas sudah tidak sabar menunggu di luar.

Kok lama sekali, memasak lalu makan, Apakah waktunya tidak cukup?

Lukas menyalin tangannya dan berdiri di samping, mulutnya seperti agak tersenyum, "Sekretaris Misha, kamu kok begitu mendesak, kamu ingin melihat apakah kejadian itu sesuai dengan keinginnamu bukan?"

Misha tersenyum dingin. "Apa maksudnya sesuai keinginanku?Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan."

Pintu terbuka dari dalam.

Glen berdiri di pintu dan melirik Misha yang berdiri di luar. Matanya dingin."Apakah ada masalah?"

Tatapan Misha melihat ke dalam, dan dia tidak melihat orang lain dalam kisaran yang dia bisa lihat. Dia buru-buru berkata, "Itu, ruang rapat..."

Lukas maju selangkah dan menyerahkan map itu ke tangannya, "Presdir, aku tadi sudah berkomunikasi dengan para anggota manajemen. Ini adalah rencana awal, Silahkan anda lihat."

Wajah Misha seakan-akan tertampar.

Dibandingkan dengan kata-kata dari mulut, itu sangat jelas, bahwa hal-hal yang dilakukan langsung akan lebih meyakinkan.

Glen mengangguk dan mengambil map itu, kemudian berjalan pergi, "Dia sedang membersihkan dapur di dalam, nanti minta sopir untuk mengantarnya pulang."

Misha mengiyakannya.

Ketika Glen pergi, Misha segera masuk ke kantor.

Celine telah mengemasi dapur, ia mendengar langkah kaki, kemudian berbalik dan melihat Misha, lalu dia berbalik bekerja lagi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Misha menyinggungnya dan berkata, "Pembantu tetaplah seorang pembantu. Ketika kami sedang mengerjakan beberapa dokumen, dan kamu hanya dapat melakukan tugas-tugas seperti ini saja."

Celine memegang kain di tangannya dan perlahan-lahan menggosoknya serta mencucinya. Dia tertawa, "Tidak peduli pekerjaan apapun itu, disisi Tuan muda, kita melakukan tugas masing-masing, dan semuanya harus ada orang yang melakukannya."

"Apakah kamu menganggap kehadiranmu penting bagi presdir?"

"Iya, adanya keberadaan saya tuan muda bisa makan, jika tidak ada saya, tuan muda akan kelaparan."

Misha tampaknya telah mendengar lelucon besar, "Apakah kamu pikir apa yang kamu masak itu sangat lezat? Tidak ada kamu semua orang bisa hidup dengan baik."

Celine tidak berbicara lagi.

Dia mengelap meja masak, dan itu berkilap seperti baru, lalu memantulkan bayangannya. Sepasang bola matanya yang hitam, sangat cantik bagaikan sebuah gambar.

Tiga tahun lalu, Glen sangat menyukai Felicia. Sampai-sampai dia ingin memetik bintang dan bulan untuknya. Tapi sekarang, bukankah dia sudah berpindah hati?

Iya, di dunia ini, siapa pun tidak bergantung pada siapapun, dan bisa hidup dengan baik.

Tetapi dia ingin membuat Glen tidak bisa terpisahkan darinya.

Dalam benaknya selalu ada kalimat seperti ini, jika ingin mempertahankan hati seorang pria, maka ia harus terlebih dahulu mengikat perutnya.

Misha melihat Celine pelan-pelan, dan ia melihat arloji, "Apakah sudah selesai? Presdir memintaku untuk mengantarkanmu pulang. Aku bingung apa yang membuatmu layak untuk aku antar."

Celine melirik Misha, "Kamu tidak perlu mengantarku, selesai berkemas aku akan pulang sendiri."

"Itu akan lebih baik!"

Ponsel Misha berdering pada waktunya.

Celine melihat wanita itu pergi dari cermin, dan dia tiba-tiba berdiri, memegang ponselnya di dalam saku dan dengan cepat pergi keluar.

Dia dengan cepat membalikkan dokumen yang berada di atas meja.

Perusahaan Mitra Abadi ……

Celine dengan cepat melihat tulisan di kertas itu.

Di dalam map ini tidak ada, Apakah mungkin di dalam laci?

Celine berjongkok dan membuka laci.

Telinganya berdiri, sambil memperhatikan suara pintu, dan matanya melihat ke tulisan. Dia merasa indranya telah ditransfer.

Pada saat itu, langkah kaki datang dari pintu.

Celine.segera menutup laci, dan membungkukan pinggangnya melewati sisi meja dan berjalan kembali ke dapur, ia sambil membuka ikatan celemek di tubuhnya, dan pintu kantor terdorong dari luar pada saat itu.

"Kasus kerjasama dengan Perusahaan Mitra Abadi, ini adalah dokumen yang telah direvisi, kamu rapikan dulu" Glen menyerahkan dokumen itu kepada Misha. "Ketika kamu mengantarkan Cherry, kamu sekalian antarkan suratnya ke perusahaan Mitra Abadi."

Gerakan tangan Celine tiba-tiba berhenti, dan matanya jatuh ke map yang berada di tangan Misha.

“Sudah selesai berkemas?” Glen melihat ke arahnya.

"Iya."

Celine menunduk dan menggantung celemeknya di pintu dapur, kemudian berjalan keluar dengan kepala tertunduk.

Dia berjalan ke pintu dan dengan hati-hati membalikkan kepalanya lalu melihat kearah Glen. Ia menggerakkan bibirnya, namun tidak mengatakan apa-apa, kemudian buru-buru berbalik dan pergi.

Misha mencarikan sopir untuk Celine. Celine bertanya: "Sekretaris Misha, apakah anda ingin pergi ke Perusahaan Mitra Abadi? Saya ingin pergi ke Greenfield Mall."

Greenfield Shopping Mall terletak persis di seberang alun-alun Perusahaan Mitra Abadi, dapat dikatakan sangat sejalan.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu