Antara Dendam Dan Cinta - Bab 10 Aku Tidak….

Mobil belakang yang mengikutinya juga melakukan rem mendadak, seketika itu didalam terowongan terpancar sinar lampu merah, Glen menekan klakson sesuka hatinya.

“Menyingkir.”

Kedua tangan Glen memutar balik kemudi dan dengan nada dingin dia bicara.

Celine tercengang, dia langsung melepas sabuk pengaman, membuka pintu mobil lalu turun.

Tidak lama mobilnya berhenti, lalu langsung pergi.

Mobil di belakangnya masih memikirkan terjadi masalah apa, hanya melihat mobil yang berhenti di depannya tiba-tiba menurunkan seorang gadis.

Celine melihat mobil mewah itu melaju pergi, lalu dia pakai topinya.

Untungnya dia memakai pakaian yang tebal.

Bahkan udara dingin saat didalam terowongan juga tidak terbilang sangat dingin.

Celine berjalan menuju rumahnya.

Celine saat tengah berjalan menuju rumahnya, lewat beberapa menit, polisi yang bertugas di terowongan menghalanginya dan menanyakan situasi yang telah terjadi, polisi dengan mudah mengantar Celine ke depan pintu gerbang rumah Glen.

Celine turun dari mobil, terlihat ada sebuah mobil berhenti di depan gerbang.

Yang tidak lain dan tidak bukan adalah mobil Glen.

Celine berjalan ke arah mobil itu, suasana hatinya sudah cukup membaik, melihat ke arah kaca mobil tempat duduk pengemudi.

Tipe warna mobilnya sedikit gelap, tidak begitu terlihat jelas didalam mobil itu ada orang.

Tidak ada orang? Kenapa mobilnya tidak dimasukkan ke tempat parkir rumahnya.

“Apa yang sedang kamu lakukan disana mengelilingi mobil itu?”

Terdengar suara dari arah samping, Celine kaget mendengar suara itu, saat melihat, ada mobil lain yang tertutup pohon, ada bayangan seseorang, tangannya sedang memegang punting rokok yang masih menyala.

“Tuan.”

Celine menundukkan kepala berjalan mendekatinya, “anda mengapa masih disini dan tidak langsung masuk ke rumah?”

Glen mematikan api rokoknya, lalu bicara dengan nada dingin: “saya lihat kamu masih sangat cerdik, sampai mobil polisi pun mengantarmu pulang?”

“Saat melaju di terowongan dengan kecepatan tinggi memang melanggar hukum, polisi membawa saya naik ke mobilnya untuk diberikan sanksi.”

Glen melihat wajah Celine yang ceria, tiba-tiba terpikir olehnya kata-kata Jeffry di telepon barusan.

“Kamu tidak menyadari tingkat perhatian kamu kepada pembantu itu semakin lama semakin besar? Kursi roda pun sudah tidak kamu duduki, langsung menyetir mobil pulang ke rumah, kamu sudah siap bagaimana menjelaskan semuanya ke ayahmu?”

Tingkat perhatian Glen ke Celine sebegitu besarkah?

Glen masih belum menyadarinya.

Dia mengakui, pembantu itu sebenarnya menarik perhatiannya, karena kepolosan wajahnya, lalu sekarang…….

Dia terpikat oleh sedikit demi sedikit perubahan karakter Celine.

“Apa yang kamu lakukan berdiri disini? Masuklah.”

Hati Glen dilanda keresahan, dia berkata “Menelepon Calvin, pergi ke dokter spesialis yang dikatakannya.”

Celine dengan segera menganggukkan kepala.

Ternyata Glen berbpura-pura lumpuh, sekarang mencari alasan untuk menebus kesalahannya, Calvin saat itu menyarankan langkah cepat untuk pergi ke dokter spesialis.

Celine menelepon Calvin, saat menunggu Glen mengemudikan mobil ke rumah sakit, Calvin sudah berada di rumah sakit menunggunya.

Calvin dari pusat kemiliteran langsung mengemudikan mobilnya ke rumah sakit, dia masih mengenakan seragam militer, mengenakan jaket bersyal, terlihat dari kejauhan sangat hangat.

Glen mengenakan jaket hitam, tubuhnya terlihat sangat dingin.

Calvin melihat Glen perlahan-lahan melangkahkan kakinya yang panjang dan ramping mendekatinya, dirinya tidak merasa heran sedikitpun, sedikit mengangkat alis sambil berkata, “kaki Glen sudah sembuh, menyuruhku memanggil dokter spesialis untuk apa?”

Glen tidak banyak basa-basi dengan Calvin, “Kakiku membaik bukannya karena disembuhkan dokter spesialismu?”

Kedua laki-laki itu saling berhadapan di bawah sinar lampu, Calvin lebih dulu menundukkan kepalanya sambil tersenyum, di belakang telinganya menempel sebatang puntung rokok, sosoknya terlihat gemilang namun sedikit berandalan.

Kamu ambil puntung rokok yang ada di belakang telingamu lalu gigitlah diantara gigimu, “OK, aku lakukan sesuai Tuan Glen katakan.”

Kedua laki-laki begitu asyik ngobrol, seperti sudah tidak peduli dengan masalahnya langsung menyetujuinya.

Celine berdiri di sisi lain, mengawasi ruang perawatan intensif ICU yang berada tepat di depannya.

Pintu ruangan tersebut terbuka terdorong kedalam, sehingga bisa melihat orang yang sedang menggunakan alat bantu pernafasan di hidungnya.

Mata Celine seperti dilekatkan oleh orang itu.

Langkah kakinya tanpa sadar mendekati ruang rawat tersebut.

Kakak Steven….

Langkah kaki Steven semakin cepat, bahkan tidak sempat meliriknya sedetikpun, juga di sebelah ruang ICU yang berkaca tebal, dia melihat orang yang memakai alat bantu pernafasan, seketika itu air matanya jatuh mengaburkan pandangannya.

Glen sangat tidak puas, gadis ini ingin melakukan apa lagi?

Celine membuka pintu ruang ICU seakan ingin masuk kedalamnya.

Perawat di sebelahnya melihatnya, langsung melarangnya, Calvin menajamkan pandangan matanya kea rah perawat tersebut dan membuatnya tutup mulut.

Celine berjalan masuk.

Didalam ruangan tersebut berbaring seorang laki-laki bertubuh kurus, hidungnya memakai alat bantu pernafasan, mulutnya memakai alat bantu oksigen, dadanya terlihat sedikit naik turun, alat bantu oksigen di mulutnya mengeluarkan uap air.

Wajah asing laki-laki paruh baya tersebut adalah Steven.

Entah harus berbuat apa, mata Celine bercucuran air mata.

Dia mengusapnya dengan tangan, tiba-tiba dia membalikkan badan, baru sadar bahwa dirinya tidak tahu sejak kapan masuk ruang ICU.

Di luar ruang ICU, Glen dan Calvin menatap dia dengan penglihatan yang samar-samar.

Celine mengusap keringat telapak tangannya, dia terburu-buru berlari ke luar, “maaf, saya baru saja……”

Glen menatapnya heran, “sudah pulang.”

Celine menyuruh Calvin mengikuti Glen meninggalkan rumah sakit.

Walaupun Glen tidak menanyakan kenapa, tetapi Celine merasa harus menjelaskannya, “Tuan, saya baru saja melihat orang yang menggunakan alat bantu pernafasan, teringat ayah saya, dia ditabrak…….”

“Saya tidak tertarik untuk mengetahuinya.”

“…………………”

Kata-kata Glen membuat Celine menahan napasnya.

Suasana hati Glen sepertinya tidak begitu bagus, dihisaplah 3 batang puntung rokok yang berada di laci mobil.

Hanya saja, Glen tidak langsung pulang, tetapi mengemudi lewat jalan tol.

Celine agak terkejut, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, Glen hari ini mendapat gangguan apa?

Handphone yang berada di dashboard mobil berdering, Celine melihat layar panggilan tersebut dan ternyata Chatrine.

Glen tidak ada maksud untuk menerima panggilan tersebut, Celine juga tidak mempedulikannya.

Mobilnya keluar lewat jalan tol berikutnya, dengan tajam menghentikan mobilnya yang sedang melaju di jembatan tinggi.

Mobilnya berhenti, tiupan angin membuat rambut panjang Celine berkibas, layaknya sutera yang berkilauan.

Kapal pesiar di atas sungai gemerlapan lampu berwarna-warni, di tengah kegelapan nampak sedikit cahaya.

Glen menarik Celine turun dari mobil, dengan sengit menariknya ke pinggir jembatan.

“Kamu berani lompat dari sini?”

Celine terdiam.

Mulut Glen tersenyum mengejek, “Kamu pikir kamu sepenuh hati baik kepadaku, kamu bisa mati karena aku, kamu berani lompat dari sini?”

Celine teringat waktu dulu, saat berada di ruang baca, Glen menyuruhnya lompat dari gedung.

Saat itu juga seperti ini suasana hatinya.

Dengan jalan yang sama dipermainkan 2 kali?

Dia memang terlalu keras kepala.

Saat Glen merasa Celine sama seperti yang sebelumnya, sekalipun yang bisa dia lakukan seperti berdiri di atas pinggir jembatan melompat, Celine berkata 2 huruf: “Aku tidak.”

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu