Antara Dendam Dan Cinta - Bab 1 Aku Tidak Punya Anak Perempuan Sepertimu!

Begitu Celine membuka pintu ruang rias, sebuah tamparan keras dengan cepat melayang ke wajahnya.

"Plak!"

Wajah sebelah kanannya mendapatkan sebuah tamparan yang menyakitkan.

Belum sempat bereaksi, sebuah tamparan melayang lagi ke wajahnya. Kali ini dia ditampar sampai terhuyung-huyung. Celine memegang tembok untuk tetap berdiri tegak, kedua orang yang dekat itu dalam sekejap dibanjiri oleh rasa permusuhan.

"Pemakaman kakak perempuanmu baru saja dilaksanakan, dan sekarang kamu ingin menikah dengan suami kakakmu! Apakah kamu sama sekali tidak malu?! Apakah kamu tahu apa yang orang-orang di luar sana bicarakan? Bagaimana bisa aku membesarkan seseorang yang tidak punya malu sepertimu!"

Di depannya berdiri seorang nyonya besar ibu Celine yang berpakaian hitam dengan rok yang disulam. Di dadanya diselipkan setangkai bunga berwarna putih.

"Ibu.." Celine memanggilnya dengan pelan, "Apakah kamu akan datang menghadiri pernikahanku?"

Nyonya besar itu menghentakkan kakinya dengan sepatu hak tingginya, lalu menatap rendah Celine dengan penuh kesombongan. Matanya dipenuhi kebengisan.

"Jangan mimpi! Kamu membunuh kakakmu, merebut suami kakakmu, merampas pernikahan mereka dan sekarang kamu masih ingin aku menghadiri pernikahanmu? Kau kejam! Aku tidak pernah bertemu wanita semurahan ini! Aku tidak memiliki anak perempuan sepertimu!"

Ketika nyonya besar itu akan pergi dari ruang rias, dia sempat menatap Celine penuh kebencian, sepatu hak tingginya tiba-tiba menginjak kedua kaki kecil Celine. Ujung haknya yang berwarna hitam menusuk ke dalam kulit dan daging Celine, sakitnya menusuk sampai ke sumsum tulang belakang.

Celine tidak menangis.

Bahkan perasaan ingin menangis pun tidak ada.

Celine bangkit dengan bersandar pada tembok. Selangkah demi selangkah berjalan menuju tempat rias, mengambil alat rias untuk memperbaiki riasannya.

Pipinya yang mendapatkan 2 kali tamparan mulai memerah, anggaplah dalam waktu pendek bengkak dipipinya tidak mereda, akhirnya dia meminta seorang pelayan membawakannya sekantung es untuk mengompres wajahnya.

Hari ini adalah pernikahannya dengan pria itu.

Dia harus menjadi yang paling sempurna dan paling cantik yang berdiri di sisi pria itu.

"Ibu mu sudah pergi?"

Sahabat Celine, Clarissa masuk ke ruangan. Begitu melihat Celine, Clarissa langsung melihat bekas tamparan di wajah Celine. Clarissa terkejut sambil menutup mulutnya, "Apakah ibumu yang memukulnya?"

Celine mengangguk dalam diam.

Clarissa menghentakkan kakinya marah, "Bagaimana bisa ibumu seperti ini? Apakah dia ibu kandungmu? Jika tidak menghadiri pernikahanmu ya sudah! Sebentar lagi kamu akan naik ke altar, tapi masih ada bekas tamparan di wajahmu, bagaimana bisa naik ke altar?"

Celine menundukkan pandangannya, "Mereka semua menyalahkanku."

"Menyalahkan apa? Karena telah membunuh Felicia?" Tanya Clarissa. "Kematian Felicia ada hubungan apa denganmu? Dia sendiri yang lompat dari gedung bunuh diri!"

"Ada... hubungan apa dengannya?"

Di depan pintu, terdengar suara suram yang tengah bertanya-tanya.

Punggung Celine terkunci, udara dingin seperti es merambat naik.

Clarissa memutar tubuhnya, baru saja ingin menyangkal, tetapi dirinya sudah dibuat takut oleh keangkuhan dari orang yang berada di pintu. Otaknya tiba-tiba menjadi kosong.

Pria itu bersandar pada pintu. Tubuhnya dibalut oleh jas yang telah rapi disetrika, di tengah-tengah jemari tangannya terdapat rokok tatapan matanya yang mengarah ke sini seperti mata pisau yang dibungkus.

“Pergi.”

Pria itu mendekat selangkah demi selangkah. Menatap Clarissa sambil bicara.

Tubuh Clarissa bergetar, tapi Clarissa masih berada di depan Celine untuk melindunginya.

"Tidak, tidak bisa! Hari ini aku adalah pengiring pengantin wanita, aku ingin menemani Celine."

Pria itu mengarah ke depan pintu, dengan dingin memerintah: "Tolong bawa nona Clarissa pergi."

"Baik!"

Dua pengawal di depan pintu masuk ke dalam, langsung membawa Clarissa pergi.

Celine mengangkat roknya lalu berbalik pergi menyusul, tapi tubuhnya dihalangi oleh lengan pria itu. Tubuhnya langsung ditekan paksa duduk di kursi rias.

"Lepaskan aku! Kalian telah melanggar hukum! Aku akan melaporkannya ke polisi! Tidak bisa.... mmm....mmm..."

Mulut Clarissa langsung ditutup, lalu pengawal menariknya pergi, setelah itu terdengar suara 'blam!' pintu tertutup.

"Glen, panggil mereka untuk melepaskan Clarissa. Ada masalah apapun silahkan serang aku!" Celine mengangkat kepalanya, menatap janggut tipis dagu pria itu, jemarinya memegang sisi kursi erat-erat, sampai jari-jari tangannya memucat.

"Menyerangmu?" Pria itu mengangkat alisnya meremehkan Celine.

Tangan pria itu mencengkram leher Celine. Tangannya masuk dari dalaman gaun pernikahan, melecehkan tubuh Celine dengan penuh kebencian.

"Akh.."

Celine merintih kesakitan, "Glen, lepaskan."

Celine menarik pergelangan tangan pria itu, menahan belaian tangan pria itu, tubuhnya agak bergetar.

"Bibirmu berkata tidak mau, tapi tubuhmu sangat jujur." Glen tertawa dingin. Glen melepas dalaman gaun pernikahan Celine, tangannya menyentuh kulit Celine dengan semakin tak terkendalikan, menyentuh dari atas sampai bawah.

Sungguh kurang ajar, sama sekali tidak ada belas kasihan.

"Engh.." Wajah Celine memerah, akhirnya dibawah permainan Celine merasakan perubahan emosi. Desahan pelan yang sulit ditahannya akhirnya keluar.

"Murahan!"

Kabut di otak Celine tiba-tiba terbuka jelas, mendengarkan ucapan pria itu, wajahnya seperti disiram dengan air es!

"Tidak ada yang tahu jika kamu seperti ini, kan?" Glen tersenyum dengan licik, "Jika aku menyetel video ini di pesta pernikahan...."

Glen menekan tombol 'mainkan' pada ponselnya.

Di layar ponselnya ada ekspresi wajah Celine ketika dilecehkan oleh Glen!

Hanya bagian atas tubuhnya. Tangan besar pria itu bermain di atas bagian payudara, dengan serampangan melecehkan dan menodai Celine, tetapi ekspresi wajah Celine seperti menikmatinya!

Celine digoda oleh Glen sampai dirinya tidak sadar. Setelah mendengarnya dia merasa seluruh wajahnya memerah!

Dia baru saja terbenam dalam rayuan Glen, sampai dia tidak menduga jika pria itu menggunakan ponselnya untuk merekam!

"Glen, tidak. Kamu tidak bisa melakukannya." Wajah Celine pucat, bibirnya bergetar hebat. Tangannya ingin menarik bajunya, tapi tangannya ditarik oleh pria itu dan diletakkan di atas kepalanya.

"Kenapa tidak bisa? Biarkan orang-orang tahu bagaimana kamu begitu genit, menggoda suami kakakmu sendiri."

Air mata Celine jatuh dari pelupuk matanya, "Tidak, bukan aku yang membunuhnya. Aku tidak...."

"Dengan mataku sendiri aku melihat kamu mendorongnya!" Glen tersenyum dingin, "Kamu seorang pembunuh."

Glen mendorong Celine dengan keras.

Celine buru-buru menarik bajunya, menutupi jejak berwarna keunguan di tubuhnya, air matanya diam-diam berlinangan jatuh.

Celine menghapus bekas air matanya, "Waktu pernikahan telah tiba."

Glen berjalan menghampiri Celine lalu menjambak rambut panjang gadis itu ke belakang.

"Pernikahan? Kamu masih punya muka untuk menyebutnya sebagai pernikahan?!"

"Ah!"

Celine merasa lengannya sangat sakit. Tangan Glen yang sekeras besi langsung menarik tubuhnya, lalu menutup kasar pintu ruang rias, menariknya keluar ruangan.

"Bukankah kamu menginginkan upacara pernikahan? Baiklah, pengantinku tersayang. Sekarang, silahkan nikmati upacara pernikahanmu...."

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu