Antara Dendam Dan Cinta - Bab 167 Bertemu dengan Hantu Perebut Nyawa

Lisa berkata:"Saat itu aku tidak berada di tempat. Sebelum kakakku meninggal ia meneleponku, katanya di kartu banknya ada uang masuk sebesar 1M. Aku bertanya darimana asal uang itu, apakah sulit. Dia berkata tidak sulit. Ada seorang wanita, dia adalah orang terhormat. Aku menunggunya untuk pulang membuatkanku makan malam, lalu aku mendapatkan kabar buruk, bahwa kakakku telah melompat dari puncak gedung."

Leon merasa terkejut begitu mendengarnya.

Celine menekan telapak tangannya, "Lalu bagaimana dengan ayahmu? Apakah operasinya berhasil?"

Lisa mengepalkan tangannya, dan memukul meja dengan keras, gelas di meja pun sudah hampir melompat, "Tidak ada operasi sama sekali!"

Celine melototkan matanya, "Bagaimana mungkin? Kakakmu......"

"Tidak ada uang! Sepeser pun tidak ada!" Lisa berbicara dengan isak tangisan, ia menutup wajahnya dan terlentang di meja, air mata mengalir dari celah jari-jarinya, ”Tidak ada wanita, juga tidak ada uang, siapapun tidak ada, kakakku ditipu!"

"Foto kakakmu, apakah masih ada?" Celine tiba-tiba menanyakan pertanyaan yang tidak ada hubungannya.

Lisa mengeluarkan hp dari kantongnya dengan gemetar, berbicara dengan tidak jelas:"Ada, aku..... kakakku paling suka kecantikan, dia punya banyak foto....."

Celine melihat hp yang berada di tangan Lisa.

Gadis di dalam foto itu, tinggi langsing, berambut panjang.

Bentuk badan, jarak alis mata, ada sedikit kemiripan.

"Siapa wanita itu, apakah kamu pernah menemuinya?

Celine mendengar suara seolah-olah itu terungkap dari neraka gelap, dengan suara serak basah.

Begitu ia mengeluarkan suara, ia sadar ternyata itu suaranya sendiri.

Lisa tidak tahu, ia menggelengkan kepala, "Aku tidak pernah menemuinya, aku tidak tahu, aku pun tidak mengetahui apakah ada orang itu. Di laci meja kakakku ada selembar pemeriksaan kejiwaan, katanya kakakku sering muncul halusinasi. Penyakitnya tidak ringan lagi, aku pun tidak mengetahuinya......"

Mungkin 3 tahun lalu ia masih seorang gadis, ia menerima penderitaan kehilangan kakak dan ayahnya. Sekarang ia bisa mengungkapkannya sungguh tidak gampang, dia berbicara terputus-putus, suaranya tidak jelas, menangis hingga pingsan.

Leon membiarkan Lisa beristirahat di ranjang ruang istirahatnya, ketika ia keluar, ia melihat Celine duduk di jendela dan melihat pemandangan cahaya dalam malam.

Dia mendekatinya, dan mendengar Celine berkata:"Dia bukan manusia."

Suara Celine yang basah dan dingin, hidungnya seperti terisak asap yang tebal, sejenak merasa pedas, dan membuat mata ingin meneteskan air mata.

"Siapa?" Leon bertanya.

Celine tidak menjawab.

Sepasang mata hitamnya seolah-olah terintegrasi dengan kegelapan sebelum fajar.

Dia menggigit giginya, menolehkan kepala ke arah Leon, “Dokter Leon, apakah bubuk tulang bisa mengidentifikasi DNA?"

Pertanyaan ini sangat lucu, tetapi Leon melihat ada tatapan sedih dari kedua mata Celine, dan ia menggelengkan kepala menjawab,"Tidak bisa."

Celine menutup matanya.

Leon berkata:"Tetapi dalam waktu 3 tahun...... Jika tulang tidak berubah semua menjadi abu, dan masih ada tulang yang utuh, seharusnya bisa diidentifikasi."

Mata Celine segera berbinar,"Sungguh bisa?"

Leon menganggukkan kepalanya,"Aku bisa mencobanya."

Celine telah bertekad dalam hatinya.

Cuaca sangat dingin, Leon berjalan ke meja bar untuk mengambil air panas, bertanya pada Celine:"Kopi atau susu?"

Celine menyangga pipinya, melihat ke arah Leon, "Dokter Leon, lebih baik kamu langsung bertanya aku ingin tidur atau lanjut bergadang."

Leon menaikkan bahunya, "Jadi?"

"Kopi saja."

Barang di tempat Leon sungguh lengkap. Dia mengambil biji kopi dan memasukkannya ke dalam mesin kopi, setelah digiling menjadi bubuk kopi, ditambah susu yang menemani, lalu dituang air panas. Seluruh kantor sekejap penuh dengan aroma kopi.

Dia meletakkan gelas mug di depan Celine, "Nomor kamar itu akan kuselidiki, tetapi hasilnya belum keluar."

"Terima kasih."

Celine tidak banyak bicara, Leon juga tidak banyak bertanya.

Ada kalanya, Celine sungguh merasa saat bersama dengan Leon sungguh nyaman, tidak perlu berpura-pura, juga tidak perlu sengaja melakukan apapun.

Leon bertanya:"Kapan kamu pergi?"

Celine menjilat bibirnya minum kopi "Dokter Leon ingn mengusirku sekarang?"

Saat ini, di sebelah sisi.

Glen sudah 3 hari tidak mendapatkan Celine yang "manjat di ranjang".

Dia hari ini sengaja meneleponnya, telepon di angkat oleh Pengurus Rumah Lin.

"Dia sudah keluar sejak sore tadi, katanya besok merupakan hari peringatan kematian orangtuanya, ia kembali untuk membakar uang kertas."

Glen mengedipkan matanya, hari ini bakar kertas, lalu kemarin?

"Belakangan ini di villa apakah ada terjadi sesuatu?"

"Tidak terjadi apa-apa, sepertinya ada kemalingan, nyonya muda pergi menangkap maling,"

Glen mengerutkan keningnya, "Menangkap maling?"

"Iya."

Glen menutup teleponnya, harinya merasa ada yang beres, seperti ada sesuatu yang bakal terjadi.

.................

Keesokan harinya.

Celine sangat ngantuk, dan ia tertidur di atas meja.

Ketika ia bangun, langit sudah terang.

Di dalam kantor hanya tersisa ia sendirian, ia sekilas melihat jam.

"Dimana Dokter Leon?"

Sekretaris Leon kenal pada Celine, ia langsung berkata:"Dokter Leon pergi operasi, katanya setelah Anda bangun, boleh mengambil kartunya untuk makan di kantin pekerja."

"Terima kasih."

Celine langsung keluar dari rumah sakit, ia segera pergi membeli tiket di stasiun bus, mencegah ditanya oleh Chatrine ketika kembali.

Dia membeli 2 lembar tiket bolak balik, merobek bukti pembelian, berkeliaran selama beberapa jam hingga sore, baru kembali ke rumah Glen.

Begitu masuk Villa, dia mendengar tangisan histeris.

"Sungguh bukan aku yang melakukannya, nyonya muda! Aku tidak mencuri barang!"

Yunita berlutut di lantai, menangis hingga wajahnya penuh dengan air mata.

Chatrine tertawa dingin dan duduk di kursi tengah, mengangkat satu kaki, tidak terpengaruh sedikitpun dengan tangisan Yunita, "Tidak mencuri barang, berarti mencuri orang?"

Yunita ketakutan hingga merinding, giginya juga gemetar, "Aku tidak melakukannya, aku sungguh tidak melakukannya......"

"Kalau begitu kemarin tengah malam kamu keluar untuk apa!"

Yunita menggelengkan kepala, "Aku......"

Dia tidak berkata apapun.

Chatrine dengan ganas melemparkan gelas ke arah kaki Yunita, pecahan porselen beterbangan, "Tidak ingin mengaku? Baik, Seno, bawa dia ke ruang bawah tanah!"

Novel Terkait

Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu