Antara Dendam Dan Cinta - Bab 36 Sepuluh juta

Celine menggigit bibir bawahnya dan bertanya, “Dokter Leon, kenapa anda menarik saya?”

Suaranya yang sehalus dan setipis suara serangga, ditambah lingkaran merah di bawah matanya yang belum mereda karena menangis membuatnya terlihat sangat menyedihkan.

Dokter Leon memandang Celine sekilas, menyunggingkan ujung bibirnya, lalu membantu Celine menggerakkan tangannya perlahan, “Kepalkan tangan, lebih kencang lagi... Lebih erat lagi... Baik, longgarkan.”

Celine pun menurut.

Dokter Leon melonggarkan tangannya, berdiri dan bersandar di belakang mejanya, “Bagaimana rasanya sekarang?”

Celine menggerakkan lengannya perlahan dan merasa lengannya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

“Sudah jauh lebih baik. Terima kasih, Dokter Leon.”

Dokter Leon lalu mengulurkan tangannya ke hadapan Celine dan membuka telapak tangannya.

Celine menatap bingung dan bertanya, “Apa?”

“Hanya sekedar ucapan terima kasih?” Dokter Leon bersuara, “Aku bukan penyelamat, pengobatan yang aku lakukan harus dibayar dengan uang.”

Celine tercenung kaget.

“Berapa biayanya?”

“Sepuluh juta”

Celine: “……”

Celine mengerjap-kerjapkan kedua matanya dengan bingung, “Apakah sekarang pengobatan untuk tangan patah semahal itu?”

“Orang lain hanya mengenakan biaya seribu sampai dua ribu kuai, tapi anda mengenakan harga berkali-kali lipat,” Dokter Leon pun menjawab pelan, “Kamu pikir biaya yang aku kenakan tidak masuk akal?”

Celine mana berani mengatakan bahwa ini tidak masuk akal!

Kalau bukan karena ia memegang kartu rahasia Celine, Dokter Leon tidak akan berani bertindak seenaknya seperti ini!

Dokter Leon sudah benar-benar berkuasa sekarang. Tapi Celine tidak tahu apakah dokter itu menggunakan kekuasaannya untuk membantu Celine menyembunyikan kapan ia patah tulang, atau... Menyembunyikan perihal telepon yang terjadi di pinggir sungai barusan.

Tapi satu hal yang Celine yakin adalah Dokter Leon belum memberitahu Glen kapan tepatnya ia mengalami patah tulang.

Kalau keyakinannya keliru, Glen tidak mungkin melepaskannya dengan begitu mudahnya saat mereka berada di ruangan di Night Palace hari itu.

Dalam waktu sesingkat itu, Celine sudah memikirkan jawaban di dalam otaknya.

Celine memelintirkan ujung bajunya, “Saya... tidak punya uang.”

Dokter Leon mendenguskan nafas pelan dan berkata,“Aku tahu kamu tidak punya. Baiklah, begini saja. Setiap hari, kamu harus datang untuk membersihkan ruanganku dan memasak. Ini akan kuhitung sebagai pengurangan biaya kunjungan.”

Kali ini, Celine benar-benar terpaku.

Ia benar-benar tidak menyangka Dokter Leon bisa mengusulkan... Syarat yang aneh seperti ini.

Dokter Leon menatap Celine.

Celine menggertakkan kecil giginya dan menjawab, “Baiklah.”

Di saat inilah Dokter Leon menyadari bahwa Celine memiliki banyak rahasia. Bukankah seharusnya Celine mengulur-ulur dulu? Bukannya langsung mengiyakan seperti ini.

“Tapi masakan saya rasanya tidak enak.”

Celine lebih dulu mengatakan hal buruknya.

Dokter Leon pun berpikir dalam. Walaupun rasanya tidak enak, tidak mungkin sampai tidak bisa dimakan, bukan?

Tapi saat Dokter Leon sedang duduk di ruang tamu sambil membaca materi kedokteran, tiba-tiba saja ia mendengar alarm kebakaran di dapurnya berbunyi.

Dokter Leon dengan segera menghampiri dapur.

Dapurnya penuh dengan asap putih yang menggumpal tebal sampai memenuhi tiga lantai.

“Uhuk... Uhuk, uhuk!”

Dokter Leon dengan sigap mematikan alarm kebakaran dan mengibas pergi asap-asap tebal itu. Ia lalu bertanya, “Uhuk uhuk, apakah kamu benar-benar ingin membunyikan alarm itu?”

Celine terlihat sangat malu dan bersalah, wajahnya berubah menjadi hitam karena asap.

“Bukan, saya tidak bermaksud, hanya saja...” Aku tidak terlalu bisa menggunakan benda ini, gumam Celine dalam hati.

Dokter Leon pun memandang meja masak dan kompornya yang berantakan. Tanpa perlu Celine menjelaskan, ia sudah paham.

“Bukankah kamu bekerja di dapur Tuan besar?”

Celine menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Tangan saya patah, jadi Ibu Laura hanya mengizinkan saya untuk menjadi asistennya.”

“Bukan itu yang aku maksud, kamu... Ah, sudahlah.” Dokter Leon menggulung lengan kemejanya, “Kamu perhatikan, akan aku ajari.”

Celine pun menutup rapat mulutnya.

Tentu saja ia tahu apa yang sebenarnya ingin Dokter Leon tanyakan.

Ia adalah seorang gadis desa yang datang ke kota mencari kerja. Bukankah sebuah lelucon apabila memasak saja tidak bisa?

Orang lain saja langsung tahu bahwa ia sedang berbohong.

Walaupun sejak kecil Celine tidak pernah bertemu dengan kedua orangtuanya, tapi ia adalah nona muda kedua di keluarganya. Untuk apa ia melakukan hal-hal kecil seperti menyapu dan memasak?

Seperti penjara, makan sehari tiga kali selalu tepat waktu dan sudah disiapkan. Tidak perlu ia sendiri yang melakukannya.

Beberapa hari ini, Celine sudah memperhatikan cara Ibu Laura memasak dengan berdiri di sampingnya. Sebenarnya ia sudah banyak belajar, tapi ketika ia melakukannya sendiri... Ternyata sulit sekali.

Celine berdiri di pintu dapur, memperhatikan seorang pria yang sibuk kesana-kemari, namun gerakannya sangat teratur.

Jemarinya yang lentik dan panjang menggulung lengan bajunya, menyalakan alat pembuang gas, membuka lebar jendela, mengelap bersih meja masaknya dengan kain spons, dan menyikat pelan-pelan kerak gosong yang menempel dalam wajan di bawah kucuran air keran.

Ia mengerjakan semuanya dengan sempurna dan keadaan dapur pun kembali seperti keadaan semula.

“Ambilkan dua butir telur dari dalam kulkas, sebuah tomat dan seikat sayuran kesini.”

“...Apa? Oh, baiklah.”

Dengan kesadaran yang baru kembali, Celine pun membuka pintu kulkas. Sebelah tangannya membawa tomat dan sayuran sedangkan sebelah tangannya lagi membawa dua butir telur. Kedua tangannya jelas-jelas tidak cukup.

Kraakk!

Karena tidak terpegang dengan baik, sebutir telur pun jatuh dari tangan Celine dan pecah.

“……”

Dokter Leon kehabisan kata-kata. Ia tidak tahu harus memberikan respon seperti apa.

Ia pun berjalan menghampiri Celine, mengambil semua barang di tangannya lalu meletakkannya di dalam keranjang,“sepertinya kedatanganmu malah merepotkanku.”

Bibir Celine tertekuk ke bawah.

Dokter Leon membersihkan dan mencacah sayur, sedangkan Celine membersihkan lantai yang kotor karena telur yang jatuh tadi. Saat ia mendongakkan kepalanya, sosok Dokter Leon yang sedang mencacah sayur tertangkap matanya.

Tangannya sangat terampil dalam memegang pisau. Potongan sayurnya terlihat sangat indah, ukuran setiap potongannya seragam.

Dokter Leon benar-benar pandai masak.

Dalam waktu singkat, air di dalam wajan pun mendidih. Telur yang sudah diorak-arik lalu dimasukkan ke dalam sup tomat yang mendidih, dan selanjutnya sayuran pun dimasukkan.

Perut Celine pun menyambut lapar masakan yang mengeluarkan aroma sedap itu.

Dokter Leon mengambil dua buah mangkuk, lalu mengisinya dengan mi dan kuah. Ia mencampur masakannya hingga merata dan menambahkan beberapa helai daging ham di atasnya, “Selesai, ambil ini.”

Celine menatap semangkuk mie tersebut.

Perpaduan warna antara merah dari tomat dan ham, hijau dari sayuran, dan putih dari mie sangat menggugah selera makannya.

Celine merasa sedikit sungkan, “Dokter Leon, apakah semangkuk mei ini untuk saya?”

“Tentu saja bukan.”

“……”

Dokter Leon pun duduk dan mulai menyantap makanannya dengan sumpit.

Sedangkan Celine hanya memperhatikan pria itu makan.

Dokter Leon mengangkat kepalanya dan menatapnya, “Jika itu bukan untukmu, lalu untuk siapa lagi? Apakah ada orang lain disini?”

Celine pun tertawa. Ia memegang sumpitnya dengan senang dan mulai menyantap makanannya.

Hmm, benar-benar enak.

Dalam tiga tahun terakhir, ini adalah semangkuk mie terenak dan terhangat yang pernah ia rasakan.

Dokter Leon menyandarkan punggungnya ke kursi dan menatap sosok gadis di hadapannya itu.

Kulitnya kasar dan kusam, rambutnya juga tidak terlihat berkilau. Ia terlihat seperti perawan tua berusia 45 tahun walaupun jelas-jelas ia baru berusia 19 tahun.

”Apakah suaramu selalu seperti ini?”

Celine terlonjak kaget mendengar suara Dokter Leon yang tiba-tiba.

Suaranya...

Sebenarnya tidak selalu seperti ini.

Dulu, suaranya seindah kicauan burung jalak kuning.

Hidupnya di penjara selama tiga tahun membuat tenggorokannya terluka.

“Iya.”

Jemari Dokter Leon mengetuk-ketuk meja, “Apakah kamu pikir aku bisa dibohongi?”

Hati Celine tercenung, sumpit yang ada di genggamannya pun melonggar.

“Aku itu seorang dokter, aku bisa membedakan dengan jelas seperti apa kerusakan pita suara dari lahir dan yang bukan. Suaramu yang seperti ini jelas-jelas disebabkan karena kau tidak menjaga kesehatan tenggorokanmu, sehingga terluka dan menyebabkan suaramu menjadi seperti ini.” Dokter Leon menjelaskan dengan hangat, “Aku tahu bagaimana menyembuhkannya.”

Celine tidak menyangka Dokter Leon akan berkata demikian. Sambil menghela napas lega, ia pun mengangkat kepalanya dan sinar kaget tersorot dari kedua matanya.

“Benarkah?”

Dokter Leon menatap Celine lurus-lurus dan menjawab , “Tentu saja.”

Dalam hatinya Celine merasa sangat senang, “Baiklah. Kalau begitu, saya akan datang dan memasak untuk anda setiap hari.”

Dokter Leon menaikkan alisnya. Ia mengetuk pinggir mangkuknya dengan sumpit dan sambil tertawa berkata, “Kamu yang memasak untukku atau aku yang memasak untukmu?”

Wajah Celine merona merah karena malu, “Saya memang tidak bisa memasak, tapi saya bisa belajar. Kalau begitu, saya bersih dan mencuci pakaian anda saja dulu. Saya bisa.”

Dokter Leon tidak memberikan respon apapun. Celine pun menganggap Dokter Leon menyetujui gagasan ini.

Lagipula jarak dari tempat tinggal Dokter Leon ke villa Glen hanya sebatas belasan menit berjalan kaki.

Jaraknya cukup dekat.

Belakangan Celine baru tahu bahwa Dokter Leon memang bukan berasal dari keluarga dokter pada umumnya. Dengan latar pendidikan dan keterampilannya sebenarnya ia sudah beruntung bisa menjadi seorang dokter spesialis di rumah sakit terbesar Kota Cease.

Ia hanya menumpang tinggal di rumah keluarga Glen.

Tengah malam waktu itu, ia sebenarnya dipanggil oleh Tuan Glen ke vila hanya untuk menggantikan tugas jaga seorang dokter.

Setelah Celine lebih mengenal jalan dan kendaraan yang bisa ia gunakan untuk pergi ke kabin pribadi Dokter Leon, terkadang ia akan mengantarkan sebuah pot tanaman segar ke kediaman Dokter Leon meskipun ia tidak ada urusan apapun. Biasanya Celine pergi ke vila pribadi pria itu setelah pekerjaannya di taman bunga selesai.

Celine baru saja melangkah keluar dari ruang bunga ketika sesosok bayangan menghalanginya di depan pintu.

“Kamu masih saja tidak mau menurut.”

Yang berbicara ternyata adalah Laura.

Laura menyilangkan lengannya didada sambil berdiri menyenderkan tubuhnya di depan pintu dan berkata, “Apakah kamu tahu siapa dokter itu? Kenapa masih berani berjalan begitu dekat dengannya?”

Di hadapan Laura, Celine tidak perlu berpura-pura, “Seorang dokter.”

“Seorang dokter bisa memiliki kabin pribadi di kediaman Glen? Apakah otakmu kemasukkan air?” sindir Laura sambil tertawa dingin. Ia pun melanjutkan, “Pria itu adalah keponakan dari istri kedua.”

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu