Antara Dendam Dan Cinta - Bab 185 Murid Yang Melampaui Gurunya

Fera mendengar kalimat itu, raut wajahnya yang sumringah berubah menjadi kelam.

Dia merasa sangat tidak puas terhadap perilaku anak laki-laki yang sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri ini.

“Kamu ini! orang itu sudah mati, apa di hati kamu masih ada dia?”

“Dia tidak mungkin meninggal.” ucap Dokter Leon ngotot.

Fera tersenyum sinis, “Jasadnya sudah ditemukan, bahkan abu jasadnya pun sudah di depan mata, biarpun kamu tidak mengakuinya juga tidak akan merubah semuanya, orang yang sudah mati tidak akan mungkin hidup kembali, terima saja lah!”

Dokter Leon membalikkan badan langsung keluar, “beng” terdengar suara hentakan pintu yang ditutup.

Fera terkejut sampai melompat.

Benar-benar semakin dewasa semakin susah diurus!

Tetapi untungnya pengganggu itu sudah mati, hal ini bisa menyelesaikan semua urusan hatinya.

……………………..

Dokter Leon tidak ikut makan malam, dia langsung pergi ke ruang bunga.

Saat Celine masih ada, dia paling suka duduk berlama-lama di ruang bunga sambil memelihara tanaman.

Dokter Leon memakai perkataan Celine dan diucapkannya, memelihara tanaman lebih mudah dibandingkan dengan mengurus manusia.

“Siram tanaman dengan air, memotong ranting yang sudah kering, tanaman-tanaman itu bisa memperlihatkan keindahannya padamu, tetapi berbeda dengan manusia, biarpun bisa membuatnya nyaman, tetapi dia masih bisa memperlihatkan wajah yang sendu dan ceria.”

Saat Dokter Leon berjalan mengitari jejeran tanaman bonsai yang sangat berharga itu, tiba-tiba ada sosok seseorang yang masuk kedalam pandangannya.

Suzy yang mengenakan pakaian serba hitam itu berjalan mendekatinya, “Leon.”

Dokter Leon dan Suzy biasanya jarang berinteraksi, apalagi sekarang, dia hanya menganggukkan kepala saja, dia menyapa dengan mengucapkan salam bibi ketiga lalu langsung membalikkan badan pergi meninggalkan ruang bunga.

“Apa Leon sedang mengingat kenangan bersama Celine?”

Leon menghentikan langkahnya, “Apa maksud perkataan bibi ketiga ini?”

Suzy menggerakkan tangannya yang memakai perhiasan giok berbandul bunga mawar putih, “Hari ini seluruh Keluarga Glen sedang menyebarkan berita kematian seorang pembantu rendahan itu, saat dia masih hidup dia paling suka duduk di ruang bunga ini, dia bilang kalau disini sangat bersih, biarpun bunganya kering dan daun-daunnya berguguran, dia bisa menganggapnya sebagai musim semi.”

Raut wajah Leon tanpa ekspresi sedikit pun, dia melihat ke arah Suzy, “Apa Bibi Ketiga juga merasa kalau dia sudah meninggal?”

Suzy sedikit terkejut, “Bagaimana mungkin dia masih hidup?”

Leon memutar badan berjalan ke luar, “Dia tidak akan meninggal dan tidak mungkin meninggal.”

Di ruang bunga hanya tinggal Suzy sendirian, dia tetap berdiri lama di tempat semula tanpa bergerak sedikit pun.

Karin berjalan mendekatinya, “Nyonya, Tuan Besar pergi ke tempat tinggal kita, dan sudah bersiap untuk makan malam.”

“Baiklah, ayo jalan.”

Karin memapah Suzy, “Nyonya, apakah Cherry benar-benar sudah meninggal?”

“Sudah meninggal, benar-benar malang.” ucap Suzy sambil menurunkan kelopak matanya, “Anggap saja aku salah menilai dia.”

Karin bergumam, “Nyonya jangan bersedih, aku juga tidak merasa kalau dia memiliki keahlian, dia begitu pengecut dan patuh, entah bagaimana bisa dia membuat kedua tuan muda ini jatuh hati padanya.”

Suzy menyentil kepala Karin, “Kamu ini, apa kamu merasa Glen dan Leon ini orang bodoh? jika dia tidak memiliki sedikit pesona dan bersikap seperti pembantu biasa, seluruh Keluarga Glen punya banyak pembantu, sedikitnya ada 50 sampai 60 pembantu termasuk yang kamu bilang pengecut itu, lalu kenapa diam-diam dia bisa mendapatkan sanjungan?”

Karin masih tidak mengerti.

“Apa kamu masih ingat saat dulu dia melemparkan diri untuk menghalangi cambukan yang diberikan kepada Glen?” ucap Suzy, “Dia tidak mengelaknya, saat dia tergeletak karena 20x cambukan, sembari mengakui kesalahan yang dilanggar oleh orang kepercayaan Tuan Besar yaitu Sekretaris Misha, tindakan yang seperti itu bukan hanya membuat Glen terkejut, dia juga menunjukkan perasaan kemanusiaannya kepada Tuan Besar.”

Karin membelalakkan mata, “Dia…..sedang berpura-pura? tidak mungkin, dia bagaimana mungkin bisa membuat rencana sebanyak itu? sangat menakutkan, lalu untuk apa dia melakukannya?”

Suzy menggelengkan kepala.

Dia masih terus memikirkan apa tujuan Celine.

Apa dia benar-benar sudah meninggal?

Dan ada satu orang lagi yang sedang bertanya-tanya seperti dia mengenai hal itu, yaitu Glen.

Glen duduk bersandar di kasur, di atas laci bagian atas kasurnya terletak sebuah asbak rokok, didalam asbak tersebut terdapat 7-8 puntung rokok, dan di tangannya masih menjepit sepuntung rokok.

Asap rokok tersebut menjulang ke atas, garis wajahnya terlihat lebih keras dan kaku.

Jeffry meregangkan kakinya duduk di sofa, dia mengangkat alis, “Apa wanita itu benar-benar sudah meninggal?”

2 hari ini dia sering mendengar masalah itu.

Meninggalnya seseorang, jasad wanita yang ditemukan oleh penyelam di hilir sungai Luo itu masuk tranding topic berita malam Kota Cease.

Dia melihat raut wajah Glen sambil mengangkat dagunya, “Kamu juga jangan terlalu banyak memikirkannya, yang telah tiada biarlah berlalu, lagipula masih banyak yang lain, kamu adalah tuan muda keluarga Glen, kamu bebas memilih wanita mana saja yang kamu mau, jika tidak bisa maka aku akan membantumu memilih.”

“Dia belum meninggal.” ucap Glen sambil mematikan punting rokoknya dan meletakkannya kedalam asbak.

Jeffry terkejut hingga alisnya terangkat, “Abu jasadnya sudah terlihat……….”

“Apa wanita lain tidak boleh melompat bunuh diri ke sungai?” ucap Glen sambil mengendurkan allisnya, “Masalah ini sangat mencurigakan, aku sudah menyuruh Asisten Lukas untuk menyelidikinya, tetapi relasinya sangat terbatas, aku menyuruhmu datang kemari untuk meminta kamu membantuku menyelidiki masalah ini dari awal hingga akhir.”

“Masalah ini adalah masalah keluarga Glen yang dirahasiakan, biarpun aku mencarinya hingga ribuan kilometer pun tidak akan menemukannya,” ucap Jeffry tanpa basa-basi, “Lebih baik kamu langsung suruh pengawal kepercayaan Chatrine untuk datang kemari dan menanyakan hal ini padanya.”

Seno?

Glen mengerutkan alis.

Tapi ini adalah ide yang bagus untuk memecahkan jalan keluarnya.

Tetapi, Chatrine sepertinya sudah menduga kalau Glen akan menginterogasi orang kepercayaannya, sehingga besok paginya saat dia datang ke gedung utama untuk makan bersama, dia sudah mengganti orang kepercayaannya itu.

Glen tidak henti-hentinya bertanya: “Lalu orang kepercayaanmu yang itu?”

“Hah, sebentar lagi tahun baru, keluarganya ada sedikit masalah, aku mengijinkannya untuk pulang kampung dan beristirahat.” Chatrine tersenyum sambil memberinya sepotong daging, “Glen, banyak makan daging agar tulangmu cepat tumbuh, tubuhmu juga pasti akan cepat pulih.”

Fera tersenyum, “Melihat Glen dan Chatrine begitu saling menyayangi, aku benar-benar iri dengan Nyonya Besar yang punya menantu sebaik dia, begitu lembut dan baik hati.”

Semua yang duduk disana pun mendengar perkataan Fera.

Saling menyayangi?

Nona Muda yang “lembut dan baik hati” itu entah barusan menggunakan sihir apa hingga membunuh pembantu yang diam-diam bermadu dengan suaminya itu.

Novel Terkait

Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu