Antara Dendam Dan Cinta - Bab 159 Bagaimana Jika Aku Tidak Sedang Berpura-pura?

Celine sedikit tercengang.

Calvin ini………………

Pikiran Celine kosong seketika, hatinya berdetak kencang seperti terbang melompat, bahkan tangan Calvin yang sedang memegang tangan Celine semuanya basah oleh keringat.

Kedua mata Calvin menatap Celine, bersungguh-sungguh dengan tatapannya yang bersinar mengulang pertanyaannya: “Apakah kamu bersedia menikah denganku?”

Saat berbicara, dia ternyata mengeluarkan kotak cincin berbahan beludru berwarna biru dari kantong sakunya, lalu membuka kotak itu, didalamnya ada sebuah cincin berlian yang berkilauan.

Ini adalah ruang ICU, bukan termasuk ruangan rawat inap pribadi, saat itu orang-orang yang sedang berlalu-lalang kesana kemari mendadak berhenti melihat suasana melamar yang romantis dari Calvin.

Wajah Celine perlahan-lahan memerah.

Nenek Li seperti ingin mengatakan sesuatu, mulutnya membuka dan menutup, alat bantu pernapasan itu mengeluarkan uap oksigen.

Celine melihat papan riwayat penyakit yang digantung di kasur pasien.

Serangan jantung.

Penyakit jantung memang sulit disembuhkan, justru datangnya semakin mendadak dan semakin cepat.

Celine memegang jari tangannya yang dingin, lalu menganggukkan kepala, “Baiklah.”

Calvin tersenyum.

Celine pertama kali menyadari, ternyata Calvin bisa tersenyum.

Celine terlalu sering melihat Calvin dengan wajah yang serius tanpa senyuman, sekarang melihat dia tersenyum seperti sedang berbunga-bunga dan bahagia, dan ternyata lebih lembut sedikit dibandingkan para tentara militer sekarang.

Ditambah dengan perasaannya yang menggebu-gebu, dan ditambah lagi bola matanya yang bersinar lebih cerah dibandingkan cincin berlian yang dipegangnya.

Calvin memakaikan cincin berlian itu di jari Celine.

Sentuhan dingin dari cincin itu hampir saja membuat Celine menarik kembali tangannya.

“Aku akan menjagamu dengan baik.”

Tatapan mata Calvin sangat bersungguh-sungguh, Celine hampir saja percaya kalau dia bersungguh-sungguh ingin melamarnya.

Orang yang menonton di sekitarnya satu per satu bertepuk tangan, saling mengucapkan selamat dengan sedikit senyuman di wajah mereka.

Jika disini bukan rumah sakit dan bukan ruang ICU, takutnya orang di sekitar mereka malah berteriak bersama-sama menyoraki mereka.

Dan di tengah keharmonisan suasana itu, justru tanpa disengaja menyadari sebuah masalah yang tidak menyenangkan.

Di tengah kerumunan orang-orang itu, ada seseorang yang menggunakan sorot cahaya kamera handphone memotret mereka.

Seorang anggota siaga militer khusus level S seperti Calvin, bagaimana mungkin tidak menyadari hal itu.

Tatapannya sedikit tajam dan sinis melihat orang itu, kedua bola matanya memancarkan amarah ingin membunuh, tetapi saat mengedipkan mata, pancaran amarah dari matanya menjadi tak terlihat.

Nenek Li menganggukkan kepala, matanya yang mendung, meneteskan air mata.

Mulutnya membuka, untuk terakhir kalinya dia mengucapkan beberapa kata: “Kalau begini aku sudah tenang.”

Hati Celine terasa sakit.

Dia teringat saat dulu dibohongi Calvin ke rumahnya, Nenek Li masih dalam keadaan sehat bugar memegang tangan Celine, dengan penuh perhatian mengkhawatirkan keadaannya.

Celine sudah lama tidak mendapatkan perhatian dari seseorang yang lebih tua darinya.

Entah itu ayah atau ibu, semuanya tidak peduli dengan Celine, tetapi malah semakin menyukai Felicia yang berbakat dan manis ucapannya.

Selain Nenek.

Sejak Celine tahu Nenek Li mengidap penyakit Alzheimer, Celine selalu berkata kepada Nenek Li kalau itu penyakit umum yang biasanya dialami oleh orang tua.

Tetapi nenek selalu ingat Celine, bisa memegang tangannya yang kecil, lalu menyuapi Celine pudding telor sambil berkata: “Celine ku adalah yang paling membawa keberuntungan.”

Ibu Celine selalu menghinanya, dia mengejek dua orang ini semuanya sama bodohnya, “Yang paling membawa keberuntungan adalah Felicia.”

Atau mungkin karena teringat neneknya sendiri, sehingga air mata Celine memenuhi rongga matanya.

“Nenek, kamu pasti bisa sembuh,” ucap Celine, “Kamu harus hadir menjadi wali Calvin di acara pernikahan kami.”

Calvin langsung menatap Celine saat mendengar ucapan Celine barusan.

Mata gadis ini sangat indah, sinar matanya menyatu di tengah pupil matanya, berkilauan seperti kristal.

Celine keluar dari ruang ICU, jalannya sedikit sempoyongan.

“Jangan menangis.”

Tiba-tiba, Celine merasakan sentuhan telapak tangan di wajahnya.

Calvin membantu Celine mengusap air matanya.

Celine mengedipkan mata, “Terimakasih Tuan Calvin, aku bisa mengusapnya sendiri.”

Dia juga tidak tahu kenapa tiba-tiba meneteskan air mata.

Calvin tidak melepaskan Celine, dia mengeluarkan sapu tangan dari kantong sakunya lalu mengusap air mata di wajah Celine, “Jangan banyak bergerak.”

Celine: “…………………”

Seluruh badannya kaku seperti batu, Celine tetap berdiri di tempatnya dan tidak bergerak sedikitpun.

Menunggu hingga Calvin selesai mengusap air matanya dan menarik kembali tangannya, Celine dengan malu-malu berbicara untuk meramaikan suasana, “Tuan Calvin, aktingmu barusan seperti sungguhan hingga kamu pasti bisa memenangkan piala Oscar.”

Langkah Calvin sedikit terhenti, badannya yang tinggi kekar berdiri, punggungnya sangat tegak, tatapan matanya melihat Celine, “Bagaimana jika aku tidak sedang berpura-pura?”

Bola mata Celine sedikit membelalak.

Tidak sedang berpura-pura?

Lalu ini apa?

Apa benar-benar melamar?

Celine tiba-tiba gagap, barusan ingin menanyakan sesuatu, tetapi Calvin sudah berjalan jauh ke depan.

Celine menenangkan pikirannya lalu dengan cepat berjalan menyusul Calvin.

Mereka masuk ke lift VIP yang biasa digunakan untuk tamu terhormat, Celine dan Calvin hanya berdua didalam lift, Celine merasa sedikit aneh, matanya tidak peduli melihat kemanapun rasanya tidak nyaman.

Terdengar bunyi lift berhenti, pintu lift terbuka, lalu Celine mengikuti Calvin keluar.

Hah? Ini bukan lobby rumah sakit.

“Apakah salah jalan?” Celine membalikkan badan bertanya pada Calvin.

Calvin terus berjalan melangkah, “Tidak salah jalan,” dia membawa Celine ke sebuah ruang istirahat yang pintu kacanya bersinar, jendela dan meja didalam ruangannya sangat bersih, di mejanya terletak banyak makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya, “Ingin minum apapun silakan ambil sendiri, kamu tunggu aku disini, aku pergi sebentar lalu kembali kesini lagi.”

Celine dengan cepat mengganggukkan kepala, “Tunggu!”

Calvin yang sudah berjalan sampai pintu tiba-tiba berhenti, lalu menengok ke arah Celine.

Celine buru-buru melepas cincin yang barusan Calvin pakaikan di jarinya, dengan cepat berlari ke arah Calvin, lalu meletakkan cincin itu di telapak tangan Calvin.

“Ini, jangan lupa, sebegini besar cincinnya, kalau aku yang pakai nanti tidak aman.”

Celine tersenyum hehe.

Cincin itu diletakkan di telapak tangan Calvin, bibir tipisnya itu menutup lurus seperti garis lurus goresan pensil, dan ujung-ujungnya dia tidak bicara apapun, langsung memasukkan cincin itu ke kantong sakunya lalu berkata, “Aku pergi sebentar lalu kembali kesini lagi.”

Celine baru sedikit lega.

Dia masih merasa takut jika akting Calvin benar-benar sungguhan, benar-benar ingin menjadikannya mempelai wanita, kalau itu benar-benar terjadi maka bisa menimbulkan kekacauan.

Celine merasa sedikit kehausan, dia mengambil sebuah gelas sekali pakai, lalu menuangkan air, setelah itu dia melihat majalah fashion yang tersusun di rak.

Lalu terdengar suara lembut anak kecil dari luar pintu.

“Kak perawat, aku hari ini tidak mau chemotherapy, rasanya sangat sakit.”

Mendengar suara itu, Celine tiba-tiba membelalakkan mata, melihat ke luar pintu kaca yang transparan.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu