Antara Dendam Dan Cinta - Bab 191 Kamu Masih Hidup

Wanita kurus gemulai itu duduk di kasur ruangan itu, mukanya tidak terlihat karena sedang menundukkan kepala, rambutnya yang hitam panjang terurai hingga melewati bahunya itu sedang dikepang.

Glen itu terkejut seperti sedang melihat hantu, dia menghentikan langkahnya.

Wanita ini……

Apa mungkin karena setiap waktu selalu memikirkan Celine hingga membuat Glen menganggap wanita itu adalah Celine yang sudah meninggal.

Glen berjalan mendekat, langkah kakinya seperti melekat pada lantai, dia lupa menutup pintu ruangan.

Lukas yang berada di belakangnya segera menutup pintu.

Pintu pun tertutup sembari masuklah cahaya dari luar, didalam ruangan terlihat sedikit samar, cahayanya pun redup.

Glen berjalan mendekat hingga berdiri di hadapan wanita itu.

Dia menundukkan kepala melihat wajah wanita itu, matanya perlahan-lahan menyipit, tangannya yang panjang mengangkat dagu wanita itu.

Wajah wanita yang kurus gemulai di hadapannya itu belum pernah muncul didalam mimpinya.

Tangannya hanya menggunakan beberapa bagian dari tenaganya saja, tangannya pun memucat dan ada sedikit luka yang berubah bentuk seperti tertular oleh dari dagu wanita itu.

“Syukurlah kamu masih hidup.”

Intonasi bicaranya tersirat perasaan yang bahagia, matanya menyipit, jakunnya bergerak ke atas bawah seperti sedang menampung suara untuk bersiul bahagia.

Dia ternyata masih hidup.

Tetapi setengah bulan ini tidak memberikan kabar sedikit pun.

Seketika itu juga mata Celine diliputi air mata seperti membendung air mata, “Tuan……..”

“Kamu benar-benar jahat, kamu masih hidup, tetapi kenapa tidak kembali pulang?” Glen menggoyangkan tangan Celine dengan keras hingga Celine terlempar ke pinggir kasur.

Celine menggelengkan kepala, dia merangkak mendekati Glen, tidak peduli bagaimana Glen mencengkeram tangannya, dia tidak akan melepaskannya, bibir merah muda itu mencium bibir Glen.

Bibirnya yang lembut dan manis seperti bunga sakura itu melekat pada bibir pria yang bergaris wajah dingin itu, dagunya yang tirus menempel pada dagu pria yang berjenggot itu, seperti air yang lembut mencairkan hati yang sekeras baja.

Kedua bola matanya tersirat nafsu yang tak tertahankan, wanita itu juga sengaja dengan bergairah melayani nafsunya yang terpendam selama 1 bulan ini, amarahnya seperti mencair dan harapannya yang tertahankan itu terobati.

Dia mendorong wanita itu ke kasur, tidak ada pemanasan lagi, dia langsung membuka kaki wanita itu dan langsung memasukkan alat kelaminnya.

Tubuhnya yang melekat begitu erat membuatnya tidak sanggup menahannya lagi.

Celine meraba leher Glen dan menahan rasa sakit yang menyenangkan itu.

Glen mengenakan jaket berkancing, kancing jaketnya yang terbuat dari metal itu menempel pada dada Celine dan membuatnya sedikit sakit.

Bibirnya mendekat ke telinganya dan dengan halus berkata: “Tuan, pelan sedikit, aku sakit…….”

Di tikar kasur itu, perkataan wanita yang lembut dan halus itu membuat pria itu semakin bergairah untuk melepaskan hasrat di dadanya.

Seketika itu juga ruangan yang sempit itu berhamburan wangi semerbak bunga, pria dan wanita itu bermain ranjang dan saling berbisik satu sama lain.

Hampir 1 jam lamanya, terdengar suara pintu diketuk dari luar, lalu terdengar suara Lukas: “Direktur, barusan pembawa acara menyuruh orang untuk memberitahumu kalau upacara ritual akan segera dimulai.”

Suara Lukas sangat pelan dan kecil, tetapi Celine mendengarnya dengan jelas.

Bisikan itu pada akhirnya……….

Celine mendorong badannya kedalam pelukan Glen sambil menutupi wajahnya dengan malu.

Glen menundukkan kepala menatap Celine, mengangkat dagunya, “Jangan harap karena barusan kita melakukan kegiatan ini bisa membuat masalah itu terlupakan, kamu harus mengatakannya padaku dengan jelas, sebenarnya apa yang terjadi?”

Celine menggigit bibir dan tidak berbicara apapun.

Glen membuka bibir Celine, dan menciumnya sekali lagi, “Tidak boleh menggigit bibir kamu sendiri seperti itu, bibir kamu hanya aku yang boleh menggigitnya.”

Di luar terdengar suara biksu muda yang memaksa Glen untuk buru-buru mengikuti acara ritual.

Glen tahu kalau waktu acara ritual tidak mungkin bisa diubah, dia buru-buru bangun dan memakai baju.

Dia duduk di kasur sambil mengikat dasi, dia mengangkat tangannya mengambil selimut untuk menutupi tubuh Celine, “Kamu tunggu aku disini, nanti pulang ke rumah bersamaku.”

Celine menarik sudut baju Glen, “Tuan, aku tidak bisa ikut pulang.”

Tatapan mata Glen seketika itu juga menghitam, “Kamu bilang apa?”

“Aku…….aku tidak bisa ikut pulang,” ucap Celine sambil menundukkan kepala, wajahnya terlihat malu dan memerah, “Aku…….seharusnya sudah meninggal, aku tidak berani kembali ke rumahmu, aku takut.”

Urat darah pada kening Glen perlahan-lahan memuncak.

“Kamu………”

“Direktur, masih ada waktu 3 menit harus sudah tiba di tempat sembahyang halaman depan.”

Glen belum mengatakan kalimat yang sudah tertampung di mulutnya, dia langsung menggerakkan tangannya dan pergi keluar.

Saat dia membuka pintu, Lukas masih berdiri di depan pintu dengan sekuat tenaga melaksanakan tugasnya.

Glen meliriknya dengan tajam, “Asisten Lukas, kamu adalah seseorang yang memiliki intelektual tinggi, sejak kapan kamu tahu kalau dia belum meninggal?”

Lukas berjalan di belakangnya sambil menceritakan kejadian 2 hari yang lalu saat dia pergi ke kampung untuk mencari orang.

“Aku juga saat itu baru tahu kalau dia belum meninggal, tetapi di mata keluarga Glen dia sudah meninggal, Nona Cherry bilang kalau dia takut, tidak berani kembali, takutnya dia diperlakukan seperti dulu lagi oleh Nona Muda Chatrine dan Nyonya Besar, saat ini dia tidak punya jalan keluar, dia hanya bisa memintaku untuk mengambil kesempatan dalam acara pemakaman hari ini menemui anda, saat kondisi sudah lengah dan tidak ada orang yang mengawasi, barulah aku bisa membawa dia menemui anda.”

Saat mendengar perkataan Lukas tadi, alis Glen yang perlahan-lahan mengendur itu langsung mengerut kembali.

Iya.

Dia seketika itu juga lupa.

Jangankan Chatrine, bahkan ibunya sendiri pun………………..

Waktu malam hari Celine datang ke kamarnya dengan wajah bekas tamparan dan tangannya yang memar bekas diinjak itu ternyata ulah ibunya.

Jika sekarang dia tiba-tiba muncul di keluarga Glen kembali, dia pasti akan disiksa habis-habisan oleh mereka.

Jam loteng berbunyi, Glen menarik kembali tatapannya, dia berkata kepada Lukas: “Atur orang untuk menjaga halaman ini, jangan ijinkan siapapun masuk dan keluar sembarangan.”

“Baik.”

Lukas segera menjalankan tugasnya, dia tidak mengikuti Glen pergi ke tempat sembahyang halaman depan.

Dia kembali berjalan ke depan pintu ruangan tadi.

Didalam ruangan itu terdengar suara berisik beberapa saat, Celine sudah berpakaian rapi, dia membuka kepangan pada rambutnya dan menguraikannya di atas bahu, lalu dia berjalan keluar.

Lukas membungkukkan badan memberi hormat.

Celine melihatnya sambil tersenyum, “Terimakasih banyak atas bantuannya.”

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
5 tahun yang lalu