Antara Dendam Dan Cinta - Bab 126 Memendam Rasa

Celine memeluk lututnya, bersandar di dinding perlahan-lahan berlutut, menangis tersedu-sedu.

Glen berjalan dua langkah, lagi-lagi menengok ke belakang melihat Celine.

Anak perempuan itu berlutut disana, menangis begitu pilu.

Hatinya sedikit tidak tega, lalu tergoda untuk kembali mendekatinya.

Glen memutar badan berjalan mendekati dia, menggunakan ujung kakinya menendang Celine, “Bangun, ayo pergi.”

Tangisan Celine semakin tersedu.

Glen: “Kamu masih mau terus menangis?”

Celine tiba-tiba memegang erat kaki Glen, air mata dan ingusnya membasahi celananya, “Aku memang tidak salah, kamu masih bilang aku……ini juga bukan kemauanku, kamu menyuruhku mengikuti Jeffry, ya aku ikuti dia……..aku hanya seorang pembantu, aku bisa apa….aku tidak bisa berbuat apapun, kalian semuanya Tuanku, kalian bilang ya sudahlah……”

Glen perlahan-lahan menundukkan badan, “Kamu mau pergi atau tidak?”

Celine terlihat tidak mau mengalah, “Tidak pergi.”

Glen tertawa dibuatnya.

Dia melihat Celine saat ini menangis dan matanya merah seperti kelinci, dalam hatinya luluh.

“Bangunlah, barusan memang mereka yang salah.”

Matanya sayup-sayup karena menangis.

Didalam hatinya sedikit mengejek.

Mereka tidak benar, mereka salah, sikap Glen benar-benar tidak berubah, mengingat kata yang diucapkannya tadi “salahku”, sebenarnya lebih sulit daripada mendaki langit.

Celine tahu Glen sudah memberinya kesempatan yang bagus, jika dia sekarang masih tidak mau, tidak mengatakan apa yang baik untuknya, takutnya ke depannya benar-benar tidak ada kesempatan lagi.

Celine menganggukkan kepala, “Iya! semuanya salah mereka! Tuan adalah yang terbaik! Tuan, aku hanya ingin bersamamu, aku sudah tinggal di rumah Keluarga Jeffry selama satu minggu, aku boleh tidak ikut bersamamu pulang.”

Didalam kamar pribadi, menghidupkan AC, sangat hangat, Celine hanya mengenakan kemeja bulu, memegang lengan Glen, menempel di depan dadanya yang hanya mengenakan kemeja tipis dengan lengan terlipat.

Menyentuh dengan lembut, membuat tubuh Glen terkejut, perutnya menaikkan api kehangatan.

Glen menarik tangannya tatapannya mulai sinis, “Sekarang sudah tau membujuk aku, teleponku tidak diangkat, aku kira kamu akan membuat keributan besar.”

Celine terkejut melotot, “Tuan, anda kapan meneleponku?”

Dia segera mengeluarkan handphone dari dalam sakunya, “bagaimana bisa handphoneku mati sendiri!”

Glen melihat handphone jadul milik Celine, mengangkat alis, dia langsung mengambil handphone Celine lalu membuangnya ke tempat sampah.

“Tuan, handphoneku!”

Glen menarik Celine, “Aku akan menggantinya dengan yang baru.”

Tidak jauh dari mereka, bibir Dokter Leon berdarah, berdiri di depan kamar mandi, tatapan matanya sinis melihat mereka pergi, lalu membalikkan badan berjalan ke arah lain.

Dia membersihkan darah di bibirnya, sepatu kulitnya berjalan menginjak pecahan kaca yang berserakan di lantai.

……………………………

Begitulah Glen membawa pulang Celine kembali ke rumah keluarga Glen.

“Kamu masuk duluan.” Glen berdiri di sebelah mobil, Jeffry berdiri di sebelahnya.

Jeffry mengedipkan matanya, “Glen, baru juga beberapa hari.”

Dia tidak habis pikir, Celine begitu licik, dia masih benar-benar menganggap remeh Celine.

“Beberapa hari ini aku juga sudah berpikir matang-matang,” ucap Glen, “Sebenarnya aku sedikit punya perasaan padanya.”

Jeffry terkejut.

Dia tidak menyangka jika Glen benar-benar menyukai Celine.

Dia ingat, beberapa tahun lalu, saat Glen memiliki perasaan ke Felicia, dia sering mengucapkan itu ke Jeffry.

“Kamu bersungguh-sungguh?”

“Ya.”

Glen membelokkan pinggangnya mengambil bungkus rokok dari dalam mobil, mengambil satu batang rokok lalu dia berikan kepada Jeffry.

“Lalu kamu sudah siap untuk menikahinya?”

“Sementara ini belum ada pemikiran ke arah sana.”

Dia baru saja memiliki kedudukan didalam keluarga Glen, tidak berencana memberitahu mereka dulu bahwa dia akan menikahi pembantu dari desa itu, hal itu pasti akan menimbulkan bencana besar, seperti halnya keluarga Chatrine, sementara ini tidak bisa memberikan kejelasan.

Jeffry mendengar dia berkata seperti itu, dia mengerti bahwa pikiran Glen masih dalam keadaan sadar.

“Lalu kamu berencana berpura-pura di depan Chatrine?”

Glen tersenyum, “Tidak bolehkah?”

Jeffry menyalakan rokoknya.

Glen merangkul bahunya, “Ingin bangkit bukannya harus sedikit bergairah?”

Jeffry melihat bentuk tubuh Glen dari samping, tiba-tiba merasa, dia curiga masalah Celine ini tidak mungkin akan berlanjut.

“Glen.”

Jeffry memanggil Glen.

Glen menengok ke arahnya, “Apa?”

Jeffry menatap wajahnya.

Dia sudah tiga tahun tidak melihat raut wajah Glen berseri-seri.

Sejak Felicia meninggal, Glen berubah menjadi tidak tertarik kepada perempuan lagi.

Bahkan menurut perkataannya, Glen dengan Chatrine tidak pernah memiliki rasa saling menyukai.

Jika Celine bisa merubah Glen seperti yang dulu, membuatnya menjadi lelaki pada umumnya, boleh coba, tetapi seorang perempuan, kapanpun bisa mengatasinya.

“Tidak apa-apa.” Jeffry membuka pintu mobil lalu mengemudikan mobilnya, “Besok suruh orang datang ke rumahku mengambil barangnya.”

……………………………..

Celine tidak menyangka bisa selancar ini.

Bebas dari cengkeraman Jeffry, Celine merasa udara di sekelilingnya berubah menjadi segar menenangkan pikiran.

Hari ini Chatrine membawa Arthur pulang ke rumah Ibunya, di lantai dua hanya ada Glen seorang diri.

Celine disuruh naik ke ruang membaca.

Glen memutar video rapat, sedikit mengangkat tangan, Celine meletakkan segelas air hangat di samping tangannya, “Tuan, minumlah.”

Temperatur air didalam gelas tersebut sangat bagus, Dia melihat Celine yang berdiri manis di sampingnya, tatapannya samar-samar.

Video rapat selesai.

Glen menutup videonya, lalu menatap Celine.

Celine sedang melamun berdiri di sampingnya, tatapannya kosong, terlihat sedikit polos.

“Cherry.”

Celine merespon dengan cepat, terkejut mengedipkan mata, “ada apa Tuan?”

“Kamu kemari.”

Glen memanggilnya dengan suara parau.

Celine menghampirinya.

Belum sampai mendekatinya, Glen menggenggam pergelangan tangannya, menariknya sampai paha kakinya.

Celine terkejut berteriak, mulutnya sudah dibungkam Glen.

Tubuhnya gemetaran.

Ciuman Glen seperti cairan lahar yang tersimpan beberapa tahun, seketika tersembur keluar, ujung lidahnya masuk kedalam mulut Celine dan menggerakkan lidah Celine.

Pikiran Celine kosong.

Pikirannya kacau, tetapi pemikiran dalam otaknya bersikeras mengontrolnya menghentikan gerakan tersebut.

Telapak tangan Glen menempel di atas baju Celine, membalikkan badannya, dari mulutnya turun ke lehernya, lalu menjilat tulang selangkanya.

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu