Antara Dendam Dan Cinta - Bab 418 Tiga Perjanjian

Malam yang sunyi, pepohonan yang menjulang tinggi, dan lapisan ranting yang lebat.

Ciuman ini, sama seperti malam saat ini, hening hingga membuat orang merasakan jantung berdetak lebih cepat, seolah-olah dalam sesaat, jantung digenggam.

Celine Ning langsung mendorong Glen Yu.

Untungnya, dibelakang Glen Yu ada batang pohon yang besar, saat Celine Ning mendorongnya ke belakang dia bergoyang sejenak.

Glen Yu mengulurkan tangan dan memegang pergelangan tangan Celine Ning untuk mencegahnya terjatuh.

Wajah Celine Ning panas dan daun telinganya memerah, "Bisakah kamu jangan membuat lelucon seperti ini?"

"Kamu malu?" Glen Yu memiringkan kepalanya, dia mengulurkan tangan untuk mengangkat dagu Celine Ning, "Kita sudah pernah melakukan hal-hal yang paling intim, kenapa harus merasa malu sekarang?

Celine Ning memutar lengan Glen Yu dengan keras.

Glen Yu berseru dengan berlebihan, "Pembunuhan suami."

"Diam!" Ujar Celine Ning, "Apakah kamu ingin harimau itu terus berada di bawah?"

"Biarkan saja dia di sana."

Celine Ning memalingkan kepalanya dan mengabaikannya.

Berbicara dengan Glen Yu benar-benar membutuhkan kesabaran yang sangat besar, jika tidak maka akan benar-benar dibuat marah setengah mati olehnya.

Setelah beberapa saat, mereka berdua tidak berbicara.

Celine Ning menyingkirkan daun dengan pelan dan melihat ke bawah untuk memeriksa apakah harimau itu sudah pergi atau belum, apakah dia sudah benar-benar pergi atau masih berjaga di sana.

Dan Glen Yu hanya menatap Celine Ning.

Pikirannya saat ini sangat tenang.

Dulu di keluarga Yu di Kota Cease dia adalah seorang gadis kecil mungil, ia sedikit penakut dan sedikit keras kepala, sama seperti Felicia bak bunga yang dirawat di dalam ruangan.

Tetapi sekarang saat berada di hutan belantara pulau tak berpenghuni, dia baru menyadari bahwa dia dan Felicia benar-benar berbeda.

Jika Felicia adalah bunga dodder yang lembut dan halus, maka Celine Ning adalah bunga duri yang dapat tumbuh di padang pasir dan bisa mekar saat angin datang.

Hingga menjelang fajar, Celine Ning akhirnya sudah yakin bahwa harimau itu sudah pergi.

"Ayo kita pergi sekarang, jangan sampai nanti harimau itu kembali lagi."

Celine Ning hendak menarik Glen Yu ke bawah, tetapi ketika dia berdiri, dia teringat bahwa kaki Glen Yu lumpuh.

Jika dia sekarang tidak bersandar di batang pohon, takutnya dia juga sudah terjatuh.

Ketika naik bisa menariknya ke atas, ketika hendak turun itu merupakan sebuah masalah lagi.

Dia menatap Glen Yu dengan sedih, "Kalau tidak bagaimana jika aku menggendongmu turun?"

Glen Yu tertawa, "Bisakah kamu menggendongku?"

"Awalnya tidak bisa, sekarang," Celine Ning langsung berbalik, "Cobalah, aku tidak bisa meninggalkanmu di sini."

Glen Yu memeluk leher Celine Ning.

Celine Ning turun dari batang pohon yang besar, dia memeluk kulit pohon yang kasar dan turun.

Sangat berat.

Di belakangnya tampak ada gunung besar menempel di pundaknya dan lehernya tercekik.

Jari-jari Celine Ning yang menempel di batang dan kulit pohon sudah terluka.

Glen Yu bersandar di punggungnya, dagunya disandarkan pada bahunya, napas hangatnya mengenai telinganya, itu tampak seperti gangguan.

Celine Ning merasa jengkel, "Tidak bisakah kamu berhenti bernapas!"

Glen Yu: "... Jika tidak bernapas aku sudah mati."

Celine Ning bersikeras menghilangkan gangguan.

Dia meluncur perlahan.

Akhirnya, jarak ke permukaan tanah semakin dekat.

Hingga sekitar satu meter jauhnya, Celine Ning akhirnya tidak bisa tahan lagi, dan dia melonggarkan tangannya.

Mereka berdua terjatuh dari batang pohon dan langsung terjatuh ke tanah.

Untungnya, Celine Ning memiliki Glen Yu sebagai alas di belakangnya, dia tidak mengalami luka serius.

Namun Glen Yu tidak bisa menahan suaranya, dia mengerang ketika Celine Ning terjatuh ke tubuhnya dengan keras.

Celine Ning langsung berbalik dan bangkit, "Apakah kamu baik-baik saja?"

Glen Yu melambaikan tangannya, "Tidak apa-apa."

Celine Ning tidak punya waktu untuk basa-basi dengan Glen Yu, dia langsung memopong Glen Yu, mereka berjalan pergi sesuai jalan yang ia ingat dan kembali untuk mengambil antelop.

"Seharusnya di sini."

Ketika Celine Ning tiba di sisi pohon, dia mendongak dan melihat ke atas.

Dia memanjat, dan menjatuhkan antelop itu, kemudian dia turun dengan sangat gesit.

Glen Yu menatap antelop gemuk dengan berat sekitar 30-40 pound itu, "Ini hasil buruanmu?"

"Ya."

Setelah Celine Ning mengatakannya, dia meletakkan antelop itu di gerobak, "Kamu pegang, jangan biarkan antelopnya terjatuh."

Dia menarik gerobak dari depan dan mulai mencari jalan kembali.

Setelah berjalan tidak jauh, dia mendengar ada suara gemericik air.

Dia teringat bahwa ada sumber air tidak jauh di belakang gua. Kemudian dia berjalan mengikuti suara sumber air.

Air yang gemerincik adalah aliran sungai yang segar dan dangkal.

Aliran mengalir di atas kerikil, dan membuat suara gemerincik.

Celine Ning berlari di tepi sungai, dia mengambil air jernih dan meminumnya dua teguk, lalu dia menyiram airnya ke wajahnya, dia menoleh dan melihat ke Glen Yu, "Apakah kamu mau ke sini?"

Dia tidak menunggu Glen Yu berbicara, dia langsung berlari, berjongkok, dan membiarkan Glen Yu naik punggungnya.

Sebelum tangan Glen Yu bergerak, Celine Ning sudah menarik kedua lengannya dan meletakkannya di lehernya.

Dia meletakkan Glen Yu di tepi sungai, "Kamu cuci muka dan minum sedikit air, air di sini sangat manis dan bersih, ini berbeda dari air di kota kita, ini murni dan alami."

Glen Yu menatap mata Celine Ning yang bercahaya, lalu dia meminum dua teguk air.

Mereka berdua duduk di tepi sungai untuk sesaat, Celine Ning melirik gua di belakang, dan melihat jaraknya sudah tidak terlalu jauh, lalu ia langsung menarik antelop itu dan mencucinya di aliran sungai bagaian bawah.

Glen Yu menatap leher belakang Celine Ning, lehernya ramping, bulu leher belakangnya saat berada di bawah sinar matahari yang muncul dari cabang-cabang di atas kepalanya, membuat itu tampak hangat.

"Celine Ning."

"Ya?"

Glen Yu berkata: "Ayo kita buat tiga perjanjian."

"Katakanlah." Celine Ning tidak menoleh, dia masih menggunakan belati besi untuk mencoba mengupas kulit antelop dari leher hingga ke bawah.

"Pertama, jangan sembarangan marah."

Celine Ning: "..."

Dia menoleh dengan memegang pisau yang penuh dengan darah, "Marah di keadaan seperti apa, aku marah karena kamu sembarangan membuat keputusan dan keluar pada saat situasi yang berbahaya, jika kamu mengalami bahaya, bukankah aku harus ..."

"Aku akan mengatakan poin kedua," Ujar Glen Yu, "Tidak peduli apa pun yang terjadi, kita harus berdiskusi dan saling memahami satu sama lain."

Celine Ning: "... Apa poin ketiga?"

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu