Antara Dendam Dan Cinta - Bab 387 Jika Bukan Urusan Bisnis, Maka Itu Adalah Urusan Keluarga

Laut sepertinya menggulung ombak besar dalam sekejap, dan Celine Ning menghadapi tekanan angin yang kuat.

Dia merasa, jika bukan karena suhu saat ini sudah turun, jika masih seperti suhu yang sangat panas di siang hari, itu mungkin akan langsung membakar lapisan kulit luar wajahnya.

Celine Ning berbalik dan kembali ke gua.

Bumi bergetar.

Tidak tahu sudah berapa lama berlalu, Celine Ning merasa lapar, dia makan sedikit buah, setelah beberapa saat, hujan di luar berhenti.

Celine Ning berdiri dan meliat keluar gua.

Bagian luar sangat bersih.

Celine Ning benar-benar tidak pernah menghirup udara segar seperti itu, dan ia merasa seluruh tubuhnya dibersihkan dari dalam ke luar.

Langit berwarna biru, dahan serta dedaunan pohon berwarna hijau segar.

Namun, setelah badai ini berlalu, ada juga beberapa tanaman dan hewan yang tidak bisa menghindar dan mengalami kerusakan.

Ini membuat Celine Ning mendapatkan keuntungan.

Mengambil kesempatan ini, Celine Ning keluar dan menggunakan sepotong besar daun jeringau untuk mengambil buah yang terjauh ke tanah karena hujan, dia bahkan menemukan dua ayam liar yang mati di belakang hutan.

Dia juga tidak berani pergi terlalu jauh, pertama, dia takut pada binatang buas di dalam, dan kedua, dia takut badai akan datang lagi.

Tidak ada yang bisa menolak bencana alam seperti itu.

Celine Ning meletakkan buah di samping dan mengeringkannya agar tidak rusak karena basah, kemudian ia duduk untuk menangani dua ayam liar di tanah.

Dia belum pernah menangani situasi seperti ini.

Ketika pergi ke supermarket dan pasar kelontong untuk membeli sayur, ayam sudah bersih, tetapi sekarang ayam liar itu berbulu warna-warni, dan tidak ada alat yang tersedia untuk mencabut bulu.

Celine Ning melirik batu tajam di sebelahnya, dia berpikir sejenak, dia menggulung lengan bajunya yang kotor ke atas dua lipatan, kemudian memegang leher burung itu dengan satu tangan, dan menggunakan "kekasaran" yang dimiliknya untuk mencabut bulu-bulu ayam liar.

Bulu ayam liar cukup mudah dicabut.

Setelah bulu-bulunya dicabut, terlihat kulit ayam yang bersih di dalamnya.

Celine Ning mencabut beberapa bulu kecil lagi, dan mengambil batu tajam yang tadi di temukannya, dia memotong perut ayam, semua organ internal kelihatan dan dia membuangnya ke samping.

Ketika Celine Ning menatap organ-organ internal merah darah itu, dia tiba-tiba merasa mual dan ingin muntah, dia memutar kepalanya, memegang pohon dan muntah.

Untungnya, dia tidak makan apa pun dalam beberapa hari terakhir, perutnya kosong, yang dimuntahkannya juga hanya air asam.

Celine Ning melirik organ-organ internal itu lagi, kepalanya sedikit berdengung.

Dia belum pernah begitu manja sebelumnya, dia tidak pernah merasa ingin muntah ketika melihat hal-hal seperti itu.

Celine Ning menyeka mulutnya, mengambil air, dan membersihkan bagian dalam ayam liar.

Tetapi sekarang baru selesai hujan, tempatnya lembab semua, dia tidak bisa menemukan batu dan ranting kering untuk menyalakan api, Celine Ning meletakkan dua ayam liar yang telah dibersihkan dan diletakkannya di daun jeringau, dia memakan beberapa buah untuk menghilangkan rasa lapar.

Untungnya, dia masih bisa tetap hidup.

Ketika Celine Ning sekarang mencium udara segar, dia merasa hidup ini sangat indah.

Saat Celine Ning masih berusaha untuk menemukan sesuatu untuk bisa bertahan hidup, di rumah keluarga Yu sudah dalam kekacauan.

Setelah badai berlalu, seluruh kota menunjukkan pemandangan kerusakan.

Saat badai yang kuat berlalu, tidak tahu berapa banyak pohon yang telah roboh dan berapa banyak tiang yang terbalik, air yang menggenang di tanah mulai berkurang setelah beberapa jam badai berlalu.

Herman menerima telepon pagi-pagi sekali.

Setelah dia menutup telepon, wajahnya terlihat sangat serius, dia memberi isyarat untuk memanggil kepala pelayan lama yang selalu memiliki peran penting di sisinya: "Paman Li, kamu pergi ke vila dan panggil Glen Yu ke sini."

Paman Li pergi ke vila dan memberi tahu niat Herman.

Seno berkata: "Tuan muda tidak di rumah, Nyonya muda pertama ada di rumah."

Paman Li merasa bingung sejenak, "Tadi malam ada badai sepanjang malam, apakah Tuan muda tidak kembali?"

"Ya."

Paman Li mengerutkan kening, "Baiklah, jika Nyonya muda pertama ada di rumah, suruh Nyonya muda pertama untuk pergi ke gedung utama, Tuan Herman memiliki sesuatu hal untuk ditanyakan."

"Oke."

Seno naik ke lantai atas dan memberi tahu Chatrine.

Chatrine merasa terkejut.

Apa yang harus di lakukan sekarang!

Dia baru menelepon Melly tadi malam, sekarang dia belum kembali, jika Herman mengetahuinya apa yang harus dia lakukan?

Seno berkata: "Nyonya muda pertama, mungkin Tuan Herman belum mengetahui hal ini, dia hanya ingin menanyakan sesuatu."

Chatrine memaksakan dirinya untuk tenang dan mengganti pakaian, "Ya, tidak boleh panik, kamu bantu aku pikirkan, masih ada tujuan lain apa?"

Seno merenung sejenak dan berkata: "Pertama, Tuan Herman tahu bahwa Tuan muda terperangkap di laut dan belum kembali, tetapi kemungkinan ini sangat jelas bukan, jika tidak, beliau tidak akan menyuruh paman Li datang untuk menanyakan keberadaannya, ketika dia mendengar Tuan muda tidak di rumah, dia sangat jelas terlihat terkejut. "

"Ya, ya, kamu benar."

"Kedua, Tuan Herman ingin bertanya kepada Tuan muda tentang masalah lain, tetapi itu berhubungan dengan Tuan muda."

"Lalu, kira-kira masalah apa itu ..."

"Mungkin urusan bisnis, atau mungkin ..." Seno berhenti sejenak.

Chatrine bertanya: "Ap ..."

Sebelum dia menanyakan kalimat itu, dia sudah menebak sesuatu di benaknya.

Jika bukan urusan bisnis, maka itu adalah urusan keluarga.

Jika itu urusan keluarga, hanya ...

Chatrine sudah memiliki dugaan di hatinya, dia berdiri, dan berjalan menuju pintu, dia mengikuti paman Li ke gedung utama.

Tetapi dia tidak menyangka, begitu dia masuk ke gedung utama, dia mendengar suara tangisan yang keras.

Suara ratapan Fera bergema di seluruh gedung utama.

"Apa yang harus dilakukan! Dia adalah keponakanku yang akan merawaku di hari tua! Sekarang terjadi hal seperti ini, sekarang dia masih di rumah sakit dan hidup dan matinya belum diketahui, bagaimana aku bisa menjelaskannya kepada kakakku di alam baka! Tiga generasi keluarga kami hanya memiliki satu harapan! "

Seorang pelayan di sebelahnya membujuknya: "Nyonya Fera, jangan menangis lagi, Tuan muda Leon adalah orang baik, dia akan baik-baik saja."

Fera menangis lebih keras, dia menyeka air mata dengan saputangan di tangannya.

Herman sangat jelas merasa kesal dibuat oleh tangisannya, dia meletakkan tangannya dengan santai, "Badai seperti tadi malam, menurutmu mengapa dia begitu bodoh dan mau pulang ketika waktu seperti itu? Di seluruh Kota Cease tidak tahu ada berapa orang yang otaknya bermasalah dan mengendarai mobil di luar, apakah mereka tidak tahu harus masuk ke dalam gedung untuk menghindari angin!

Fera berkata dengan gagap: "Itu karena ..."

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu