Antara Dendam Dan Cinta - Bab 154 Jangan Berpura-Pura Bodoh Denganku

Glen adalah tipe orang yang penuh kecurigaan. Celine menggunakan “kejujuran” dan “kebohongan” yang sudah ia tetapkan dalam hati sebelumnya untuk mengatur pria itu. Sesuai dugannya, Glen pun mencurigainya.

Ia kebetulan dapat memanfaatkan kesempatan kali ini untuk melakukan sesuatu. Tunggu sampai pria itu mencarinya. Akar dari benih dirinya di hati Glen justru baru bisa tertanam lebih dalam, sampai pada suatu hari, rantingnya pun baru akan bertambah lebat.

Untuk menyerang seseorang, menyerang secara psikologis adalah taktik terbaik.

Celine melihat sebuah garis wajah yang cantik menawan di dalam cermin, tiba-tiba tertawa sejenak.

Malam ini, sepertinya Glen akan insomnia.

...

Glen ternyata memang tidak bisa terlelap.

Pagi hari berikutnya, Glen duduk tegak untuk makan namun sudut matanya terlihat gelap.

Selvie datang untuk mengantarkan sarapan, ”Apakah semalam tuan muda tidak bisa beristirahat dengan baik?”

“Masih baik.”

Glen bersandar di bagian kepala kasur, sementara Selvie mengatur sebuah meja kecil di atas kasur dan meletakkan sarapan Glen di atasnya.

Selvie berdiri di luar dan tidak lama kemudian, Herman pun datang.

“Tuan besar.”

“Bagaimana kondisi Glen?”

“Tuan muda sedang menyantap sarapan, sedangkan dokter belum datang memeriksa.” jawab Selvie.

“Panggilkan dokter untuk datang.”

“Baik.”

Sementara menunggu dokter datang, Herman mengamati putranya di samping. Setelah dokter datang memeriksa, ia menginterogasi Glen, kemudian meminta Selvie untuk merawat tuan muda dengan baik. Herman lalu berjalan pergi.

Setelah kepergian Herman, sendok sup yang ada di dalam tangan Glen pun langsung dibuang ke atas lantai.

Selvie berteriak memanggil ‘tuan muda’ dan dengan tergesa-gesa masuk untuk memungut sendok sup yang sudah terpecah belah. Selvie kemudian membuangnya ke dalam tong sampah, “Tangan saya yang licin yang tidak sengaja memecahkan sendok supnya. Saya akan menggantinya untuk tuan muda.”

Glen tidak berkomentar. Ia menyender di sandaran kepala dan memejamkan matanya.

“Bereskan makanannya saja, aku tidak ingin makan lagi.”

Selvie ingin membuka mulutnya untuk mengatakan beberapa kalimat, tapi ia teringat saat Glen tidak menggubris perkataan nyonya besar. Ibunya saja tidak diacuhkan, apalagi dirinya. Selvie pun akhirnya mengambil nampan untuk membereskan sarapan Glen dan membawanya keluar.

Beberapa hari belakangan ini, Glen selalu terjaga dalam kondisi seperti ini.

Malam pun tiba.

Glen tanpa sebab sedikit menunggu datangnya malam dan subuh.

Tapi, malam ini, ia tidak menunggu kedatangan Celine.

Karena hatinya yang semakin kesal, saat Selvie datang, Glen pun langsung berkata: “Aku sudah sembuh.”

Selvie menekan bahu Glen, “Tuan muda, anda sama sekali tidak boleh seperti ini. Kali ini tuan muda menerima 20 cambukan, kita harus bersikap layaknya tuan muda sedang terluka parah. Tidak bisa begitu saja mengakui kesalahan. Lebih baik anda menurut saja seperti perkataan nyonya besar, dengan tenang dan diam tinggal di gedung utama.”

Glen memejamkan matanya dengan rapat.

Berpura-pura sakit seperti ini setiap hari juga merupakan sebuah keterampilan hidup.

Lagipula tidak terasa seberapa besar perhatian Herman yang spesial terhadapnya.

“Baiklah, aku mengerti.”

Glen menunggu hingga Selvie keluar, kemudian mengambil ponselnya dan menelpon Jeffry.

Jeffry mengangkat telepon dengan bingung. Ia menaikkan alisnya karena terkejut, “Ini benar-benar jarang. Bagaimana kamu bisa punya waktu untuk menelep…”

“Hari ini luangkan waktu untuk datang ke sini sebentar.”

Mendengar nada suara Glen yang gelap, raut wajah Jeffry pun menjadi serius, “Kelicikan apalagi yang terjadi di keluargamu kali ini? Sampai si tua itu masih tidak berani melepaskanmu?”

“Tidak ada. Tujuanmu datang ke sini adalah untuk membantuku pergi ke vila, kemudian bawa Cherry datang.”

Jeffry terdiam.

...

Tahun baru akan segera tiba.

Celine membantu ibu Laura membeli keperluan tahunan, hitung-hitung bisa menghindar dari perintah Chatrine.

Celine mengeluarkan sekotak kardus berisikan buah jeruk dari dalam bagasi mobil. Ia melihat sekelibat bayangan di belakangnya dan mengira Nadia Zhao datang, “Bantu aku memindahkan kardus ini, aku akan mengangkat kuenya turun.”

Celine mengangkat dua buah kotak hadiah, ketika tiba-tiba gerakannya terhenti.

Ternyata yang berdiri di belakangnya bukanlah Nadia Zhao, melainkan Jeffry.

Jeffry bersandar disisi mobil dan melipat tangannya. Melihat sinar mata gadis itu, rasanya Jeffry mau tertawa.

Celine menundukkan kepalanya, “Maaf Tuan Jeffry, saya barusan salah mengenali orang.”

Jeffry tertawa dingin, “Setelah satu bulan tidak bertemu, ternyata kemampuanmu semakin meningkat. Kalau ingin membuka jalur hubungan dengan kalangan atas, maka jalannya sudah terbuka lebar dengan melakukan trik murahan seperti ini. Apalagi kamu tidak takut dengan ayah Glen yang bisa mencambukmu sampai mati itu.”

“Saya tidak mengerti apa yang Tuan Jeffry katakan.”

Jeffry tidak berencana untuk menekan Celine terlalu hebat, “Ikut denganku.”

Celine berkata dengan penuh hormat: “Nyonya muda yang menyuruhku ke sini untuk membongkar muatan.”

“Nyonya muda? Kmau benar-benar takut terhadap Chatrine?” Mata Jeffry berkilat, “Kamu masih tidak tahu kapan bisa memanjat kepalanya dan sekarang kamu takut padanya?”

Tidak jauh dari situ, Nadia Zhao berlari menghampiri. Ia pun melihat Jeffry, “Tuan Jeffry.”

Jeffry menaikkan tangannya,”Biarkan ia mencari orang lain untuk memindahkannya. Sekarang kamu ikut pergi denganku.”

Celine merogoh kantong dan memberikan nota barang masuk yang dilipat Nadia Zhao, “Minta Thomas untuk membantumu, aku akan ikut Tuan Jeffry pergi sebentar.”

Nadia Zhao melihat Jeffry sekilas dan menarik tangan Celine untuk menahannya, “Kamu…”

“Aku tidak apa.”

mengikuti Jeffry yang berjalan pergi. Nadia Zhao melihat bayangan punggung kedua orang itu lalu mengeluarkan ponsel dan mengirimkan sebuah pesan.

Jeffry membawa Celine sampai ke area parkiran.

Ia membuka bagasi mobil, kemudian menghadap Celine untuk mengeluarkan dua buah kotak hadiah yang ada di dalam.

Celine terpaku sedikit, “Kita tidak pergi?”

“Pintar yang berlebih itu namanya bodoh,” Jeffry melipat tangannya, “Bukankah kemarin kamu pasti terpikir bahwwa Glen akan mencari cara untuk membawamu ke hadapannya? Sekarang kamu berpura-pura bodoh denganku?”

Jeffry mengambil satu langkah maju dan mencengkram rambut Celine yang panjang, dengan kasar merobek kulit kepala Celine.

Celine merintih kesal, tapi ia tidak mengucapkan apapun.

Tepat pada saat itu, lampu dari mobil yang masuk menyorot tubuh kedua orang itu.

Mobil itu berhenti dan dari kursi penumpang turunlah seorang pria tegap dan gagah yang mengenakan seragam tentara.

Calvin melihat Jeffry sekilas, “Tuan Jeffry, apa yang anda lakukan pada seorang gadis? Sepertinya ini bukanlah perlakuan yang baik.”

Saat itulah Jeffy baru melepas rambut Celine, “Komandan Calvin, pelayan wanita ini adalah orang dari keluarga Glen. Tidak perlu orang luar sepertimu mengajari aku.”

Pintu pengemudi terbuka dan seorang gadis remaja yang menawan melompat turun dari mobil. Gadis itu mengenakan mantel panjang berwarna merah muda dan rambutnya terikat setengah.

“Kak Jeffry, kenapa kamu ada disini?”

Begitu Jeffry melihatnya, ternyata orang ini bukanlah orang luar. Melainkan nona ketiga keluarga Glen, Vero Yu.

Karena hari ini universitas sudah libur musim dingin, Vero pun langsung mengambil dan mengendarai mobilnya pulang secepat kilat.

Sorot mata Vero jatuh pada wajah Celine, ”Siapa ini?”

Jeffry melipat tangannya, wajahnya menyiratkan sebuah permainan yang menyenangkan. Dengan menghina ia melontarkan dua patah kata: “Pelayan wanita.”

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu