Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 174 Pernikahanku Dengan Wenzhi (1)

Mereka berdua saling mengenal nafas masing-masing, Lu Qingran mendengar suara nafas Fu Xing, tangannya yang menggenggam ponsel tidak hentinya mengetat.

Dia merasa dirinya sungguh tidak berguna, sangat.

Untuknya keadaan seperti ini tidak berlangsung lama, Fu Xing dengan cepat membawa ponsel dan datang ke kamar Cheng Zi.

Selama setengah bulan ini Cheng Zi terus belajar sendiri dirumah.

Fu Xing menaydari kalau kebiasaan belajar Cheng Zi cukup baik, Lu Qingran juga ada mengajarinya dengan baik.

Seorang ibu tulus atau tidak terhadap anaknya, semua bisa dirasakan dari anaknya.

Dan dalam hal ini, Fu Xing cukup salut pada Lu Qingran. Begitu Cheng Zi melihat Fu Xing datang, dai langsung menghentikan gerakan membaca bukunya.

“Ada apa mencariku?”

Fu Xing Langsung memberikan ponsel pada Cheng Zi : “Telfon dari mamamu.”

Cheng Zi juga sudah cukup lama tidak bertemu dengan Lu Qingran, selama ini da sering meminta Fu Xing membawanya bertemu dengan ibunya, namun Fu Xing sama sekali tidak menyetujui.

Beberapa kali meminta namun tidak ada hasil, Cheng Zi tidak lagi membicarakan ini.

Sekarang menerima telfon dari Lu Qingran, tentu saja Cheng Zi merasa senang.

Begitu menerima telfon, Cheng Zi memanggil dengan tidak sabaran, “Mama.”

Setelah mendengar suara Cheng Zi, Lu Qingran baru kembali tersadar, bertanya padanya : “Sedang apa?”

Cheng Zi : “Sedang membaca buku.”

Lu Qingran : “Hm, bagaimana akhir-akhir ini?”

Sebenarnya yang ingin ia tanyakan adalah bagaimana sikap Fu Xing padanya.

Cheng Zi dan Lu Qingran sangat kompak, segera bereaksi pada pertanyaan yang ditanyakan Lu Qingran.

Ia melirik Fu Xing dan berkata sambil tersenyum : “Uhm, lumayan baik, hanya saja sangat merindukanmu. Mama kapan akan datang menengokku?”

Kalau boleh, Lu Qingran juga ingin sekali datang melihatnya.

Namun melihat sikap Fu Xing yang tadi, bisa dibilang tidak mungkin.

Sehingga Lu Qingran berkata pada Cheng Zi : “Tunggu beberapa hari lagi, mama akan langsung menjemputmu pulang.”

“Baiklah.” Cheng Zi menjawab.

Ketika mengobrol dengan Cheng Zi, Lu Qingran terus memperhatikan emosional Cheng Zi, dia merasa emosional Cheng Zi cukup baik, dan ini membuktikan kalau hubungan Fu Xing dan Cheng Zi berlangsung cukup baik.

Dengan demikian, perasaan Lu Qingran perlahan lebih tenang.

Namun, dia harus bagaimana menjelaskan ini pada Lu Bienian dan juga Xi An, ini masih perlu ia pikirkan.

Sebagai putri, Cheng Zi tentu saja sangat memperhatikan suasana hati Lu Qingran.

Setelah mengobrol sebentar, Cheng Zi bertanya pada Lu Qingran : “Haih, belakangan ini bagaimana hubunganmu dengan ayah tiriku? Apakah ada pergi untuk berkencan atau yang lainnya?”

Cheng Zi sangat puas dengan Fu Xingzhou, sebelumnya ketika berhubungan dengan Fu Xingzhou dia merasa sikap Fu Xingzhou padanya cukup baik, sehingga dia cukup berharap Lu Yanting bisa bersama dengan Fu Xingzhou.

Ketika Cheng Zi menanyakan ini, Fu Xing sedang berdiri disampingnya.

Awalnya dia menganggap kalau perbincangan antara ibu dan anak ini sama sekali tidak menarik, namun nama Fu Xingzhou ini tanpa terasa membuatnya tertarik pada perbincangan ibu dan anak ini.

Tentu saja Lu Qingran tidak menyangka Cheng Zi akan menanyakan hal ini tiba-tiba, ketika mendengar Cheng Zi menanyakan pertanyaan ini, reaksi pertama yang ia pikirkan apakah Fu Xing tidak akan marah mendnegar ini.

Namun ketika memikirkan ini, tiba-tiba merasa dia berpikir terlalu jauh.

Sungguh tidak perlu memikirkan ini. Mereka saja sudah berpisah, untuk apa lagi.

Namun akhir-akhir ini dia memang sudah tidak begitu bertemu dengan Fu Xingzhou.

Lalu Lu Qingran berkata : “Akhir-akhir ini tidak sempat.”

Begitu Cheng Zi mendengar Lu Qingran mengatakan kalau dia tidak punya waktu, langsung memutar bola matanya : “Siapa yang percaya, kamu setiap hari berada dirumah, sebaiknya cepat pergi berkencan sana.”

Sudah cukup lama Lu Qingran tidak mendengar suara putrinya, Lu Qingran malah dibuat tertawa sekarang : “Baiklah, aku mengerti.”

“Uhm, aku masih menunggu mama menikah dengan ayah tiriku loh.” Berkata sampai disini, Cheng Zi terlihat begitu penuh penantian.

Usianya sekarang sudah sampai tahap gadis.

Sebelumnya Lu Qingran juga pernah membawanya ikut beberapa acara pernikahan, sehingga Cheng Zi cukup menantikan acara pernikahan.

Tentu saja yang ia harapkan bukanlah pernikahan dirinya, melainkan pernikahan Lu Qingran.

“Baiklah, kamu baik-baiklah menjaga diri, ingat untuk tidak pilih-pilih makanan.”

Yang harus dikatakan sudah cukup dikatakan, Lu Qingran juga tidak mengobrol dengan Cheng Zi lagi, berencana mematikan telfon, tidak ingin mengganggu waktunya belajar.

“Baiklah, kamu juga, kalau begitu aku matikan yah telfonnya.”

Fu Xing berdiri disamping, begitu mendengar Cheng Zi mengatakan ini, ia langsung mencegahnya.

“Tunggu.”

Begitu mendengar suara Fu Xing, Cheng Zi langsung menoleh melihatnya, wajahnya dipenuhi rasa heran : “Ada apa?”

Fu Xing menganngkat tangan : “Berikan ponselnya padaku.”

Suara Fu Xing tidak keras juga tidak rendah, namun Lu Qingran bisa mendengarnya.

Dai pikir, seharusnya ada yang ingin dikatakannya, sehingga dia tidak mematikan telfon.

“Kamu lanjut belajar sana.” Setelah mengambil ponsel ditangan Cheng Zi, Fu Xing langsung berbalik dan meninggalkan kamar.

Ekspresi wajah Cheng Zi cukup terheran, entah masalah orang dewasa apa yang hendak mereka bicarakan.

Namun ia tidak ingin berpikir terlalu banyak, bisa berbicara dengan Lu Qingran melalui telfon saja dia sudah senang.

Fu Xing menggenggam ponsel kembali ke ruang kerjanya.

Karena suasana hati yang tidak terlalu baik, ketika menutup pintu tenaganya sedikit kuat.

Terdengar suara pintu yang tertutup dengan kencang, Lu Qingran juga mendengarnya dengan cukup jelas dari balik telfon.

Dasar orang gila, Lu Qingran tidak bisa menahan diri untuk mengumpat.

Setelah mengumpat, Lu Qingran bertanya : “Ada apa?”

Fu Xing : “Kelihatannya perkembangan hubunganmu dengan kekasih barumu cukup lancar.”

Dia mengatakan kekasih baru.

Awalnya Lu Qingran tidak menyadarinya, setelah beberapa detika dia baru mengerti kalau yang ia maksud adalah Fu Xingzhou.

Pria ini sungguh lucu, mereka sudah tidak punya hubungan apapun sekarang, kenapa dia masih mengatur sejauh ini.

“Kelihatannya kamu cukup santai ya? Sempat-sempatnya mengurusi urusan orang.”

Pertanyaan yang tidak berbobot seperti ini, tentu saja Lu Qingran tidak akan menjawabnya.

Setelah Fu Xing mendengarnya, hanya tertawa sinis, “Aku hanya ingin mengingatkanmu, jangan sampai sudah dijual orang namun masih membantu orang yang menjualmu menghitung uang.”

“Tenang saja, aku tidak sebodoh yang kamu bayangkan.” Lu Qingran tertawa, “Bagaimana pun aku dulu sudah pernah dirugikan satu kali, tidak mungkin kan jatuh dilubang yang sama dua kali, iya kan.”

Dia bukan pertama kalinya mengatakan ini, namun setelah mendengar ini Fu Xing malah merasa jauh lebih kesal dari pada sebelumnya.

Mungkin menyebabnya karena dua hari ini tidak beristirahat dengan cukup.

Fu Xing menarik nafas panjang, menggenggam erat ponsel, seketika tidak tahu harus bagaimana membalas ucapannya.

Dan dibalik sana, Lu Qingran hanya mendengar suara nafasnya yang kasar.

Dari emosionalnya bisa disimpulkan, bahkan dia yakin kalau dia sudah cukup lama tidak istirahat dengan baik.

Ada beberapa hal yang meskipun dia sudah berusaha keras untuk melupakan, namun tetap saja tersisa di dalam otaknya.

Bagaimana pun mereka sudah bersama begitu lama, kebiasaan satu sama lain sudah begitu dipahami.

Lalu Fu Xing tidak bicara lagi, Lu Qingran juga hanya bisa mendengarkan suara nafasnya yang berat dan terdengar begitu lelah.

Lu Qingran menggerakkan bibirnya, baru ingin mengatakan sesuatu, telfon sudah terputus.

Tutt…tutt…tutt… hanya tersisa nada sibuk yang terdengar.

Mendengar suara ini, Lu Qingran langsung meletakkan ponsel disamping.

Suasana hatinya entah kenapa langsung menjadi buruk.

**

Lanxi cukup suka dengan Kota XiAn ini, dan penyebab utamanya adalah makanan di kota ini sangat sesuai dengan seleranya.

Meskipun Lu Yanting datang, sedikit banyak bisa mempengaruhi suasana hatinya, namun secara keseluruhan, dia bermain cukup senang beberapa hari ini.

Awalnya dia berencana lanjut pergi ke ChengDu, namun tiba-tiba terjadi sesuatu di Dong Jin, setelah Shu Ran menelpon, Lanxi ingin segera kembali.

Sebelumnya lu Yanting sudah menyetujuinya, ia akan membiarkannya lanjut bekerja, dan bagi Lanxi, urusan Dong Jin sangatlah penting.

Jadi begitu mendengar masalah yang terjadi di Dong Jin, Lanxi langsung menyerah pada rencana ke Cheng Du yang sudah ia rencanakan, lalu berpamitan pada Zhou Hesi juga Gu Chengdong Hui Ling dan kawan-kawan, lalu kembali bersama Lu Yanting ke Kota Jiang.

Sebenarnya, ketika Lu Yanting muncul, Zhou Hesi sudah tahu kalau dalam persaingan ini sudah pasti dialah yang akan kalah.

Dia kalah bukan karena kemampuannya tidak sehebat Lu Yanting.

Dia pernah bilang, kalau yang Lanxi inginkan adalah Dong Jin, dia bisa memberikannya.

Dan Lanxi juga tahu kalau dai mampu melakukannya.

Namun, dia tidak menginginkannya.

Dan kalau ingin dikatakan dengan gamblang, semua ini karena tidak memiliki perasaan.

Setelah Lu Yanting dan Lanxi pergi, yang merasa paling canggung adalah Zhou Hesi.

Dia bisa merasakan dengan jelas kalau semua orang sedang memandangnya dengan tatapan yang begitu iba padanya.

Hui Ling memang orang yang sangat mudah iba pada orang, beberapa hari sebelumnya dia sudah merasa kalau Zhou Hesi sangat kasihan, siapa yang menyangka hari ini dia lebih kasihan lagi.

Setelah mengantar Lanxi dan Lu Yanting, Hui Ling menoleh kearah Zhou Hesi yang berada disampingnya, lalu bertanya : “Kamu… baik-baik saja bukan?”

Mendengar suara Hui Ling, Zhou Hesi menoleh melihatnya : “Hm?”

Hui Ling berdehem, bertanya padanya : “Aku bilang… masalah Lanxi, kamu baik-baik saja bukan?”

Zhou Hesi : “Hm, tidak masalah.”

Emosinya tidak tinggi, terdengar tidak ada apapun?

Meskipun Hui Ling tidak begitu peka, namun tidak mungkin tidak bisa membedakan rasa sedih juga senang.

Dia mengetatkan bibir, dan mengatakan kata-kata yang menenangkan Zhou Hesi : “Tidak apa, sebenarnya kamu juga sangat baik, hanya saja setiap orang punya seleranya masing-masing, Sekretaris Lan tidak menyukaimu bukan berarti kamu tidak baik. Sama seperti Kak Ting yang tidak menyukaiku, aku juga tidak akan merasa karena aku kurang baik. Kita harus percaya pada diri sendiri!”

sebenarnya Hui Ling bukan orang yang pintar merangkai kata-kata untuk menenangkan orang, dan kali ini ia sudah berusaha keras.

Dan Zhou Hesi bisa merasakan ini.

Sudah lama dia tidak bertemu dengan orang yang sepolos ini, seolah setiap kali berbicara dengan Hui Ling, dia merasa seperti terinfluense oleh sikapnya yang polos.

Setelah mendengar apa yang ia katakan, Zhou Hesi tersenyum, “Baiklah, aku mengerti.”

**

Ketika Lanxi dan Lu Yanting kembali ke Kota Jiang sudah jam 4 sore, Pan Yang yang datang menjemput mereka.

Pan yang sudah lama tidak bertemu dengan Lanxi, juga sudah lama tidak melihat Lanxi dan Lu Yanting muncul diwaktu yang bersamaan.

Setelah keluar dari bandara, Lanxi dan Lu Yanting duduk di kursi belakang bersama.

Setelah mereka berdua duduk, Pan Yang terus mengamati situasi dibelakang melalui kaca spion tengah.

Dan yang paling ingin ia ketahui adalah bagaimana hubungan mereka berdua.

Apakah sudah akur kembali, atau masih seperti sebelumnya?

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu